Kecelakaan(Flashback)

409 11 0
                                    

"Mamaaaa!!!" Rindu berteriak histeris melihat tubuh perempuan yang di sayanginya timbul tenggelam di bawah arus sungai yang deras, kakinya meronta melepaskan cengkeraman orang-orang yang memeluknya, hiruk pikuk suara mereka membuat gendang telinga Rindu berdenging sakit.

"Nak..sabar nak.." Rindu menangis terisak ketika tubuhnya di peluk erat oleh seorang perempuan muda.

"Bagaimana pak??" suara perempuan muda yang memeluk tubuhnya terdengar tengah berbicara dengan seorang lelaki.

"Arus terlalu deras mbak, kita tak bisa menemukan kedua orang tuanya." Rindu memejamkan matanya hatinya terasa sakit, gelenyar dingin dan takut menyergap tubuhnya, perlahan suara-suara panik terdengar menjauh, kelopak matanya tak sanggup lagi melihat pemandangan di belakangnya, Rindu merasa sangat dingin dan lelah hingga tanpa sadar tubuh mungilnya merosot lunglai di pelukan keputus asaan.
......

" Rindu..?" Suara sayup nan lembut membuat kedua mata Rindu terbuka mengerjap, seberkas sinar nampak menusuk kedua bola matanya, denyut nyeri di kepalanya membuat Rindu merintih.

"Alhamdulillah ya Allah.." Rindu menatap bingung melihat perempuan berkerudung lebar di depannya, menatapnya dengan pandangan khawatir, kedua mata perempuan itu terlihat sembab.

" Mama??" Rindu tergagap duduk, matanya mencari-cari sosok ibunya, namun hanya wajah-wajah sendu yang balik menatapnya dengan sedih. Rindu mengigil ngeri melihat tatapan orang-orang di sekitarnya.

"Sayang.." Perempuan dengan wajah sendu itu menatap nanar ke arahnya.

" Mama mana bibi??" perempuan itu menunduk kemudian isak tangisnya pecah membuat Rindu terdiam, dengan sedikit lunglai Rindu kecil memaksa untuk berjalan keluar.

" Rindu.. kamu mau kemana nak?" Rindu diam, terus melangkah keluar. tak ada gunanya ia bertanya pada mereka yang membisu, ia akan berusaha sendiri mencari mama.

" Rindu..??"

"Lepaskan aku bibi..aku mau cari mama!!!" Rindu meronta keras ketika tubuhnya direngkuh erat.

"Jangan sayang..jangan!" perempuan itu memeluk tubuh Rindu dengan isak tangisnya yang juga menguat.

" Kenapa? kenapa aku gak boleh cari mama?? kemana mama? kemana mama bibi...??" Rindu berteriak kesal mendorong tubuh perempuan itu, menatap marah ke arah wajah-wajah sendu di belakangnya.

" Rindu mau ketemu mama?" Perempuan itu mengelus kepala Rindu dengan sayang. Rindu mengangguk lemah.

"Kalau begitu Rindu ikut bibi yah, kita temui mama.." Mata Rindu berbinar dengan semangat ia membalas genggaman tangan perempuan itu, mengikuti langkah kakinya keluar dan berjalan menuju sebuah ruangan, kala itu Rindu baru tersadar ia berada di sebuah rumah sakit dengan nuansana serba putih.

" Mama mana bibi? kenapa kita kesini bibi?" ucapan polos dari bibirnya yang mungil membuat perempuan itu menitikkan air mata. Ya Allah bagaimana aku bisa mengatakan ini pada Rindu..

" Rindu... ini mama nak.." perempuan itu membuka singkap kain putih yang menutup tubuh seorang perempuan yang membeku kaku di atas tempat tidur, wajahnya dingin dan tenang.

"Mama.. kenapa tidur bibi?" Perempuan itu makin terisak mendengar pertanyaan Rindu, dengan gemetar ia berlutut menghadap tubuh mungil di depannya.

" Sayang.. mulai sekarang tinggal sama bibi yah, ini bibi Yana.. Rindu masih ingatkan sama bibi?" Rindu menatap bingung ke arah perempuan itu, mencoba mengingat dengan jelas tapi ingatan traumanya membuatnya tak bisa berpikir jernih.

