Kesalahan?

233 14 0
                                    

Lily bangun dari tidur pulasnya. Gadis itu menjuntaikan kedua kakinya dari kasur dan duduk,  melihat jarum jam yang telah menujukkan pukul setengah delapan pagi. Lily tertegun setelah mengingat kejadian yang menimpanya semalam--membuatnya bergidik sekaligus bersyukur bahwa ia masih hidup.

Gadis itu beranjak menuju kamar mandi. Setelah selesai, Lily membuka pintu kamarnya dan terkejut Darlene sudah berdiri dibalik pintu.

"Aku baru saja mau mengetuk pintu kamarmu. Ayo kita ke ruang makan, aku sudah menyiapkan sarapan," ucap Darlene dengan senyum manis yang sudah terpatri di bibirnya.

Lily mengangguk setuju dan berjalan ke ruang makan. Ruang makan dalam rumah itu cukup sederhana, namun memiliki kesan sejuk karena interiornya yang menyatu dengan alam, yaitu ciri khas tempat tinggal peri.

Beberapa makanan sudah tersedia di meja makan termasuk segelas susu, dan teh.

"Dimana Dalvin dan Louie? Aku tidak melihatnya dari tadi," tanya Lily penasaran.

"Mereka sudah sarapan tadi. Entahlah, pagi-pagi Dalvin sudah mengajaknya pergi." Darlene mengendikkan pundaknya sembari mengoles selai di roti.

"Hmm.. baiklah." Lily ikut mengambil sehelai roti dan selainya.

"Tenang saja. Nanti setelah sarapan, aku juga akan mengajakmu ke suatu tempat. Mungkin kamu akan suka."

"Benarkah?"

Darlene memberi anggukan.

"Darlene, bolehkan aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja... apa?"

"Sampai sekarang, aku masih belum mengerti bagaimana aku bisa melawan The Dark Angel dan... melenyapkannya. Aiden bilang, aku menyebut sebuah mantra peri yang aku sendiri tidak sadar mengapa aku bisa mengucapkannya."

Darlene mendengus lalu tersenyum. "Kamu adalah manusia setengah peri yang pasti sudah dibekali kelebihan sejak lahir. Dan kamu belum dapat mengendalikan kekuatanmu itu dengan baik. Peri yang merasa terancam dan marah akan menjadi semakin kuat. Itulah sebabnya kamu dapat melakukan hal seperti itu Lily."

Lily pun mengangguk mengerti. "Lalu apa arti 'FIILMORA WASESHA' yang ku ucapkan waktu itu?"

"Filmora Wasesha artinya, 'Tidak akan ada yang mengampunimu.' Itu adalah kalimat mantra dari dewa peri. Aku juga tidak mengerti banyak tentang mantra itu. Karena itu bahasa kuno." Darlene terkekeh, lalu mengunyah makanannya. "Mungkin dulu orang tuamu pernah mengajari tentang bahasa itu, apa kamu ingat?" lanjutnya.

Liky berhenti mengunyah seraya mengingat-ingat kemudian menggeleng. "Tidak. Orang tuaku tidak pernah mengajariku apapun tentang peri."

"Hmm... Atau mungkin orang tuamu menguasai bahasa itu. Mungkin saja mantra-mantra itu bisa melekat dalam tubuhmu." Darlene mengada-ada. "Tapi... sudah lupakan, tidak usah dipikirkan, yang terpenting kamu telah berhasil membunuh musuh kami," lanjutnya.

***

Pagi menjelang siang itu Darlene mengajak Lily pergi. Mereka melewati perkebunan dengan pohon Oak besar yang rindang. Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan mereka. Darlene menunjuk kearah seorang pria bertubuh tinggi yang berdiri memunggungi mereka.

"Kau akan berlatih dengannya nanti. Dia adalah Prajurit inti Peri, sama seperti Dalvin."

Tak lama pria itu memutar tubuhnya lalu menghampiri mereka di pinggir lapangan. Sontak Lily terkejut saat melihat jelas wajah laki-laki itu yang tak asing baginya.

"Hai Darlene," sapa laki-laki itu, yang kemudian matanya begeser menatap Lily. "Lily...?"

Darlene menatap Lily dan Walter bergantian. "Kalian sudah saling mengenal?"

My Strong Girl Mate [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang