#5 Abdoel Wahyudi

136 55 57
                                    


Doel, atau Yudi, begitu dia biasa dipanggil, adalah sahabatku yang juga siswa pindahan. Dia datang ke sekolah ini setengah tahun lebih awal dariku, dan bisa dibilang, dia sudah cukup menguasai panggung.

Asalnya dari Palembang, kulitnya putih bersih, dan suaranya? Bernyanyinya Doel itu, membuat semua gadis jatuh hati. Barang-barang yang dia pakai pun selalu branded—seolah dia baru saja melangkah dari catwalk. Satu-satunya penghalang agar dia bisa jadi cowok idaman di sekolah ini? Dia sudah punya pacar di Palembang.

Mungkin kalian, para pembaca bertanya-tanya, “Loh, kok sahabat? Katanya mau balas kelakuan Yudi, di awal bab?”

“Hal yang buruk menurutmu, pada dasarnya belumlah buruk,” itulah jawaban bijak yang bisa kuberikan.

Selamat membaca!

*****

Desember 2014, bulan yang ingin segera kulalui. Tahun baru, harapan baru. Semoga semua jadi lebih baik—seperti harapan semua perempuan saat memutuskan diet setelah Tahun Baru.

Hari itu di sekolah, pelajaran seni budaya dimulai dengan tema praktik alat musik. Dan di sinilah kisah persahabatan kami dimulai.

Gitar, pianika, suling, dan piano telah disiapkan. Tentu saja, aku memilih gitar dan mulai mengalunkan lagu-lagu Sheila on 7.

“Mohon tuhann.. untuk kali ini sajaa, lancarkanlah harikuu.. hariku bersamanya,” Yudi menyambung lagu yang ku tanyangkan, suaranya melengking bikin para siswi meleleh.

“Suka lagu Sheila on 7 juga, kau?” tanya Yudi kemudian, dengan ekspresi penuh ketertarikan.

“Belum lama sih, baru tiga hari ini. Sudah bikin candu!” jawabku, nyengir lebar.

“Baru tiga hari tapi sudah hafal sebanyak ini?” Dia mengernyitkan dahi, terkesan tak percaya, seperti guru yang mempertanyakan ujian yang tidak pernah diajarkan.

“Lirik dan melodinya bagus! Bikin pengen ngulang terus!” seruku. “Eh, kamu dari Palembang juga ya, Yud?”

“Iyo, kau panggil aja aku Doel, Vii.”

“Oh, oke. Doel, suara kamu lumayan! Nanti ikut ke ruang musik ya?”

“Boleh-boleh,” jawab Yudi, wajahnya berbinar seperti anak kecil yang baru dapat mainan.

Selama lima bulan di sekolah ini, kami tak pernah saling berkenalan resmi. Ternyata, banyak kesamaan yang kami miliki—terutama kecintaan terhadap Sheila on 7. Hingga saat ini (tahun 2024), kami masih sahabat. Siapa sangka, yang dulunya kulihat buruk, kini jadi sahabatku.

*****

"TENG... TENG..."

Bel istirahat berbunyi. Di kelas, Yudi punya penggemar sendiri. Saat jam istirahat, siswi-siswi berkerumun di depan mejanya, menunggu cerita Doel.

“Jadi, gimana Yud, si Amni pacarmu itu?” Dini, penggemar paling setia, bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.

“Iya, kami putus,” jawab Yudi sambil menyuap nasi dari kotak bekal Dini, tidak peduli pada reaksi kecewa para gadis.

“Yahh!” serempak mereka terkejut.

“Semalem Amni berulah lagi. Katanya dia percaya aku punya pacar lain. Aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk bertahan,” Yudi menghela napas, suaranya lelah seperti pejuang yang baru kalah perang.

“Huhh... menurutku dalam suatu hubungan, selalu ada satu orang yang bertahan,” sambung Yudi dengan bijak (quote Doel Desember 2014).

“Terus cewek yang kamu kagumi itu gimana?” Dini bertanya, terlihat sangat antusias.

How You Teach Me (HYTM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang