Cold but Caring

265 17 0
                                    


Sudah 2 minggu lebih Lily dan Louie tinggal di Othsland. Latihan demi latihan dijalani keduanya dengan baik dari hari ke hari. Pagi itu, Louie masih semangat dan menunjukkan antusiasnya untuk latihan. Seperti biasa Dalvin yang akan melatihnya.

Berbeda dengan Lily yang akhir-akhir ini begitu murung setelah terakhir bertemu Mike di taman itu. Pangeran Vampire itu tidak pernah mengunjunginya lagi sampai sekarang. Kekhawatirannya sungguh membuatnya menderita. Gadis itu berjalan ke arah cermin seraya melihat wajahnya yang tak bersemangat hari ini.

Hari ini Lily menggunakan dtes putih milik Darlene yang dibalut dengan jaket kulit coklat miliknya. Mau tidak mau, ia harus tetap menjalani beberapa latihan lagi sebelum kembali ke Axnessia.

____

Louie dan Dalvin berjalan kearah bukit dengan hamparan rumput luas sejauh mata memandang. Teriknya matahari tidak menyusutkan semangat Louie untuk berlatih menggunakan pedang saat itu. Mereka sudah siap memegang hulu pedang masing-masing.

"Ayo lawan aku!" tukas Dalvin yang sudah mengambil ancang-ancang.

Louie pun menebaskan pedangnya berkali-kali pada Dalvin. Tak disangka hasil latihannya yang singkat kemarin membuahkan hasil bagi Louie. Remaja laki-laki itu dapat dengan mudah menggunakan pedangnya untuk melawan dan menangkis.

"Cukup. Aku akui kau sudah cukup mahir menggunakan senjata ini Louie, kau hebat!" puji Dalvin dengan sedikit ngos-ngosan.

"Terima kasih." Louie tersenyum puas lalu memasukkan pedang ke saku pinggangnya.

"Kau hanya harus meningkatkan lagi kecekatanmu, dan lebarkan satu kaki saat hendak menangkis. Kau mengerti?"

Remaja laki-laki itu mengangguk mantap.

Latihan mereka sejenak terhenti saat melihat sekelompok prajurit berpakaian serba putih datang ke tengah padang rumput lalu berbaris dengan rapi. Terlihat Cleve juga ada disana dan memimpin pasukan.

"Mereka siapa?" Louie menyipitkan matanya.

"Mereka adalah prajurit inti peri untuk perang nanti."

Louie hanya mengangguk sembari memandang para prajurit gagah itu. "Kau tidak bergabung?"

"Aku juga termasuk di dalamnya, tapi hari ini aku harus melatihmu. Masih ada beberapa latihan lagi yang harus kau lakukan."

"Baiklah." Louie mengangguk lagi seraya masih kagum memandang para prajurit itu.

Dalvin menoleh. "Aku yakin, suatu saat nanti kau akan menjadi bagian dari mereka Louie."

Louie meliriknya sekilas. Tentu ada keinginan bagi laki-laki itu untuk menjadi prajurit peri.

"Boleh aku bertanya?"

"Tentu saja."

"Apa perang nanti... akan berlangsung di tempat ini?"

"Aku tidak tahu pasti. Dahulu perang dilaksanakan di Greesland."

Louie menoleh penasaran. "Gressland?"

"Greesland adalah kota yang berbatasan dengan Othsland. Tidak banyak yang menghuni wilayah itu karena memang sebagian besar kota itu hanya daratan, padang rumput dan hutan."

"Lalu siapa yang menghuni kota itu sekarang?"

"Kaum peri seelies dan unseelies," jawab Dalvin sambil memainkan sarung pedangnya. Ia menatap wajah Louie yang terlihat bingung.
"Kau pasti baru mendengar kata unseelies kan?"

Louie mengangguk. "Apa itu ras lain dari kaum peri?"

"Ya. Unseelie dikenal angkuh dan tidak ramah dengan manusia bahkan dengan kami. Mereka tidak pernah sependapat dengan kaum lain, alias mereka berdiri pada aturan mereka sendiri," terang Dalvin.

My Strong Girl Mate [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang