🥺 DUA PULUH TIGA 🥺

1.1K 70 1
                                    

Ya dah update lagi.

Sebelum ditarik nih cerita.

Okey,

Ceklek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklek

Suara pintu terbuka. Gus Biru masuk kamar. Maiza tergagap bangun. Ia menengok jam yang tergantung di dinding pukul setengah tiga dini hari.

Maiza mencoba menyambut Gus Biru yang baru masuk ke kamar. Ia berusaha menjadi istri yang baik. Maiza sudah bertekad.

Ia semalam ketiduran. Hingga tak sadar setelah ia menangis ia tertidur dengan posisi duduk di bawah dan kepala menelungkup di ranjang.

“Gus…mau Maiza siapkan baju?”

Membisu. Maiza hanya dilewati. Gus Biru melangkah ke kamar mandi yang ada di sana.

‘Huh, Masih awal.’

Maiza tidak ingin berpikir yang tidak-tidak. Ia kemudian menuju almari dengan mengandalkan feeling-nya. Ia menyiapkan kaus bewarna abu untuk Gus Biru.

Ternyata feeling-nya tepat. Almari yang ia tuju adalah almari pakaian santai Gus Biru. Tak lama Gus Biru keluar kamar mandi. Maiza memilih masuk kamar mandi.

Ia rasa wajahnya masih ada make up yang menempel. Setelah Maiza mencuci muka, ia melihat baju yang ia siapkan teronggok dibiarkan begitu saja di atas kasur.

Lagi Gus Biru tak menghargai Maiza. Ia memilih mengambil baju yang lain di dalam almari. Maiza hanya menghela napas.

Ia ambil baju abu itu dan memasukkannya kembali ke Almari. Hendak ia bertanya, Gus Biru sudah bersiap untuk keluar.

“Gus…njenengan mau kemana?”

tidak ada jawaban. Gus Biru memilih untuk melanjutkan jalannya menuju pintu kamar. Maiza menyusul.

Dengan keberanian yang secuil ia memberanikan diri menarik kaos yang Gus Biru pakai dengan telunjuk dan jempolnya.

“Gu-Gus mau kemana ini sudah larut, njenengan harus istirahat.” Ungkapnya perhatian.

Gus Biru menoleh apa yang menahannya.

“Lepas!”

“Gus…”

“Saya bilang lepas Ning!” Ungkapnya dengan tajam.

“Ta-tapi ini sudah la..rut.”

“Jangan lancang Ning.” Katanya dan tanpa menghiraukanku lagi ia keluar dari kamar ini.

Aku mematung. Pintu terdengar seperti dibanting walau tidak keras. Tanganku masih menggantung. Aku berulang kali menghela napas.

“Allah…Allah….” Hatiku berucap.

Tanpa sadar air mataku meleleh kembali. Malam ini atau pagi ini saksi seorang istri ditinggalkan oleh suaminya, dihari pertama mereka menikah.

Setelah sadar aku segera menghapus air mata ini. Teringat masih memiliki wudhu, aku pun sholat tahajud.

GUS BIRU SEASON 1 [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang