. . .
Hwangsa memasuki apartemen NamJoon ia mencari NamJoon di semua sudut ruang tamu tapi NamJoon tidak tampak di mana pun. Hwangsa memutuskan menaiki tangga dan menemukan satu kamar dengan pintu tertutup.
Tok
Tok
Tok
Tidak ada balasan dari dalam. hwangsa semakin khwatir, ia memcoba membuka pintu itu dan ternyata tak di kunci ia membukanya perlahan dan memasuki kamar tanpa menimbulkan suara.
Hiks
Hiks
Hiks
"Namu takut" Terdengar suara isakkan dari balik selimut. Hwangsa dengan segera menyibak selimut itu dan mendapati NamJoon meringkuk ketakutan dengan memeluk boneka koyanya.
"Hey, namu. Ini aku " NamJoon menggeleng kuat dan mencoba menjauhkan badannya tanpa berbalik.
"Ini aku hwangsa" NamJoon tetap tak bergeming, sampai hwangsa sendiri yang menarik bahu NamJoon agar menghadapnya. Barulah saat itu tangis NamJoon pecah di dekapan hwangsa.
"Tadi... Hiks Zea bilang.... Hiks akan pergi sekolah..... Hiks tapi Zea..... Hiks sepertinya lupa.... Kalau namu.... Hiks takut sendirian.... " Sepertinya ibu NamJoon lupa memberi tahu kalau biasanya NamJoon di rumah bersama tetangganya yang seusia dengan Zea -jungkook- namanya.
NamJoon juga dulu saat di tinggal bekerja tak berbarengan, tapi bergantian saat ayahnya bekerja maka NamJoon akan di rumah bersama ibu dan saat ibunya menyusul itu bertepatan dengan jam pulang sekolah jungkook.
"Shuuutt... Jangan menangis, sekarang kau tak sendiri. Ada aku" NamJoon membenamkan wajahnya di bahu hwangsa.
. . .
"Hey kenapa terburu-buru? Tidak mau ke besmen dulu? " Zea menggeleng ia masih punya urusan di apartemen nya.
"Sepertinya untuk kedepan aku akan jarang berkumpul. Tugasku sudah beda lagi sekarang" Veno merotasi kan matanya dan menginjak batang rokok yang sudah pendek.
"Tinggal kan saja dia. Bukankah dulu kau bilang kau tidak akan pernah mau menganggapnya"
Zea terdiam ia terhanyut dengan perkataan temanya itu, Benar juga apa kata Veno, namjoon hanya parasit di hidupnya. Benalu yang membuatnya terperangkap di dalam suatu ikatan suci.
"Ayolah... Jarang jarang kita bertemu dengan ketua geng balap itu" Zea berpikir keras, hingga akhirnya ia memutuskan mengikuti ajakan Veno.
Sudah malam tapi Zea belum juga pulang, Namjoon sedari tadi tidak henti hentinya bertanya pada hwangsa, dimana keberadaan Zea sekarang.
"Aku takut" Hwangsa menepuk punggung NamJoon guna menenangkannya.
"Tenanglah namu, Zea pasti baik baik saja" Jam tepat menunjukan pukul sembilan malam dengan di barengi suara bising kendaraan yang mulai memasuki parkiran apartemen.
NamJoon terlonjak senang ia berlari membuka pintu dan menyambut Zea dengan senyumnya yang manis.
"Zea akhirnya pulang yey! " NamJoon melomoat kecil kegirangan, namun bukanya membalas Zea malah acuh dan mendorong bahu NamJoon agar menyingkir, alhasil tubuh besar NamJoon terhuyun ke belakang yang langsung di tahan hwangsa.
"Kau tak apa? " NamJoon mengangguk dengan wajah masamnya.
. . .
Zea menuruni tangga dan berjalan ke dapur mengambil sekaleng soda, lalu ia berjalan menghampiri NamJoon dan Hwangsa yang masih saling bersentuhan.
"NamJoon tidur dan nona hwangsa kau boleh pulang. " Zea melangkah membukakan pintu lebar lebar.
"Terimakasih hwangsa" NamJoon memeluk erat hwangsa, sedangkan Zea meringis jijik melihatnya. Terlampau mual dengan semua drama ini.
"Tidur yang nyenyak ya namu, besok kita main lagi" NamJoon melompat semangat.
"Sampai... "
BLAM!
Belum usai berbicara Zea sudah menutup pintu apartemen dengan kuat.
"Tidur! "
"Zea..... " Zea berhenti dan berbalik dengan tangan yang ia masukan ke saku celananya.
"Tadi aku menangis, aku takut sendiri di rumah. Tapi untung ada hwangsa, dia baik dan juga cantik seperti ibu" Entah kenapa mendengar penuturan NamJoon Zea menjadi emosi lalu menarik kerah baju NamJoon.
"Hey dengarkan aku baik baik, aku tak peduli! Mau kau takut, menangis atau bahkan kelaparan sampai tiada! Aku tak akan pernah mau tau soal dirimu kau paham?! Aku terpaksa TER-PAK-SA menikah denganmu!. Jika saja aku bisa kabur atau bahkan mempertemukan mu dengan hwangsa lebih dulu mungkin saja sekarang aku tidak akan terikan hal bodoh ini bersama manusia idiot seperti mu NamJoon! . Aku benci sangat benci setiap kali melihatmu! Seolah aku melihat kebodohanku yang mau mau saja dengan semua hal konyol ini. Dan aku berharap kau muak denganku dan semua ini berakhir dengan aku yang merasa lega karna telah jauh darimu! " Zea meremat kaleng soda itu kuat dan melemparnya tepat sasaran pada tong sampah .
NamJoon menangis, ia mengerti betul perkataan Zea. Walau Zea berucap dengan berbisik namun sakitnya teramat menusuk hati kecil NamJoon.
NamJoon terjatuh di karpet bulunya, ia memeluk lututnya dan mengumumkan kata maaf dan penyesalan karna sudah membuat Zea tertekan dan kesusahan karenanya.
"Maaf" NamJoon larut dalam tangisnya.
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOT HUSBAND √
Fantasía"dasar idiot" "maaf" ! Just fantasi ! Hate plagiat ! Vote!!!!