Udah sebelas aja...
Cepet banget🙂
Jangan lupa vote dan komen.Selepas perkenalan singkat tadi. Kami kemudian kembali ingin berembuk sesuatu dengan teman- teman laki-laki dan tentunya jangan lupa Gus Biru.
Ya ampun baru juga berdoa. Kami berkumpul di selasar masjid.
Para santri sudah kembali ke kelas masing-masing untuk ta’lim kitab mambadi’fiqih atau apa tadi bilangnya. Entahlah.
Sekarang kami bersebelas berkumpul disini. Sengaja mengundang Gus Biru karena kami juga sekaligus berkoordinasi mengingat proker kami juga nantinya akan melibatkan kegiatan para santri.
Yang perempuan duduknya agak berjarak dari para laki-laki. Aku hanya menunduk dari tadi. Kepalang malu dan merasa su’ul adab.
“OKey pripun jadinya, ini mas-mas sama mbak-mbak mau kordinasi terkait apa?” tanya Gus Biru dengan ramah. Bagiku sih ya tetap cuek, dingin. Heh tolong ingatkan aku agar tidak Su’ul adab lagi.
“Jadi begini Gus, kami rasa koordinasi ini memang sangat perlu, mengingat salah satu program kerja kami berhubungan dengan santri dan anak-anak sekitar nah disini kurang lebihnya salah satu program kami adanya seperti seminar dan pelatihan kegiatan literasi untuk para santri juga anak-anak sekitar dan mungkin juga sekaligus kami ada program ikut mengajar disini dan juga masyarakat sekitar pripun Gus?” Ucap Faisal.
“hemm..begitu ya, coba saya lihat proposal nya ada?”
“oo inggih ada Gus, sebentar saya cari dulu di ponsel saya inggih Gus.” Gus Biru mengangguk. Dan sepersekian detik diserahkan nya proposal itu pada Gus Biru.
Matanya yang sayu itu meneliti dengan jeli proposal kami. Sambil sesekali mengangguk-angguk.
“Inggih-inghib jadi ini seminarnya kira-kira berapa kali?”
“insyaAllah seminggu sekali Gus di hari Sabtu.”
“inggih kalau ini bisa Mas, nanti bisa diadakan seminarnya sore setelah asar. Jam segitu kalau hari Sabtu santri dibebas tugaskan. Bagaimana?”
“Inggih Gus Saestu saget.”
“okeh seminar deal ya, terus untuk kegiatan mengajar ini mau ikut mengajar di pendidikan atau ngajar mengaji saja, anak-anak. Kalau ditaruh di kelas atas, kan Ndak semuanya pernah mondok kan ya. Jadi untuk pendidikannya tak taruh dibantu ngajar ngaji kelas jilid saja ya.”
“Inggih Gus Alhamdulillah diringankan heheheh.” Ucap Bagas.
“Tidak usah ribet-ribet mas. Berhubung ini juga proker kalian banyak. Biar terjangkau semua ya to. Okeh mengajar sudah deal. Nah kalau untuk urusan seperti membantu kegiatan ekonomi masyarakat sekitar dan desa njenengan-njenengan bisa konsultasi ke pak kepala desa. Besok pembukaan to?”
“Inggih Gus, insyaallah besok setelah isya’. Dherekaken rawuh inggih Gus (ikut datang ya Gus.)”
“Inggih insyaAllah saya usahakan.” Ucap Gus biru yang lagi-lagi ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS BIRU SEASON 1 [Tamat]
Espiritual{Series Simpul Rasa 1: #Maiza} DISCLIMER ‼️‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA. JANGAN LUPA UNTUK VOTE, KOMEN, DAN SHARE KISAH INI ADALAH FANTASI RELIGI ROMANSA. =========== "Gus jangan terlalu dingin, Maiza tidak cocok berdekatan dengan Gus. Maiza pilekka...