Pertemuan tak terduga

389 11 0
                                    

Dimas menutup pintu ruang kerjanya, mengamati setiap sudut dengan helaan napas, sudah lama rasanya ia tak menyentuh ruangan ini, tidak ada yang berubah hanya ada satu vas di sudut lemari kecil tanpa bunga yang baru saja di letakkan.

" Waktu begitu cepat berlalu, dan aku kembali setelah tersesat.." Dimas menyentuh meja kerjanya , mengusap dan memandang dengan sedih.

" Took..!!took!!" Dimas menoleh.

" Masuk!" suara pintu terbuka pelan, seraut wajah perempuan muncul, tersenyum.

" Pak.. ada tamu yang ingin bertemu dengan anda." Lastri sekretaris Dimas berdiri. Dimas mengerutkan alisnya merasa heran.

" Siapa?"

" Namanya pak Awan.."

Dimas menatap dengan penuh keheranan ketika melihat tamunya, seorang lelaki dengan senyum ramah berdiri di depannya. Dimas seakan pernah melihatnya.

" Kita pernah bertemu dua kali, satu di desa dan terakhir di supermaket." lelaki itu kemudian menyodorkan tangannya, mereka saling bersalaman erat.

" Aku Awan, apa kamu sudah lupa?" Dimas melongo sesaat, alisnya berkerut menandakan ia masih belum mengingat dengan jelas. Lelaki di depannya hanya menghela napas.

" Kemarilah akan aku tunjukkan siapa kamu." Awan menarik pundak Dimas, mereka duduk berdekatan.

" Ini.." Awan menyodorkan sebuah foto perempuan dengan kerudung lebar berwarna biru laut sedang tersenyum, kedua matanya nampak berbinar. Dimas mengambil foto tersebut, alisnya semakin berkerut, dadanya bergemuruh berdebar tak karuan. Ia seakan melihat sesuatu yang terlupakan, sesuatu yang pernah ia tinggalkan dan menemukan sesuatu yang ia cari.

" Dia..dia??" Dimas terengah, ada rasa aneh muncul di hatinya, tubuhnya bergetar.

" Tenanglah.." Awan mengusap pundaknya, tatapan lelaki itu terlihat cemas melihat keadaan Dimas yang tiba-tiba menimbulkan respon aneh.

" Kamu mengenalnya kan??" Awan menatap mata Dimas yang masih fokus dengan foto di tangannya, matanya membeliak, bibirnya bergerak tanpa suara.

" Aku.."

" Kamu meninggalkannya begitu saja, tanpa kabar dan saat kalian bertemu kamu mengabarkan pertunanganmu." Awan terlihat emosi, ia ingin memaki Dimas namun urung di lakukan.

" Aku.. aku meninggalkannya??" Dimas menatap ke arah Awan, kepalanya menggeleng tak percaya.

" Tenanglah.. kau harus bisa menenangkan dirimu dulu!" Awan meremas bahu Dimas dengan kesal sekaligus iba.

" Kamu memang meninggalkannya tapi tentu saja itu karena kamu tidak ingat hidupmu sendiri kan??" Dimas mengangguk.

" Aku tidak ingat..tapi aku mencarinya." Dimas mengusap foto di tangannya.

" Dimana aku bisa bertemu dengannya??" Dimas mengubah posisi duduknya, merasakan kecemasan di hatinya.

" Sabarlah dulu..aku akan menjelaskan semuanya..!" Awan menahan Dimas yang sudah mulai gelisah, bagaimana pun bukan hal mudah membiarkan Dimas bertemu kembali dengan Rindu, ia hanya ingin Dimas tak menyakiti Rindu dengan ingatan yang sepenuhnya belum kembali.

" Aku akan membantumu untuk bertemu dengannya, tapi ada hal yang harus kamu lakukan untukku."

....

" Lalu, apa Awan benar-benar tidak akan menganggumu lagi?" Amerta melihat Rindu dengan tatapan ragu, sudah satu jam lebih ia memikirkan keadaan Rindu bersama Awan, ketika melihat sahabatnya itu memasuki kantor hatinya lega bukan main, sempat di lihatnya Awan berdiri di luar, wajah lelaki itu nampak sedih, namun Amerta tak merasa kasihan justru ia bersyukur Awan bisa segera menjauhi Rindu.

Rindu, Love or HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang