Apa ini Cinta?

472 14 0
                                    

Dimas melangkah ke dalam ruangan kerjanya, meletakkan tas kerja dan mulai sibuk dengan berbagai laporan, tiga hari cuti membuatnya kembali harus bekerja keras menyelesaikan banyak pekerjaan. Dimas merasakan punggungnya yang sakit sejak tadi malam, ia memang tak bisa tidur tenang memikirkan kehidupan rumah tangganya bersama Rindu.
Rindu..belum ada sehari kami terpisah aku sudah merindukannya.. Dimas menatap foto Rindu di sudut meja kerjanya, tersenyum dan menghela napas.

" Tok..tok..!!"

" Masuk.." Dimas melihat pak Darto yang berdiri membuka pintu, wajahnya nampak pucat. Dimas menatap heran. " Bapak sakit?" tanya Dimas. Pak Darto hanya tersenyum, tapi Dimas melihat tubuh tua itu sedang berusaha menahan sakit. " Kita ke dokter sekarang pak." dengan cepat Dimas meraih hapenya sebelum pak Darto membantah.

Aroma rumah sakit menusuk hidung Dimas, membuatnya menahan napas. Tubuhnya bersandar pada kursi, menunggu pak Darto yang sedang di periksa.

" Nak Dimas..? Dimas menoleh kaget, berdiri dan mengucapkan terima kasih pada perawat yang mengantarkan pak Darto keluar.

" Bagaimana pak?"

"  Bapak tidak apa-apa nak, hanya kelelahan." sahut lelaki tua itu. Dimas menempelkan tangannya ke kening pak Darto, rasa hangat menjalar dengan cepat. " Lebih baik bapak istirahat sementara waktu." pak Darto menggeleng lemah, tapi Dimas tetap bersikeras tidak ingin di bantah. Dimas mengantarkan pak Darto pulang kerumahnya sebelum akhirnya ia kembali ke kantor.

***

" Belum pulang Ukh?" Rindu menoleh ke samping dan menggeleng kepada Amerta yang berdiri di depan pintu. Mata Rindu menatap jalan rumah Quratu Ayun, tak ada tanda-tanda kedatangan Dimas disana.

" Nunggu Dimas?" Amerta duduk di samping Rindu, matanya melekat meneliti wajah sahabatnya dengan tersenyum.

" Kenapa Mer?" Amerta menggeleng masih dengan senyuman mengoda. Rindu melirik sahabatnya curiga. " Sepertinya hubungan kalian membaik?" Rindu mengulum senyum mendengar pertanyaan Rindu, ia sendiri tak memahami bagaimana perasaannya terhadap Dimas, yang jelas sejak liburan tiga hari di desa membuka perlahan sesuatu yang lama tak di rasakannya.

" Ri..emm di sana sempat ketemu Awan gak?" senyum di wajah Rindu memudar begitu nama Awan di sebut, kepalanya menunduk.

" Kamu masih mencintainya Ri?"

Rindu mendesah. " Gak tahu Mer, yang jelas aku tak merasakan rasa seperti dulu..lagipula ia sudah memiliki kekasih." Amerta terdiam, ia tahu bagaimana Awan. Rindu pernah bercerita banyak tentang Awan, kehidupan lelaki itu selalu di kelilingi banyak wanita, baginya cinta tak cukup satu.

"Bagaimana dengan Dimas?apa ketika kalian bertemu, maksudku Awan dengan kamu, apa ia cemburu?"  Rindu menatap Amerta. Cemburu?ia tak tahu apakah Dimas cemburu.

Rindu menggeleng dan mengangkat bahu.

" tiin..tiiiin!!" Rindu dan Amerta menatap bersamaan, sebuah mobil sedan hitam milik Dimas terparkir di depan pintu pagar, lelaki itu melongokkan kepalanya dari jendela, melambaikan tangannya. " Aku pulang dulu ya Mer, assalamualaikum.."

"Wa'alaikummusalam.." Amerta menatap Rindu yang berlari masuk ke dalam mobil.

***

" Mau makan dulu?" Dimas menoleh ke arah Rindu.

" Emm..iya." Rindu berpaling, seketika alisnya terangkat, wajah Dimas terlihat pucat dan kelihatan tidak fit. " Mas sakit?" Dimas hanya menggeleng, diam.

" Pak Darto kemana?" Rindu baru tersadar, biasanya pak Darto selalu menemani Dimas kemana pun, tapi hari ini Rindu melihat Dimas datang menjemputnya sendiri.

Rindu, Love or HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang