Cinta Pertama 2

561 14 0
                                    

Rindu.

Aku menikmati malam pertama di desa, meski sempat kesal karena harus kembali ke tempat yang ingin aku lupakan, tak ada yang berubah dengan alam ini, memori kenangan masa kecilku terukir indah menyeruak masuk kembali. Aku menatap Mas Dimas, lelaki itu masih sibuk berbicara dengan Pak Imin dan Bu Linah, nampak sangat bersemangat. Aku merasa lelah ketika memasuki kamar tidur, secara tak sengaja perkataan Mas Dimas membuatku kesal, entah apa yang ada di dalam pikirannya saat itu, aku hanya ingin pergi dan menghibur hatiku sendiri.

Dimas

Dimas menatap istrinya dengan dada sesak, kata-kata yang ia ucapkan mungkin membuat Rindu marah, tapi Dimas tak ingin berdebat ia hanya ingin menghabiskan waktu sebelum mengambil keputusan tersulit di hidupnya. Dimas menatap layar hapenya, setelah berbicara sebentar dengan pak Imin, Dimas melangkah keluar mencari Rindu, istrinya itu nampak duduk termangu di depan teras.

" Sudah magrib dek, kita istirahat dulu." Rindu hanya melirik sekilas kemudian berdiri dan meninggalkan Dimas yang terpaku diam menghela napas.

Ada rasa hangat menjalar di tangannya saat menyentuh lengan istrinya, Dada Dimas bergemuruh riuh saat memeluk tubuh Rindu yang ketakutan, degup jantungnya pun tak kalah hebat berdetak saat wajah mereka saling mendekat. Dimas melihat betapa cantiknya Rindu di dalam pelukannya.

Hati Dimas terbakar cemburu ketika melihat mata Rindu yang berbinar saat bertemu Awan, ia berusaha bersikap biasa meski yang terjadi ia menanggapi dingin perkenalannya dengan Awan. Hati Dimas tersentuh ketika di lihatnya Rindu yang berlari menjauh melihat betapa mesranya lelaki cinta pertamanya berjalan dengan kekasihnya.

Dimas merasakan rasa aneh yang menjalar di tubuhnya ketika jemari Rindu bermain di wajahnya, mata Dimas masih terpejam dan merasakan lebih jauh elusan ringan tangan istrinya, ketika tiba-tiba ia merasakan tangan Rindu yang mundur karena kaget. Dimas menarik lembut tangan Rindu, ia tak ingin Rindu terganggu oleh gerakan tubuhnya, di letakkannya tangan Rindu di bawah dagunya,  mengenggamnya erat dan kembali tidur. Aku menginginkanmu Rindu.
***

Rindu terbangun ketika matahari pagi menyengat kulit wajahnya, tubuhnya terasa segar ia hampir saja lupa bila sedang kedatangan tamu bulanan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, tubuhnya menegang ketika menyadari ia sedang duduk di atas tempat tidur. Bukankah tadi malam aku duduk di depan tivi? Siapa yang membawaku ke sini??

" Pagi Rindu.." Dimas masuk sambil menenteng dua piring nasi goreng, meletakkannya di atas meja kecil depan tivi, kemudian berbalik menghadap Rindu yang masih melongo. Dimas berjalan mendekat dan duduk di samping tempat tidur.

" Kok bengong? Kenapa sayang?" Dimas menyentuh wajah Rindu sekilas. Rindu yang tersadar menunduk malu, wajahnya merona merah. Apa..apa Mas Dimas yang mengendongku? Tanyanya panik.

" Rindu?" Rindu mengangkat wajahnya menatap wajah Dimas yang terlihat segar, kemudian beralih ke tangan lelaki itu yang tertutup perban putih, ada rasa bersalah dihati Rindu.

" Lukanya?" telunjuk Rindu menyentuh perban putih, mengeryit tanpa sadar. Dimas refleks membalikkan tangannya dan menangkap telunjuk Rindu, memainkannya sesekali mengelitik. Rindu tersenyum tertahan merasakan sensasi geli di telunjuknya. " Aah!" Rindu memekik kaget ketika tangan Dimas menarik keseluruhan tangannya, menggengam jemarinya dengan lembut, wajah Rindu kontan memerah.

" Ayo mandi, terus sarapan.." Dimas berdiri, di tariknya pelan selimut yang menutupi tubuh Rindu tanpa melepaskan genggamannya.

" Apa perlu mas gendong lagi?" Dimas bersiap membungkuk ketika melihat tidak ada reaksi dari Rindu. Rindu tertawa mengelak menepis tangan Dimas yang terayun, menatap kesal kemudian berdiri. " Tangan.." Dimas menaikkan alisnya ketika Rindu mengangkat tangannya yang masih tergenggam erat di dalam tangan Dimas.

Rindu, Love or HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang