03

23.5K 1.6K 105
                                    

Maksud gua komen yg banyak tuh bukan next next doang anjir, gua pengen tau chapter ini kaya gimana menurut kalian. Ngerti kannn?D:















"Renjun, kamu baru pulang, Nak?"

"Eh?!"

Tubuh Renjun menegang. Ia berbalik dan memandang ibunya dengan senyum canggung. "Renjun udah pulang daritadi kok, Bu," jawabnya berbohong.

Ibu Renjun yang tahu putranya itu berbohong tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Anak manis Ibu belajar bohong darimana hm?"

Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung mau menjawab apa.

"Sini, Nak. Coba cerita ke Ibu kenapa kamu pulang telat," suruh Ibu Renjun seraya menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong. Renjun pun menurut, ia mendekati ibunya dan duduk di tepi ranjang.

"Eum... itu tadi ada stok barang yang dateng, jadi Renjun disuruh Pak Bos buat beresin barang itu di gudang," jawab Renjun sebagai alibi.

"Oh. Kasihan, anak ibu pasti lelah," ucap Ibu Renjun prihatin seraya mengusap kepala anaknya dengan sayang. "Kamu sudah makan?"

"Sudah kok, Bu. Tadi sebelum pulang Renjun sempatin buat makan," jawab Renjun. "Ibu sendiri sudah makan kan? Sudah minum obat juga?"

"Sudah, sayang. Tadi Yeri ke sini bantu ibu buat makan dan minum obat."

"Kalo gitu Renjun ke kamar ya, Bu. Renjun lelah ingin tidur," ucap Renjun.

"Iya, Nak. Tidur yang nyenyak ya!"

Renjun tersenyum dan mengangguk. Ia menunduk untuk mencium pipi ibunya. "Selamat malam, Bu."

Setelahnya Renjun keluar dari kamar sang ibu dan bergegas menuju kamarnya. Ia merebahkan diri di tempat tidur, lalu mengambil handphone-nya dari dalam tas. Oh, ada dua notifikasi dari Jeno dan Jaemin. Renjun dengan cepat membuka pesan itu satu persatu dan membalasnya.

Renjun kembali meletakan handphone-nya di atas nakas. Ia mendongak dan menatap langit-langit kamarnya. Dalam otaknya terputar memori akan apa yang sudah dilalui Renjun bersama Jeno dan Jaemin hari ini.

"Uh, hanya dengan memikirkannya saja pipiku memanas," gumam Renjun seraya menyentuh pipinya yang terasa panas. Ia yakin bagian itu pasti memerah.

Tapi sedetik kemudian Renjun menggelengkan kepalanya kuat, berusaha menghilangkan bayangan itu dari kepalanya.

"Nggak, nggak. Renjun, inget peraturan nomor 7!"

.

.

.

"RENJUN-A~"

Renjun yang sedang berjalan di koridor kampusnya pun berhenti begitu namanya dipanggil lalu menoleh ke arah sumber suara. Ah, ternyata itu adalah kedua temannya. Haechan dan Soobin.

"Kita mau ngajakin lo ke caffee yang baru launching di deket sini, Njun," ucap Haechan menjelaskan tujuannya. "Lo bisa nggak?"

"Eum..." Renjun terdiam sebentar. "Bukannya nggak mau, Chan. Tapi gue udah ada urusan lain," jawabnya. Iya, kan hari ini Renjun sudah memiliki janji untuk makan siang bersama Jaemin.

"Ey.. urusan apa urusan nih?" tanya Soobin menggoda Renjun.

"Hih, bilang aja kalau lo mau pergi sama dua sugar daddy lo itu kan?" tebak Haechan.

Haechan dan Soobin memang mengetahui tentang sugar relation antara Renjun, Jeno, dan Jaemin. Gimana bisa? Karena Mark, sugar daddy Haechan dan Yeonjun, tunangan Soobin merupakan teman dan rekan bisnis Jeno dan Jaemin. Itu juga alasan kenapa ketiga pihak submisif ini bisa berteman akrab.

HELLO, SUGAR! (NORENMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang