Prolog

22.3K 856 26
                                    

Nada Razani, gadis yang duduk di sebuah bangku sembari menatap buliran-buliran embun yang merayap di jendela sebuah ruang kelas. Pandangannya tertuju pada satu titik. Lapangan parkir sekolah itu.

"Allahuakbar!" pekik seseorang diikuti suara motor yang beradu dengan aspal.

Sang pemilik suara lari tergopoh-gopoh sembari mencincing rok panjang abu-abunya.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengguncang pelan bahu pemuda yang terkulai di aspal itu.

Kepalanya menoleh ke kanan kiri, hendak mencari bantuan ketika sebuah tangan menyentuh pergelangan tangannya lembut. Mata sayu itu berusaha membuka matanya sembari mengibaskan tangannya pelan. "Aku tak apa-apa hanya pusing," beritahunya lirih.

"Astaghfirullah, ini ada apa, Dik?" Suara lain bergabung untuk melihat pemuda itu yang kembali memejamkan mata.

Pikiran gadis itu kosong, ia hanya menggeleng pelan, tak mengucapkan satu patah kata pun. Membuat seorang pria yang lebih tua darinya mengangguk mengerti dan membantu pemuda itu untuk menegakkan motornya kembali.

"Kau bisa berdiri, Dik?" tanya pria yang berseragam satpam itu.

Pemuda itu menggeleng pelan, lalu menjawab, "Saya pusing, Pak."

Satpam bernama Iwan itu menghela napas lega, paling tidak pemuda yang ada di depannya ini tidak pingsan.

"Mari saya bantu untuk ke UKS!" Iwan sudah membantu pemuda itu berdiri, lalu membimbingnya menuju ruang kesehatan yang ada di sekolahannya. Sedang gadis itu tanpa sadar berjalan mengikuti ke mana pemuda itu pergi.

Setelah Iwan merebahkan pemuda itu di kasur, ia baru sadar bahwa gadis manis yang bingung itu telah mengikutinya. Ia tersenyum, lalu mengusap kepalanya pelan.

"Tidak apa-apa. Ia akan baik-baik saja," ujar Iwan pelan.

"Terima kasih, Pak."

Iwan mengangguk lalu berlalu dari hadapan gadis itu. Sedang gadis berkerudung putih itu mencoba untuk melangkahkan kakinya ke dalam ruang kesehatan.

"Eh... ada Nada. Sini masuk saja, Nak," sapa seorang wanita berusia sekitar tiga puluhan tahun itu.

Gadis bernama Nada itu tersenyum lalu mengangguk, mengernyit heran kala mata sang pemuda itu berbinar menatapnya.

"Terima kasih karena kau bersedia membantuku, tadi," kata pemuda itu pelan yang hanya dijawab lewat anggukan kepala dari Nada.

"Wafa. Kakak kelasmu," ujar pemuda tadi sembari mengulurkan tangannya.

"Nada," jawabnya singkat tersipu malu.

***

A/N :

Assalamu'alaikum...

Ini cerita baru yang akan saya bawa setelah Wanita Kedua selesai

Ditunggu apresiasinya :)

Wassalamu'alaikum,

Nurul Putri Wibowo

Jodoh dari Surga-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang