. . .
Zea menggeliat pelan di dalam dekapan NamJoon, sinar matahari yang masuk melalui sela korden membuat matanya silau dan juga membangkitkan kesadarannya. Saat di rasa nyawanya sudah terkumpul yang tadinya masih berkelana ke sana kemari, kemudian Zea menatap pria kekar dengan tidur layaknya bayi yang membuat malamnya begitu yah-, susah di jelaskan.
Zea tersenyum geli saat mengingat kejadian semalam, Aaaaa ingin rasanya ia berteriak saat mengingat NamJoon selalu menggunakan suara deepnya ketika menginterupsi dirinya yang belum handal melakukan itu.
Berhubung sekarang akhir pekan ia jadi bebas menatap wajah NamJoon sampai siang pun ia sanggup, karna wajah ini yang ia rindukan. Pahatan indah wajah NamJoon bak seorang dewa yang turun dari langit, perlahan tangan mungil Zea mengelus rahang tegas NamJoon.
Ia semakin tersenyum dan jantung berdetak kembali cepat saat NamJoon mengeram dengan nada khas bangun tidur lalu mengenggam tangan Zea di wajahnya menuntun nya lalu mengecup telapak tangan sang istri.
NamJoon perlahan menyesuaikan pengelihatan nya dengan sinar matahari lalu kembali berpusat pada netra indah gadis di hadapan nya yang jaraknya cukup intim.
"Morning sweetie" Zea menelan susah payah ludahnya saat NamJoon mendekat hingga hidung mereka bersentuhan, di situlah NamJoon mulai tersenyum geli melihat wajah Zea yang memerah.
"Ada apa hm? " NamJoon mempererat pelukannya di pinggang Zea, ingat! Mereka masih dalam keadaan tanpa benang sehelai pun.
"NamJoon sudah" Ucap Zea sembari sedikit kuat mendorong dada NamJoon ketika ia merasakan NamJoon mulai meraba lebih jauh. Ini sudah pagi dan ia juga sudah lelah, apa lagi NamJoon meminta lagi tadi saat subuh.
"you know that night you made a beautiful voice" Goda NamJoon dan berhasil mendapat geplakan pelan di tangan kekarnya.
NamJoon hanya terkekeh pelan lalu mengelus pelan surai pendek Zea, Zea tersipu malu saat NamJoon memandangnya tanpa berkedip. Oh Tuhan jika terus begini Zea yakin hatinya akan selalu konser setiap harinya.
"Jangan memandang ku begitu joonie" NamJoon menaikan satu alisnya.
"Memang kenapa? Kau istri ku dan aku begini hanya dengan mu kau tau? " Kali ini Zea yang menatap NamJoon heran.
"Kau berubah" Kata itu yang mampu ia keluarkan karna hanya kata itu yang mampu mewakili semua pertanyaan di dalam pemikiran labirin nya.
NamJoon mengangguk ia membenarkan posisinya lalu menarik selimut Zea yang sedikit melorot dan mengekspos dada putih itu.
"Ceritanya panjang, jadi saat itu sehari saat aku pergi meninggalkanmu. Ayah diam diam membawaku ke tempat temannya yang kebetulan seorang psikolog handal lulusan dari luar negeri, sejak saat itu aku mulai menjalani terapi yang selalu membuat aku menangis ketika mengingatmu. Dan selama itu juga ibu tidak tau akan kondisi ku karna ibu terlalu fokus dengan acara pernikahanku dengan hwangsa, ayah sejujurnya tidak yakin bahwa hwangsa itu baik untukku karna waktu itu ayah mendapat kiriman dari teman yang juga koleganya bahwa hwangsa tertangkap kamera CCTV di sebuah club. di situ hwangsa selalu melayani om om pedo , ayah marah besar tapi ia tidak bisa berbuat apa karna ibu yang kekeh mengatakan hwangsa adalah wanita baik.
Ayah yang tidak tau harus apa lagi memilih diam dan fokus kepada penyembuhan ku dan membiarkan ibu tau sendiri sifat busuk hwangsa, ia juga selalu mengecek kondisimu di apartemen. Dan untungnya kau tidak pergi, aku pun mulai normal seminggu sebelum kau datang ke sini, dan kau tau? Kata dokter aku pasien pertamanya yang berhasil sembuh kurang dari sebulan"Zea melongo mendengar hal itu, jadi kemarin itu??? Sebenarnya NamJoon sudah normal?!.
"Jadi selama ini kau berpura-pura? "
"Ya aku begitu demi bisa bersama cintaku" Ucap NamJoon sambil menyelipkan rambut Zea di telinga.
"Dan tanganmu? " Zea menarik tangan NamJoon dan mengelus nya pelan seolah olah tangan NamJoon akan berdarah lagi jika ia elus kasar.
"Hm. Aku pura pura agar mendapat alasan pergi keluar dan membuktikan wanita penjilat itu salah" Zea cemberut.
"Kau melukai dirimu sendiri joonie! "
"Tak apa jika untuk mu" NamJoon menuntun Zea ke dekapanya mengatakan betapa besar cintanya untuk sang istri dan menceritakan rencana masa depan dari mulai jumlah anak, nama, sekolah di mana dll yang membuat Zea geli sendiri mendengar nya.
"Aku bahkan belum lulus sekolah joon, kau ini yang benar saja"
"Ck... Makanya kau harus rajin belajar agar segera lulus" Zea menatap lelah NamJoon.
"Ya ya ya aku akan cepat lulus jika kau mau menyogok kepala sekolah "
"Oke" Baru saja NamJoon ingin bangkit dan membuktikan bahwa ia bisa saja menyogok itu sangat mudah baginya namun Zea dengan segera menahanya.
"Jangan mengada ngada NamJoon aku hanya membual" NamJoon menatap wajah Zea yang kini panik, sejujurnya juga NamJoon tidak akan senekat itu.
"Kau takut? " Zea mengangguk.
"Bukanya lulus, bisa bisa kau masuk penjara" NamJoon mengusak pucuk kepala Zea gemas.
"NamJoonie aku mau mandi"
"Ya lalu apa hubunganga dengan ku? Oh kau mau lagi? " Namjoon dengan wajah mesumnya menaik turun kan alis, Zea mendengus sebal.
"Bukan om mesum! Aku tidak bisa bejalan, ini sakit! " Oh NamJoon baru paham NamJoon berjalan ke sisi ranjang Zea lalu mengendongnya ala bridal style, dan Zea pun mengalungkan tanganya di leher NamJoon.
"Kau berat juga ya kkk" Zea mengerutkan alisnya marah.
"Ya! Berat ku hanya lima lima((?)! "
"Ya jangan marah begitu, aku hanya bergurau"
"Ini semua kan juga salah mu! Jadinya kau harus menggendong ku! "
"Ya ya ya sudah selesai mengomelnya nyonya Kim? " Zea memutar bola matanya malas.
"Mandi yang bersih hm" NamJoon menurunkan Zea pelan di bawah shower, Zea mengangguk paham. Ia bergerak risih karena tubuhnya kini di penuhi bau keringat dan juga rambutnya yang lepek.
"Keluarlah" NamJoon menurut dan menutup pintu.
. . .
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOT HUSBAND √
Fantasy"dasar idiot" "maaf" ! Just fantasi ! Hate plagiat ! Vote!!!!