Setelah disetubuhi hampir delapan jam --empat jam di dalam ruangan merah bawah tanah dan empat jam lagi di dalam kamar Renjun merasa tubuhnya seperti remuk. Sakit di sana-sini dan suaranya juga serak, mungkin karena terlalu banyak mendesah semalam.
Saat terbangun waktu sudah menunjukan pukul 11 siang. Jeno dan Jaemin sudah tidak ada di sisinya, mungkin keduanya sudah pergi bekerja. Di atas nakas sudah disediakan roti isi telur serta segelas susu untuknya sarapan. Terdapat juga secarik kertas berisi pesan dari kedua Daddynya. Tangan Renjun terulur untuk mengambil kertas itu dan membaca isinya.
Kami berdua sudah berangkat kerja. Sengaja nggak bangunin kamu karena tahu kamu pasti kecapekan. Kalau udah bangun jangan lupa di makan sarapannya. Di laci juga ada salep pereda nyeri, olesin ke lubang kamu biar nggak terlalu sakit.
From,
Jeno&JaeminMembaca kalimat terakhir, Renjun pun membuka laci nakas. Dan benar saja, terdapat sebuah salep pereda nyeri di sana. Si manis itu tersenyum kecil. Dengan langkah terseok ia pun berjalan ke kamar mandi dengan membawa salep itu.
Setelah selesai mandi dan memakai salep itu, Renjun keluar dari kamar mandi dan beranjak menuju walk on closet. Ia memilih-milih baju yang tergantung di sana. Akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah kaos oblong pendek berwarna hitam milik Jeno. Mengingat tinggi badan mereka yang cukup signifikan, baju itu sampai menutupin pahanya. Jadi dengan begitu Renjun memutuskan untuk memakai celana pendek lagi.
Renjun duduk di pinggir ranjang dan mulai memakan sarapannya sembari memainkan handphone. Aplikasi yang pertama ia buka adalah aplikasi chat. Renjun ingin mengabari Jeno dan Jaemin bahwa ia sudah bangun dan sudah memakan sarapannya. Ia juga mengirim pesan pada Yeri untuk menanyakan apakah ibunya baik-baik saja.
Sarapan sudah tandas, Renjun pun turun ke bawah untuk meletakan piring dan gelas kotor itu di tempat cuci piring. Karena bosan Renjun mencoba untuk melihat-lihat halaman belakang mansion ini. Oh, ternyata ada seorang tukang kebun yang sedang sibuk menanam bunga di sana. Penasaran, Renjun menghampiri tukang kebun tersebut.
"Eh, Tuan Renjun!" Tukang kebun yang menyadari kehadiran Renjun segera berdiri dan membungkuk hormat pada si Tuan Kecil.
"Panggil Renjun saja, Pak." Renjun merasa tidak enak kalau dipanggil Tuan. Apalagi Bapak tukang kebun ini pastilah lebih tua darinya.
"Baik, Tu--Eh, Renjun."
"Bapak lagi menanam bunga apa?" tanya Renjun penasaran.
"Ah, ini bunga anggrek. Nyonya besar yang menyuruh saya untuk menanam ini," jawab si tukang kebun masih sembari sibuk menanam.
"Nyonya besar?" ulang Renjun dan tukang kebun itu mengangguk.
"Iya, nyonya besar. Ibu dari Tuan Jeno dan Tuan Jaemin. Beliau sangat menyukai tanaman dan bunga."
Renjun membulatkan mulutnya dan mengangguk-angguk paham. "Bapak kenal deket sama orangtua Daddy Jen dan Daddy Jaem? Boleh ceritakan sedikit tentang mereka berdua kepadaku?"
"Tentu saja, Renjun. Tuan Besar Jaehyun, Ayah dari Tuan Jeno dan Tuan Jaemin adalah sosok orang yang sangat tegas. Ia disiplin dan jarang sekali bicara, bahkan kepada ketiga anaknya pun hanya bicara ketika perlu saja. Sedangkan Nyonya Besar Taeyong orang yang penyayang dan baik sekali pada semua orang. Bahkan katanya Nyonya Besar Taeyong sudah menganggap para pekerja di rumah ini sebagai saudara. Dia tidak pernah memandang sebelah mata orang yang berbeda kasta dengannya."
Renjun menyimak penjelasan tukang kebun itu dengan seksama. Tapi tunggu, tadi apa katanya? Tiga anak?
"Daddy Jen dan Daddy Jaem punya saudara kandung? Tadi kok bapak bilang ketiga anaknya?" tanya Renjun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO, SUGAR! (NORENMIN)
FanfictionHuang Renjun. Lelaki berusia 21 tahun itu selalu dikenal dengan image anak baik-baik dan polos, baik di mata keluarganya maupun di mata orang-orang sekitar di lingkungannya. Tapi bagaimana jika dibalik semua itu, Renjun memiliki sebuah fakta rahasi...