. . .
Zea berjalan dengan menyekang air matanya, ia sungguh tak mengerti mengapa dirinya jadi begini. Dasar sampah! Perasaan konyol dasar payah!
Rutuk Zea di dalam hatinya, ia mengendara dengan kecepatan penuh membelah gelapnya malam tanpa baju hangat.
Zea pergi ke rumah Vina dan menginap di sana, ia mau merenungkan dirinya terlebih dahulu.
"Bukankah kau seharusnya senang pada akhirnya kau akan terbebas darinya?" Zea terdiam
"Jangan katakan kau mulai menyukai si idiot itu? " Zea masih tetap diam.
"Kau memang menyukainya Zea " Zea mendongak, tatapannya datar, namun matanya jelas terlihat sembab.
"Aku tak masalah sungguh dengan siapapun kau jatuh hati, tapi yang menjadi masalah adalah dirimu sendiri, ke egoisanmu dan logika mu menjadi bumerang untuk hidup dan cintamu zea" Zea mengerutkan dahinya.
"Ya. Di saat logika mu mengatakan bahwa kau mencintai nya namun egomu terlalu tinggi dengan alasan tidak mungkin seorang Zea jatuh hati pada pria aneh" Zea menurunkan netranya, benar apa kata Vina. Egonya terlalu tinggi hanya untuk mengatakan bahwa ia sudah jatuh hati pada pria yang ia selalu sebut idiot itu.
. . .
Hari minggu, Zea duduk di sofa tamu. Ia belum juga melihat batang hidung NamJoon, kemana anak itu?. Zea telat bangun pagi ini dan berujung ia yang memasak sarapan terburu buru, namun NamJoon tidak tampak saat Zea mulai menghidangkan sarapannya.
"Kemana dia" Zea berdiri dari duduknya dan berputar putar di dalam rumah, ia mengambil card dan membuka pintu, berjalan menelusuri halaman apartemen. Tidak ada orang hanya ada kendaraan yang berlalu lalang.
"Is! Kemana dia! " Zea mengigit kukunya sembari berdiri di depan pintu, indra nya menangkap NamJoon yang tengah berjalan dengan bergandengan tangan berasama hwangsa. NamJoon tampak bahagia, ia tertawa lepas dengan hwangsa.
Zea mengubah ekspresi nya saat mendapati keduanya mendekat. Hatinya berdenyut ngilu, selama ini ia belum pernah melihat senyum NamJoon seindah itu atau mungkin matanya rabun selama ini?.
"Maaf aku mangajak NamJoon melihat embun pagi di dekat sungai tanpa meminta ijinmu" Hwangsa dan NamJoon menatap bergantian saat Zea hanya diam.
"Kita pergi saja hwangsa, aku tidak mau melihatnya " Ucap namjoon dengan masih mengenggam erat jemari hwangsa, Zea yang melihat itu kembali tersulut emosi.
"NamJoon masuk" NamJoon menggeleng dan bersembunyi di balik hwangsa
"NamJoon jangan membantah! Cepat masuk! " Zea menarik paksa lengan NamJoon.
"Zea kau ini apa apaan?! "
"Nona sebaiknya kau pulang! " Hwangsa menggeleng.
"Aku tidak akan membiarkan NamJoon denganmu! Karna kau hanya akan menyakiti nya! " Zea mengeram.
"Menyakiti? Dia nya saja yang menyusahkan!, dia sangat senang membuat orang lain kewalahan dengan tingkahnya itu! " Zea sudah habis kesabaran ia memaki NamJoon yang kini berada di balik tubuh hwangsa.
"Jaga ucapanmu Zea, namu sama sekali tak pernah menyusahkanmu! Kau seharusnya sadar akan siakapmu padanya! Kau sudah sangat keterlaluan Zea! Gunakan akal sehatmu yang kau pikirkan hanya keegoisan mu sendiri! Kau meninggalkanya sendirian ketakutan dan kau?! Kau pergi dengan teman temanmu tanpa mempedulikan namu! "
" Kau itu sok tau! Dan jangan menasehati ku karna itu akan percuma!" Zea menatap jengah hwangsa yang kini megarahkan jari telunjuknya pada Zea.
"Kau terlalu memanjakan namjoon nona! Kau membuat mentalnya semakin lemah, lihat lah dia persis sekali dengan bayi cengeng! "
Plak
NamJoon menutup mulutnya saat tangan putih hwangsa menampar Zea kuat, Zea memegangi pipi yang berdenyut ngilu. Ini kali kedua ia di tampar akibat NamJoon.
"Jaga ucapanmu pada suami mu! " Zea terkekeh sarkastik sambil mengelap darah di sudut bibirnya.
"Oh jadi kau sudah tau? Lalu kenapa kau mengungkapkan perasaanmu pada suami orang hah?! Dasar pelacuran! "
Brak
Tubuh Zea terjatuh membentur pintu, NamJoon dengan kuat mendorong Zea yang ia rasa pantas mendapatkannya.
"Namjoon? " Zea menatap tak percaya NamJoon.
"Kau.... Kau jahat.... Aku membencimu Zea! Kau wanita jahat, kau melukai hatiku dan hwangsa! " Ucap NamJoon bergetar dengan mata memerah menatap penuh kebencian pada Zea, sedangkan Zea terdiam dengan perkataan NamJoon yang menurutnya begitu menyakitkan.
"Sesekali gunakan hatimu saat melihat NamJoon! Dia sangat tulus padamu tapi apa yang ia dapat ? Hanya cacian dan makian yang kau lontarkan tanpa berpikir Zea! "
"Ayo"hwangsa menarik NamJoon ke apartemen nya sendiri meninggalkan Zea yang masih terdiam kalut dengan pikirannya, saat mata yang selalu menatapnya kagum kini menatapnya begitu benci
Zea lepas kendali tadi, dirinya terlalu ber api api sampai lupa pada tujuannya untuk memperbaiki semuanya dengan NamJoon.
" Zea payah! Kau bodoh zeaaaa" Batin Zea
Zea merosot ke lantai menangis dan memeluk lututnya.
"Maafkan aku NamJoon" Ucap Zea penuh penyesalan.
. . .
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOT HUSBAND √
Fantasy"dasar idiot" "maaf" ! Just fantasi ! Hate plagiat ! Vote!!!!