. . .
"Zea.... " NamJoon berlari menghampiri Zea yang kini tengah menatapnya dengan masih menggendong tas ransel di pundaknya, Zea kembali pulang larut. Tapi NamJoon belum juga tidur membuat Zea semakin mengingat kejadian tadi pagi.
NamJoon berhenti tepat di hadapan Zea dengan baju kuning dan celana panjangnya ia tersenyum menatap Zea, Zea memandang NamJoon dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
NamJoon mencoba menyentuh bahu Zea namun dengan segera Zea menepis nya.
"Zea kenapa? " Kenapa? Kenapa katanya? Setelah apa yang ia perbuat dengan seenak jidatnya dia bilang kenapa? .
Oh Zea mulai gila karna sudah salah paham dengan perlakuan lembut si idiot ini, Zea mengepalkan jari jemarinya dadanya naik turun tak beraturan.
"Minggir" Gumam Zea.
NamJoon menggeleng ia malah mendekatkan tubuhnya pada Zea tanganya masih berusaha menjangkau Zea.
"Zea... " Zea memejamkan matanya sebentar lalu kembali membukanya dan memandang NamJoon tajam
"Sebenarnya maumu itu apa NamJoon?! Dengan seenaknya membuat perasaan ku terombang ambing, dengen seenaknya kau mengajak ku terbang lalu dengan mudahmya kau menjatuhkan aku begitu saja! "Mata Zea berair dadanya sesak.
"Apa?... Namu tidak mengerti maksud Zea" NamJoon menatap takut Zea.
"Payah! Seharusnya aku tak mengatakan ini. Karna kau! Kau itu idiot NamJoon! Kau dengar itu?! Kau tidak akan pernah paham apa yang orang normal bicarakan! Aku benci padamu! " Zea menyenggol bahu NamJoon kuat lalu pergi meninggalkan NamJoon dengan sejuta pertanyaan.
NamJoon kembali menitihkan airmatanya.
. . .Zea kembali mendiami NamJoon, namun ini lebih parah sampai sampai Zea pernah tak pulang selama beberapa hari. NamJoon? Ia seperti anak kecil kebanyakan melupakan apa yang terjadi, ia berprilaku seolah olah tidak terjadi sesuatu dan kedekatanya dengan hwangsa menjadi lebih erat.
Hwangsa juga sudah tau dari NamJoon bahwa Zea mengatakan hal yang NamJoon tidak pahami namun hwangsa merasa sangat marah mendengar penuturan NamJoon.
Hari hari berlalu begitu cepat, Zea juga kerap sekali mendapati NamJoon yang tak mau lagi menyapanya atau bahkan tersenyum padanya. Tugas membuatkan susu juga bukan dia lagi, karna hwangsa kini berada di apartemen dua puluh empat jam dengan kemauan NamJoon sendiri.
Sempat Zea mengusir hwangsa namun NamJoon malah berbalik menyuruh Zea pergi, sejak saat itu kehadirannya seperti tak di inginkan oleh NamJoon lagi.
"NamJoon... " Zea mendekat pada NamJoon yang kini tengah bermain sediri di karpet bulunya.
NamJoon tak menyahut ia tetap fokus pada bonekanya, Zea menghela nafanya. Ia duduk di dekat NamJoon memberikan sebuah coklat dan eskrim kesukaan NamJoon.
"Aku membelikanmu coklat. Kau senang?" NamJoon menekuk wajahnya ia tak merespon atau bahkan melirik.
Zea menggulum bibirnya, hari harinya menjadi gelap karna NamJoon yang mulai menjauhmenjauh, ia tidak mau membohongi hatinya setiap kali di dekat NamJoon ia merasa nyaman dan Zea menyukai aroma bayi NamJoon.Zea bangkit usai terdiam menunggu jawaban NamJoon selama lima menit.
Ia menyerah, ia tau ini salahnya. Seharusnya ia tidak kasar pada NamJoon.
Brak
NamJoon melempar coklat dan eskrim itu ke lantai Zea yang masih berada di tangga dan melihat itu hatinya seperti di iris iris, NamJoon sudah berubah.
Dan ini karna dirinya.
. . .
Setiap hari bahkan setiap jam Zea berusaha mencoba agar NamJoon kembali seperti dulu tapi nihil NamJoon sudah terlalu kecewa dan selalu merasa bahwa yang peduli pada nya seperti ibu itu hanya hwangsa bukan Zea lagi. kini NamJoon lebih mempercayai hwangsa untuk menunggunya berubah dan sembuh.
"Jika Zea terus bersikap baik dengan alasan agar ibu dan ayah tak memarahi Zea maka Zea salah besar karna cepat atau lambat semua kebohongan Zea akan terungkap" Zea terdiam, siapa yang mengajari NamJoon berani berbicara begitu?
"Kenapa diam? Terkejut namu bisa membalas mu? " Hwangsa masuk dari pintu depan menghampiri NamJoon.
"Kau sudah terlalu banyak melukai hati NamJoon. hati yang tulus padamu, setiap harinya namu selalu berusaha membuat mu mau menerimanya tapi apa? Kau malah selalu memakinya" Zea mengepalkan jari jemarinya.
"Jangan ikut campur hwangsa! Kau tidak ada urusanya di dalam masalah ini! "
"Suatu saat kau pasti akan menyesal Zea karna sudah menyia nyiakan NamJoon" Zea terkekeh di atas penderitaan nya sendiri. Ia merasa tertangtang dengan ucapan hwangsa.
"Aku menyesal? Mimpi! Aku malah akan bersyukur jika NamJoon bersamamu dan pergi jauh dari ku! Itu sangat menguntungkan ku! " Lama lama ia merasa tak bisa lagi memahami dirinya sendiri yang kini tiba tiba merasa cemburu(?) .
Mengapa ia jadi begini? Hanya karna idiot itu? Jangan....! Jangan katakan bahwa ia sudah jatuh cinta pada NamJoon!.
NamJoon menatap Zea dengan tatapan sulit di baca, ia merasa sesak saat mendengar semua itu.
"Dan kau! Tidak usah terlalu percaya diri, selama kau masih tinggal di rumah ini itu berarti kau berada di bawah pengawasan ku ! Dan satu hal lagi menurut ku kalian cocok! Cocok mejadi pasangan yang menjijikkan kau paham kalian itu hanya sampah pengacau di hidupku terutama dirimu IDIOT GILA! " Zea pergi mengambil kunci motornya dan sedikit menyenggol hwangsa.
Hilang sudah rasa empatinya pada NamJoon, bencinya kembali timbul akibat hwangsa.
Air mata di pelupuk mata sipit namjoon mulai berjatuhan, sakit sekali rasanya mendengar semua hinaan itu dari seseorang yang sangat kau cintai selama ini. Tubuh namjoon terperosot ke lantai suaranya sudah habis hanya untuk sekedar berteriak dan tangannya begitu lemas hanya untuk memukul dirinya sendiri.
Bohong kalau NamJoon 100% sudah tidak mencintai Zea.
. . .
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOT HUSBAND √
Fantasy"dasar idiot" "maaf" ! Just fantasi ! Hate plagiat ! Vote!!!!