"Hei... Nad!" Seseorang dengan suara cemprengnya memanggil Nada membuat gadis itu menoleh dan melihat lambaian tangan yang memang diarahkan padanya.
"Esti! Mau pulang?" tanya Nada yang berbinar kala melihat sahabat karibnya menyapanya.
Esti menghampiri Nada lalu memeluk tubuh proposional milik gadis itu. Mata cerah milik Esti segera menyelidiki dengan cermat dari atas sampai bawah.
"Ah... kau pasti mau memarahiku karena kemarin mangkir kerja, ya?" tanya Nada lagi curiga.
Esti menggeleng, lalu tersenyum kalem. "Kau sudah sehat?"
Nada mengerjapkan matanya sekali, terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari bibir manis Esti. Nada menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu meringis tak nyaman.
"Kak Wafa yang memberitahu kami, kemarin," beritahu Esti saat Nada mulai tak nyaman.
"A-apa? Kak Wafa?"
Esti mengangguk, lalu menggandeng gadis itu menuju koridor sekolah untuk ke lantai dua. "Iya, kak Wafa kemarin ke sini buat menggantikanmu mengajar. Ah... ngomong-ngomong apakah kau sudah bertemu dengannya? Kukira ganjil sekali kalau ia tahu keadaanmu tapi belum pernah bertemu denganmu," jelas Esti detail.
"Ia salah satu wali dari muridku di taman kanak-kanak," beritahu Nada sembari meringis aneh.
"Benarkah? Wah... benar-benar sebuah kebetulan yang luar biasa, bukan? Ehm... aku jadi ingat, ia memang sudah menjadi wali dari keponakannya yang yatim piatu. Kakaknya meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan bersama istrinya. Dari yang kudengar, ia sempat syok beberapa minggu tanpa mau berinteraksi dengan orang lain. Ah... apa kau sudah pernah mendengarnya?"
"Belum." Wajah tak nyaman yang tadinya terlihat jelas perlahan memudar, digantikan oleh raut kaget dan sendu. Ia tak habis pikir, seseorang yang selalu dicarinya dari dulu pernah mengalami hal-hal seperti itu.
Esti membuka pintu ruang guru masih dengan penjelasan detail mengenai kehidupan Wafa yang belum pernah Nada ketahui sebelumnya.
"Astaghfirullah!" Baik Nada mau pun Esti terpekik kala melihat Wafa sudah berdiri di balik pintu dengan senyum anehnya.
"Hai... Esti! Hai... Nad!" sapanya kaku membuat Esti menahan tawanya.
"Astaga! Santai sedikitlah, Kak! Kau seperti penguntit yang tertangkap basah, tahu!" ejek Esti sembari menepuk pelan bahu pria itu dan berlalu begitu saja.
"Kau... di sini?" tanya Nada pada Wafa heran.
Wafa mengangguk pelan. "Apa kau pernah mendengar bahwa penjelasan dari beberapa orang akan membuat orang yang kau jelaskan menjadi lebih mengerti?"
Nada mengernyitkan dahi bingung. "Maksudmu?"
"Kak Wafa akan menemanimu mengajar seni teater untuk persiapan pentas dua bulan lagi, Nad," beritahu Esti dengan senyum puas.
"Apa?" Ia hanya mematung di tempatnya. "Aku terjebak, sepertinya," lanjutnya tak suka.
Esti menggeleng tak setuju, ia mengambil sebuah map dari laci mejanya lalu mendekati Nada yang sudah berdiri tak jauh dari mejanya. Ia membuka map berwarna hijau itu, lalu menyodorkannya pada Nada.
"Ini proposal pentas yang diajukan panita padaku kemarin. Mereka memintamu dan kak Wafa untuk melatih mereka dengan baik, coba lihat ini baris ketiga dari daftar acara. Seni teater dengan guru pembimbing Nada Razani dan Sadad Al-wafa," jelas Esti memberitahu.
"Astaghfirullah...." Nada memegangi keningnya yang tiba-tiba pening.
"Mereka dengan khusus juga meminta kita menjadi salah satu pemainnya, Nad," timpal Wafa dengan nada geli.
![](https://img.wattpad.com/cover/37411751-288-k116096.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh dari Surga-Nya
RomanceSeorang gadis berusia dua puluh enam tahun yang tak kunjung menikah. Sudah beberapa kali sang ibu menyodorkan pria yang menurutnya sesuai dengan selera anaknya tapi sayangnya, satu pun tak ada yang diliriknya. Bukan, ia bukan gadis yang menyukai se...