" Kenapa Ri harus ikut bibi? bentar lagi mama pasti bangun, Rindu mau sama mama,bibi.." Rindu menatap polos ke dalam bola mata perempuan bernama Yana itu dengan pandangan tak mengerti. Yana memeluk tubuh Rindu, mengangkatnya dan mendekatkan gadis kecil itu ketubuh ibunya.

" Mbak.. saya akan rawat Rindu seperti anak saya sendiri.. saya akan menjaga Rindu.." ucap Yana dengan mendekap tubuh Rindu. Rindu mengulurkan kedua tangannya memeluk tubuh ibunya, mengelus wajahnya dengan jari-jari halusnya.

" Mama.. ayo bangun..kita pulang.. Rindu mau ikut mama..Rindu mau ikut mama pulang.."

" Rindu.. kita pulang yah sayang.. nanti mama nyusul kerumah bibi Yana yah.." Yana menjauhkan tubuh Rindu dari jenazah ibunya, namun dengan cepat kedua tangan Rindu mencengkram ujung baju ibunya, berteriak histeris.
"Mama... mama banguun.. Rindu mau ikut mama, Rindu gak mau pulang sama bibi.. mamaa..."

.....

"Rindu..!! Rindu..!!"

"Mama.."

"Rindu.. bangun rindu.." Amerta menepuk-nepuk wajah sahabatnya dengan khawatir, sudah hampir delapan jam Rindu tak sadarkan diri.

"Merta..aku dimana?" Rindu mencoba membuka kedua matanya dengan berat, kepalanya terasa pusing.

"Alhamdulillah.. syukurlah ukhti udah sadar.. kita di rumah sakit.." Amerta menghela napas lega.

" Kenapa aku disini?" Rindu mencoba duduk namun rasa nyeri luar biasa di keningnya membuatnya kembali ambruk tak berdaya.
" Aduuh..!"

"Jangan bangun dulu Ri, kepalamu baru terbentur, sebaiknya istrahat dulu.." Amerta membantu Rindu yang kesakitan untuk kembali rebahan. Rindu menatap wajah Amerta yang pucat, kedua matanya sembab karena menangis.

"Kamu habis nangis Mer?" Tangan Rindu terulur menyentuh wajah sahabatnya. Amerta mengenggam tangan Rindu yang dingin, betapa khawatirnya ia melihat keadaan Rindu, setelah kejadian mengerikan yang menimpa Rindu dan Dimas, Amerta tak ingin lagi meninggalkan sahabatnya pergi sendirian.

" Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumussalam.."

"Rindu...!!" Bibi Yana menghambur memeluk Rindu yang tengah berbaring, tangisnya pecah. Rindu menatap bingung ke arah Amerta dan Adam.

" Kamu gak apa-apa sayang?"Rindu mengangguk lemah. Bibi Yana menatap Amerta dengan masih terisak pelan.

" Bagaimana dengan Dimas Mer?"

Amerta nampak terperangah mendapat pertanyaan tentang Dimas, wajahnya menoleh melihat Adam yang juga terlihat diam,mereka berpandangan bingung.

"Emm..Dimas.."

"Dimas kenapa Mer?" Tanya Bibi Yana. Amerta melihat ke arah Rindu, Sahabatnya itu tengah memejamkan kedua matanya seperti tak menyimak perbicaraan mereka.

"Bibi ikut Merta sebentar yah.."Merta menunduk menyelimuti tubuh Rindu dan pergi keluar di ikuti Bibi Yana, sedangkan Adam memilih tetap di dalam menunggu Rindu.

" Ada apa Amerta..bagaimana Dimas??" Bibi Yana menarik pelan lengan Merta. Merta menunduk menghela napas.

" Bibi.. Dimas sampai sekarang belum di temukan, setelah terjatuh dari jembatan mereka terpisah dan Dimas.. Dimas hilang, Bi.."

"Astagfirullah.. ya Allah.." Bibi Yana terduduk lemas di atas kursi ruang tunggu,wajahnya terlihat sedih, ingatannya kembali teringat ke masa lalu, tempat yang sama dengan situasi yang sama juga. Ya Allah..

... # Alhamdulillah setelah lama ga nulis i come back.. di tunggu votenya ya sahabat.. terima kasih.. ^_^

Rindu, Love or HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang