trust

258 24 0
                                    

. . .

Ibu dan ayah NamJoon sudah berada diruang tamu, mereka membawa beberapa bahan makanan dan juga cemilan untuk di apartemen. Mereka juga tidak lupa membawakan boneka baru untuk NamJoon, NamJoon sangat senang sampai ia berlari mengitari ruang tamu.

Sedangkan Zea menunduk malu melihat tingkah konyol NamJoon, kapan pria ini sadar pikir Zea.

"Namu apa kau baik di rumah? " NamJoon yang sedang memakan eskrimnya mendongak dengan bibir belepotan karna eskrim.

Ia mengangguk dan tersenyum lalu memasukan eskrimnya kembali ke dalam mulut, ibu NamJoon gemas dengan anaknya ia mengambil tisu dan mengelap sisa eskrim lalu mengusak sayang surai anaknya.

"Nak Zea. Apa selama ini kau kesusahan menjaga NamJoon? " Zea mendongak dan menggeleng ragu.

"Sangat! Huh pria ini menyulitkan hidupku" Batin Zea.

"Ah bagus kalau begitu, itu artinya NamJoon tidak bandel" NamJoon tertawa menandakan ia setuju.

Entah mengapa semua memori selama ini NamJoon yang di diami Zea hilang begitu saja seolah hanya angin lalu, hadeh NamJoon NamJoon.

Sedangkan Zea diam diam merotasi kan matanya, NamJoon lebih dari kata bandel menurutnya. Ya walau yang selama ini mengurus NamJoon itu hwangsa, tapi kan yang merasakan pahitnya itu Zea.

"Ya sudah ini sudah malam, nak Zea ajak NamJoon ke kamar. Kami akan menunggu sampai namu kami tidur" Zea mengangguk dan menuntun NamJoon yang sudah mengucek matanya.

"Jangan di kucek nanti iritasi" Orang tua NamJoon tersenyum hangat melihat Zea begitu peduli pada NamJoon.

"Kucek saja terus sampai matamu bengkak pun aku tak peduli" Batin Zea menaiki tangga.

. . .

NamJoon merebahkan dirinya di kasur ia meminta Zea untuk mempuk puk kepalanya, NamJoon tak langsung tidur ia malah memandangin tatapan datar Zea. Ia merasa hatinya sudah benar benar jatuh pada Zea.

Karna yang NamJoon tau diam diam Zea selalu membuatkannya susu saat malam hari, saat NamJoon terjaga dari tidurnya dan tidak lupa juga menaikan selimut NamJoon yang kadang kadang merosot.

"Tidur NamJoon" NamJoon menggeleng.

"Kenapa Zea membenci namu? Apa karna namu ini idiot dan penyakittan? " Zea berhenti dari aktivitas nya.

"Maaf, jika aku sudah banyak menyusahkan Zea. Aku janji tidak akan membuat Zea marah lagi pada namu" Zea memalingkan wajahnya, dan ia rasakan kini suasana di kamar itu sedikit menghangat dan matanya memanas.

"Jika suatu hari nanti namu sehat seperti pria di luar sana, apa Zea akan menerima namu? " Zea menggulum bibirnya.

"Tidur NamJoon ini sudah malam" Zea kembali mengelus surai coklat dengan aroma strobery mencoba mengalihkan topik, NamJoon menguap.

"Hm, selamat malam Zea " Namjoon bangkit lalu memeluk Zea secara tiba tiba membuat Zea membeku di tempat,ini aneh mengapa jantung nya berdegup kencang.

"Zea juga harus tidur ya" NamJoon tersenyum lalu merebahkan kembali dirinya,NamJoon menutup matanya di susul dengan nafasnya yang mulai teratur.

"Apa itu tadi? " Zea memegangi dada kirinya.

. . .

"Nak. Ibu titip NamJoon ya, jaga dia dengan baik karena yang sekarang berhak penuh pada namu itu kamu. Tolong jangan kecewakan kami, kami sangat percaya padamu" Ibu NamJoon memeluk tubuh Zea, di dalam dekapan itu pikiran Zea mulai bercabang.

Dari yang NamJoon terlihat begitu bersungguh² dan kini ibu NamJoon memberi sebuah kepercayaan padanya. Sedangkan ia sendiri bimbang apa ia harus berubah atau malah tidak agar ia terbebas dari NamJoon yang ia anggap benalu itu.

"Baik kalau begitu ibu dan ayah pergi dulu ya" Zea mengantarkan kedua mertuanya menuju parkiran.

Sebelum memasuki mobil. ayah NamJoon mengelus surai Zea, ia tersenyum seperti NamJoon sangat mirip.

Mobil melaju pergi dari pekarangan apartemen, Zea menghela nafas lelahnya. Mau sampai kapan ia berpura pura menerima NamJoon, sedangkan ia sendiri muak dengan keadaan.

. . .

Zea merebahkan dirinya di sofa tamu, ia tidak mau tidur satu ranjang dengan NamJoon, ia masih merasa canggung usai adegan pelukan itu. Padahal itu bukan kali pertama tapi entah lah ia juga bingung, Zea memeluk bantal yang ia bawa dari kamar. Ia menatap kosong ke langit langit ruang tamu, .

Padahal dia belum menginjak duapuluhan tapi mengapa masalahnya begitu banyak, apa dosa yang ia lakukan di kehidupan dulu sehingga ia harus terjebak dalam labirin ini.

"Apa yang sedang kau rencanakan? " Tanyanya pada sang Pencipta, harap harap ia mendapat gambaran yang bisa menuntunya harus berbuat apa.

Sampai ingatan soal tadi sore kembali melintas, saat NamJoon menerima hwangsa begitu mudahnya. Saat NamJoon mengatakan jika ia berubah apa Zea akan menerima nya? , apa yang NamJoon inginkan sebenarnya?.

NamJoon berhasil membolak balikan perasaan Zea.

"Shit! "

. . .

Tbc

IDIOT HUSBAND √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang