Sembilan tahun telah berlalu Zea yang kini sudah lulus dari kuliahnya memutuskan bekerja di salah satu rumah sakit terkenal di kotanya. Sedangkan NamJoon kini mempimpin sendiri perusahaan yang ia bangun dengan bantuan keluarga dan juga istri tercintanya.
Suka duka telah mereka lalui sampai pada kabar kehamilan Zea yang baru menginjak dua minggu membuat seluruh keluarga bahagia tidak terkecuali NamJoon yang melompat tinggi di dalam ruangan kantornya, karna saking semangatnya ia sampai membatalkan semua jadwal meeting nya dan bergegas pulang ke rumah.
NamJoon sempat mampir ke salah satu toko bunga membeli sebuket bunga mawar putih kesukaan Zea, ia meletakkan bunga itu di sisi tempat duduknya, senyum NamJoon tidak henti hentinya terlukis indah di wajahnya membayangkan dirinya yang akan segera menjadi ayah membuat jiwa NamJoon ingin terbang rasanya.
. . .
NamJoon sudah memasuki pekarangan keluarga Kim ia berjalan cepat, sesekali mencium aroma bunga itu lalu membuka pintu dan di sambut oleh istri nya tersayang, tanpa pikir panjang NamJoon langsung menerjang tubuh Zea memeluknya erat dan mengucapkan banyak terimakasi.
Zea terkejut beberapa detik sebelum akhirnya membalas pelukan NamJoon menepuk pelan punggung NamJoon yang mulai bergetar dan terisak pelan, NamJoon sungguh tak menyangka hidupnya akan berjalan seindah ini.
"Terimakasih sayang" Zea mengangguk lalu menenggelamkan wajahnya yang mulai memerah menahan tangis haru, inilah yang mereka nanti selama ini. Buah hati yang kini berkembang di dalam rahim Zea.
"Aku juga berterima kasih padamu karna mau mempercayai ku untuk mengandung keturunan mu joonie"
"I love u and our future baby" Zea terkekeh pelan dan melonggarkan pelukannya, ia menangkup wajah NamJoon yang memerah. Gemas rasanya melihat NamJoon menangis seperti ini.
"Kau akan menjadi ayah, apa kau senang? " NamJoon mengangguk tanpa ragu.
"Ayah! Anak ku akan memanggilku ayah" Zea tertawa.
"Belum joonie itu masih lama"
"Ya ya tapi tetap saja aku akan di panggil ayah" NamJoon berjongkok di depan perut Zea yang masih rata tentunya, ia menyentuh perut Zea lalu mengelus nya pelan penempelkan bibirnya dan berbisik sangat pelan hingga Zea tak dapat mendengar nya.
Zea menggeleng melihat tingkah sang suami, ia tak tinggal diam saat NamJoon menyadarkan kepalanya di perut Zea, ia mengulurkan tanganya mengelus surai NamJoon.
"Sudah joonie mandi sana, kau bau apek" NamJoon bangkit menatap Zea lekat lalu mencium kening istri nya lembut. Zea menutup matanya merasakan sensasi yang menenangkan.
"Ini aku membelikan mu bunga, apa kau suka? " Zea mengambil buket itu lalu tersenyum lebar.
"Sangat joonie, ini bunga mawar favorit ku" NamJoon mengusak gemas pucuk kepala Zea.
. . .
8 bulan kemudian.
NamJoon tengah tertidur di paha Zea dengan menghadap ke perut Zea yang semakin membesar, Zea menatap wajah tenang NamJoon yang tertidur pulas. Sejak tadi NamJoon tidak henti henti nya bercerita besama anaknya yang masih di dalam perut Zea.
Ia juga sempat merasakan tendangan kecil dari anaknya yang membuat NamJoon tertawa bahagia, Zea tersenyum lembut mengelus wajah NamJoon dan membungkuk sedikit untuk mengecup pipi tembam NamJoon walau sedikit kesusahan karna perutnya yang semakin membesar.
"Kau hebat NamJoon, kau ayah yang luar biasa" Bagaimana tidak? NamJoon selalu siap siaga dua puluh empat jam di sisi Zea, bahkan ia juga mengajak sang istri ke kantor. Tidak membiarkan Zea kelelahan sampai ia ikut kursus memasak kkkk, NamJoon memang se gila itu kalau soal anak dan istri nya.
"Eughh... " Lenguh NamJoon.
"Zea? " Zea menaikan kedua alisnya.
"Babynya tidak membuatmu kesakitan lagi? " NamJoon bertanya begitu karna babykim selalu menendang dan membuat Zea sedikit meringis menahan sakit.
Zea menggeleng,tak apa banginya menahan sakit asal baby kim bahagia. "Tidak joonie, itu tidak sakit"
NamJoon bangkit mengulurkan tangannya lalu menuntun kepala Zea menyeder di dadanya.
"Baby kim jangan nakal ya, kasian ibu mu, dan sayang tunggu sebentar lagi ya, bertahanlah hm? Kalau kau merasa sakit lagi kita akan langsung ke dokter" NamJoon mengelus elus perut bulat Zea, sedangkan Zea memejamkan matanya menikmati sentuhan NamJoon yang membuat keram di perutnya berkurang.
"Ya joonie" NamJoon mengecup lama pucuk kepala Zea bebelum akhirnya merengkuh kembali tubuh istri nya yg mulai membesar itu.
"NamJoon... "
"Hm? "
"Aku takut, aku takut gagal menjadi seorang ibu dan aku juga takut tidak bisa merawat baby kim bersamamu" Ucap Zea lihir, ia begitu takut akan hal hal mengerikan yang akan terjadi saat melahirkan nanti, ia takut gagal bertahan dan akhirnya pergi meninggalkan NamJoon.
"Tak perlu takut aku akan selalu di sisimu." NamJoon mencoba menenangkan istri nya yang tampak sedikit pucat.
"Aku sangat bahagia memiliki mu dan baby kim di hidupku" Ucap Zea setelah merasa sedikit lega dengan penuturan NamJoon.
"Aku tau dan aku juga bahagia memiliki mu di dunia ku ini, berjanjilah kau akan selalu bersamaku merawat baby kim dan menua bersamaku" Zea mengangguk pasti lalu mendongak dan mengecup bibir NamJoon sekilas kemudian kembali memejamkan matanya.
"Tiada yang lebih berharga di dunia ini selain dirimu dan keluarga ini. Aku akan selalu berada di sisi kalian sampai nafas terakhir ku, Akan kulakukan semuanya untukmu. Tak ingin aku melihatmu bersedih karena aku kini bertanggungjawab atas kebahagiaanmu. Dan untuk anak ku, ayah janji baby kim Bagi ayah, kamu begitu berharga nak. Maka jadilah anak yang seperti ayah harapkan. Jadilah anak yang kelak bisa berguna bagi orang-orang di sekitarmu" Batin NamJoon.
. . .
Wah.... Udah end aja kkkkk, sorry ya kalau ceritanya sedikit gak jelas, dan maksi buat kalian yang udah mau mampir baca dan vote cerita ini.
Aku mungkin bakal hiatus beberapa bulan soalnya mau pas hahhhhh.... Ya mungkin juga jarang buka wp, but it's ok.
Libur nanti aku back bw cerita NamJoon or other member.
Bye!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.