Hoekk...
Lagi dan lagi, Renjun harus pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Ini bahkan sudah yang kelima kali, membuat tubuhnya lemas bukan main.
"Kenapa mual terus sih?" gumam Renjun seraya menyentuh perutnya yang masih rata. "Nak, jangan bikin Mommy mual mulu dong. Kalau kaya gini Mommy bisa lemas, Sayang.."
Tok... Tok...
"Renjun sayang, lagi apa di dalam?"
Renjun panik begitu suara pintu diketuk dan suara Jaemin menyapa indera pendengarannya. Ia pun langsung berpura-pura menyalakan keran air dan menjawab, "Lagi pipis, Dad. Sebentar."
"Oh, ya udah. Jangan lama-lama, sayang," ucap Jaemin lalu pergi menjauh.
Setelahnya Renjun merapikan kekacauan yang ia buat. Mulai dari menyiram bekas muntahannya, membersihkan mulut dan sekitar bibirnya, hingga mencuci muka dan mempoles liptint di bibirnya agar kelihatan lebih segar. Lalu berulah ia keluar dari dalam kamar mandi, disambut oleh Jaemin yang sedang duduk di pinggir ranjangnya.
"Kamu lama banget di kamar mandinya, tadi Daddy pikir kamu lagi mandi," ucap Jaemin membuat Renjun hanya bisa tersenyum kaku. "Duduk sini, sayang!" Ia menepuk-nepuk ranjang, menyeruh si manis itu untuk duduk di sebelahnya.
Renjun pun berjalan mendekat dan mendudukan dirinya di samping ranjang persis di sebelah Jaemin.
"Kemarin kamu bilang ada sesuatu yang mau diomongin kan? Ayo ngomong sekarang," ucap Jaemin seraya menegakan tubuhnya dan menatap Renjun.
"Eum.. itu.." Renjun menggantung ucapannya, hatinya masih bimbang mau memberitahu tentang kehamilannya pada Jaemin atau tidak.
"Itu apa, Sayang?" tanya Jaemin penasaran.
"Aku.. eum.. h-ha.."
Renjun menggelengkan kepalanya kuat-kuat. 'Nggak. Nggak. Kayanya ini belum saatnya buat bilang.'
"Aku mau beli tas dior keluaran terbaru, Dad. Warnanya putih, bagus banget. Boleh ya?"
Jaemin sontak tertawa mendengar itu, tangannya terulur untuk mencubit pipi Renjun gemas.
"Astaga, Daddy pikir kamu mau ngomongin sesuatu yang penting banget, ternyata cuma mau tas baru hm?"
"Sakit ish!" Renjun mengusap-ngusap pipinya yang baru saja dicubit dengan gemas oleh Jaemin. "Aku mau itu, Dad. Boleh yaaa? Yaa?"
"Iya boleh, Sayang," jawab Jaemin tanpa berpikir. "Nanti uangnya Daddy transfer ke rekening kamu ya."
"Yey! Thank u so much, Daddy!" Renjun menerjang Jaemin dengan pelukan, lalu ia menciumi dada bidang Jaemin bertubi-tubi.
Jaemin terkekeh lagi. Ia balas memeluk Renjun dan membiarkan Renjun yang tengah menciumi dadanya. "Anything for you, cutie.."
'Maafin Mommy ya, Nak. Mommy belum siap buat bilang ke Daddy kamu..'
.
.
.
Haechan sibuk memandangi Renjun yang tengah memakan semangkuk ramen dengan begitu lahap. Semenjak hamil entah kenapa nafsu makan Renjun bertambah tiga kali lipat. Bahkan ini sudah mangkuk ramen ketiga yang ia makan.
"Pelan-pelan aja makannya. Nggak lucu kalau nanti lo kesedak," ucap Haechan mengingatkan.
"Ramennya enak banget, Chan," balas Renjun dengan mulut yang masih penuh.
"Gue tau ramennya enak, tapi emangnya lo nggak kenyang?" tanya Haechan. Ia baru makan satu mangkuk saja perutnya sudah penuh, porsi ramen di kedai ini memang lumayan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, SUGAR! (NORENMIN)
FanfictionHuang Renjun. Lelaki berusia 21 tahun itu selalu dikenal dengan image anak baik-baik dan polos, baik di mata keluarganya maupun di mata orang-orang sekitar di lingkungannya. Tapi bagaimana jika dibalik semua itu, Renjun memiliki sebuah fakta rahasi...