Cerita Akhir

590 21 3
                                    

Pagi merekah cerah ketika setiap jendela mulai terbuka lebar, bentangan sayap burung-burung kecil menuju langit bersiul di antara dedaunan. Dimas sibuk berjalan kesana kemari, sesekali ia terlihat kebingungan.

" Dimana aku meletakkannya??" Dimas membuka setiap laci meja, mengangkat bantal setinggi mungkin namun tetap tak menemukan barang yang ia cari.

" Sedang mencari apa sayang?" Rindu masuk,memandang heran seisi kamar yang keluar , semua berantakan.

" Aku mencari dasiku dan peciku.." Dimas masih melemparkan barang ke sudut ruangan. Rindu hanya menghela napas.

" Bagaimana bisa ketemu kalau berantakan seperti ini??" Rindu mengangkat baju Dimas yang terlempar hingga ke depan pintu kamar.

" Berhentilah sayang..kau hanya membuatku pusing..aku akan mencarinya..!" Rindu mulai menata kembali barang-barang yang di lemparkan Dimas. Dimas hanya meringis dan berlalu keluar menunggu Rindu yang masih berkemas.

" Ayo sayang..kita mungkin sudah terlambat..!" Dimas memanggil Rindu yang masih di dalam rumah. Dimas telah siap, memakai peci hitamnya dan berdiri di samping mobil. Rindu keluar dari rumah dengan menenteng satu tas besar.

" Buat apa tas itu?" Dimas membantu Rindu memasukkan tas ke dalam bagasi mobil.

" Ini barang-barang Adam, ia meninggalkannya waktu itu sekarang kan dia akan punya rumah sendiri jadi aku tak ingin barangnya menumpuk disini.." Rindu merapikan kerudung lebarnya.

" Ayo..aku harap kita belum terlambat.." Rindu hendak melangkah masuk ke dalam mobil ketika tangan Dimas menariknya.

" Kau cantik sekali.." Dimas memandang lekat wajah Rindu.

" Jangan mengombal pagi-pagi Pak Dimas.." wajah Rindu merona malu. Dimas hanya tertawa kecil, kemudian mengecup kening Rindu.

" Lebih baik aku merayumu daripada aku merayu wanita lain..!" Dimas membuka pintu mobil, membiarkan Rindu masuk dengan terkekeh kecil, mobil Dimas melaju di tengah jalan raya yang mulai padat menuju gedung pernikahan.

Suara murotal terdengar khidmat di tengah acara yang sedang berlangsung. Wangi aroma bunga melati menusuk indra penciuman Rindu, rasa mual menghinggapinya membuatnya berulang kali terlihat gelisah. Dimas yang duduk di sampingnya melirik sekilas.

" Sayang..ada apa?" Dimas berbisik pelan. Rindu mengigit bibir bawahnya.

" Tidak..tidak ada apa-apa" Rindu juga ikut berbisik pelan. Dimas mengangkat bahunya.

" Barakallah ukhty.." Rindu memeluk Amerta yang terlihat cantik dengan gaun pengantinnya, wajah sahabatnya itu merona.

" Syukron ukhty.."

" Dam..barakallah..kau telah memiliki cinta yang sebenarnya.." Dimas memeluk Adam yang berdiri tak jauh dari Rindu dan Amerta, kedua lelaki itu saling bercengkrama terkadang berbisik pelan dan tertawa.

" Kalian sedang membicarakan apa?" Rindu mengerutkan alisnya mendekati Dimas dan Adam.

" Kelihatannya seru sekali.." Amerta mengamit lengan Adam yang kini telah menjadi suaminya. Adam tersenyum kecil mengoda istrinya.

" Memangnya kami sedang bicara apa?"Adam mengedipkan matanya ke arah Dimas.

" Emmm... sepertinya kalian sedang merencakan sesuatu..perasaanku menjadi tidak enak.." Rindu menampakkan wajah cemberutnya.

" Kurasa lebih baik kita pergi saja ukhty.." Amerta mengangkat gaunnya berpura-pura melangkah,dengan cepat Adam meraih pinggang istrinya kemudian memeluknya erat.

" Kau tak bisa kemana-mana sebelum meminta ijin padaku!" Adam mengerjabkan matanya.

" Baiklah..sekarang katakan apa yang sedang kalian bicarakan, emm??" Amerta berkata lembut pada Adam, sepasang mata Adam melirik ke arah Dimas. Dimas tersenyum kecil kemudian menarik Rindu ke sisinya.

" Aku sudah mengatakan pada Mas Dimas tentang..bulan madu." Rindu dan Amerta menatap heran ke arah suaminya masing-masing.

" Maksudnya?"

" Yah, kurasa akan lebih seru kalau kita berempat pergi bulan madu bersama, kan kakak juga belum sempat melakukannya.." Adam mencium sekilas pipi Amerta. Amerta mengangguk senang.

" Aku tidak mau!" Rindu tiba-tiba melepaskan pelukan Dimas, sepasang matanya seolah kesal.

" Kenapa??" Dimas nampak terkejut melihat sikap Rindu yang berubah.

" Aku tidak mau kita pergi berempat..karena.." Rindu menatap Dimas dengan pancaran sinar yang aneh.

" Kau jangan membuatku takut.. ada apa??" Dimas mendekat ke arah Rindu, namun belum sempat tangannya terulur untuk menarik Rindu ke pelukannya, Rindu telah lebih dulu menarik tangan Dimas, meletakkanya tepat di atas perut.

" Kita tak bisa pergi berempat..karena ada dia disini.." Dimas menatap tak percaya,begitu juga Adam dan Amerta.

" Dia..dia??" Dimas mengelus perlahan perut Rindu yang memang terasa berbeda.

" Alhamdulillah.. kakak, aku akan mendapatkan seorang keponakan??!" Adam memeluk Amerta dengan mesra.

" Kita juga akan segera mendapatkannya kan?" Amerta mengangguk mengiyakan. Tersenyum malu.

Mereka berempat terlihat menikmati suasana yang baru, dengan cinta yang murni dari sebuah pernikahan yang berawal dari kebencian, dari perjuangan yang tak pernah menyerah dan kepercayaan bahwa cinta bisa bersatu tanpa adanya jarak dan syarat.

.. END

# Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah setia membaca dan memberikan komen serta votenya.. Semoga bisa bertemu kembali di serial berikutnya yah.. ^_^

Rindu, Love or HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang