Tiga bulan kemudian....
"Sedang apa, Nad?"
Gadis berkerudung putih yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya itu menoleh lalu tersenyum kala melihat ayahnya masuk untuk menyapa.
"Papa kapan datang?" tanya Nada, mengalihkan pertanyaan Dandi.
Mata tua itu menyipit tak percaya dengan jawaban yang keluar dari bibir anaknya. Lalu kemudian ia terkekeh pelan, menarik tangan Nada ke kasur untuk duduk."Mau mendengarkan sesuatu?"
Nada mengerutkan dahinya bingung.
"Alasan mengapa dulu Papa begitu kejam denganmu dan Mama," beritahu Dandi lagi.
Nada mengerjapkan matanya sekali lalu mengangguk pelan. Mungkin, sudah saatnya ia harus tahu alasan di balik kelamnya kehidupan keluarganya sepuluh tahun lalu. Nada mendesah pelan, lalu memperbaiki posisi duduknya agar nyaman.
"Dulu, Papa mendapatkan jabatan yang lumayan di kantor. Semua mengagungkan Papa, menyanjung Papa dan bahkan direktur utama di kantor itu pun begitu percaya dengan Papa. Tapi, sekali waktu sebuah masalah muncul. Berawal dari teman Papa yang mengaku mengenal Mama sejak sekolah dulu. Dia bercerita bahwa Mama bukan wanita baik-baik. Dia bilang pada Papa bahwa Mamamu sering bermain pria kaya raya waktu muda dulu. Awalnya Papa tidak percaya, hingga sebuah masalah lain muncul. Waktu itu Papa diberi tanggung jawab untuk memegang kendali ekspor barang ke luar negeri. Tiba-tiba, pihak luar negeri dengan sepihak menolak pengiriman tersebut dengan alasan ada barang yang tidak sempurna.
Pada saat itu Papa mengirim dua truk kontainer dengan isi penuh. Dan kemudian saat Papa melapor ke atasan Papa, mereka malah menyalahkan Papa.Katanya ini karena kelalaian Papa dan Papa harus mengganti kerugian sekitar... enam puluh juta. Bayangkan saja, enam puluh juta itu Papa harus mendapatkan dari mana? Kemudian dengan kondisi seperti itu, Papa pulang ke rumah berharap bisa mendapatkan ketenangan. Tapi naasnya, kau malah merengek minta dibelikan sepeda motor. Dengan emosi yang masih meletup-letup keluarlah semua kalimat laknat itu dari mulut Papa," beritahu Dandi panjang lebar.
"Papa tahu Nak, sepuluh tahun lalu adalah sebuah kesalahan. Dan bahkan setelah Papa meninggalkan rumah, hidup Papa menjadi hancur. Papa dipecat, lalu Papa sempat masuk penjara karena dianggap tidak bisa bertanggung jawab atas kesalahan Papa."
"Papa sempat dipenjara?" tanya Nada, kaget dengan cerita ayahnya.
Dandi mengangguk pelan, lalu mengelus kepala Nada, sayang. "Papa sadar benar, kehidupan Papa di waktu lalu begitu menyedihkan. Tapi, Nak... terkadang kita harus merasakan pahitnya kehidupan terlebih dahulu agar kita mampu tumbuh menjadi manusia yang lebih dewasa. Dengan segala kesalahan Papa, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Papa patut bersyukur karena kalian mau menerima maaf dari Papa dan berterima kasih pada kehidupan kelam karena telah memberitahu bahwa keluarga adalah yang terpenting dari semua hal."
Nada terpana mendengar penjelasan demi penjelasan yang keluar dari bibir ayahnya. Satu hal yang ia sesali, ia belum menjadi anak yang membanggakan orang tuanya. Bahkan saat kesakitan seperti itu, bukannya merangkul ayahnya, ia malah menyumpahinya. Nada tersenyum getir, lalu menarik Dandi dalam pelukan. Merasakan kehangatan yang sudah lama tidak pernah ia rasakan. Menghirup aroma tubuh yang selalu membuatnya nyaman sedari kecil.
"Maafkan Nada, Pa. Nada selalu saja berburuk sangka tanpa mau membuka hati Nada lebar-lebar," ucap Nada tulus sembari memejamkan mata.
"Bukan berburuk sangka, Nak. Papamu ini memang sangat buruk dan sebenarnya tak patut untuk dimaafkan," sanggah Dandi, mengecup puncak kepala Nada, sayang.
Nada hanya diam sambil mengeratkan lebih dalam dekapan ayahnya. Ia benar-benar merindukan kasih sayang seorang ayah. Benar-benar rindu hingga rasanya pelukan erat ini selalu terasa kurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari Surga-Nya
RomansaSeorang gadis berusia dua puluh enam tahun yang tak kunjung menikah. Sudah beberapa kali sang ibu menyodorkan pria yang menurutnya sesuai dengan selera anaknya tapi sayangnya, satu pun tak ada yang diliriknya. Bukan, ia bukan gadis yang menyukai se...