PART DERTHA!++
═════════•°•⚠️•°•═════════
13.56wib.
Entah ada angin apa Zander ingin bermain di siang hari seperti ini, bahkan laki-laki itu memintanya bukan memaksanya.
"Z-zan," cicit Letha mengalungkan tangannya dileher Zander.
"Hm?"
"Gue pengen," serak Zander dengan napas memburu.
"Please, enggak dulu ya?"melas Letha mengusap tengkuk Zander.
Entah kenapa malam ini tidak ada Zander yang agresif, kasar, dan pemaksa yang selalu mendominasi permainannya.
Zander menjatuhkan wajahnya di dada Letha, keduanya sudah sama-sama naked sejak setengah jam yang lalu.
"Mau ya? Gue pengen banget, kan udah seminggu enggak." Setelah Zander mengucapkan itu, Letha mengangguk dengan ragu. Namun, melihat Zander yang terus-menerus meminta dengan melas, apa boleh buat daripada ia dikasari.
Letha menggigit bibir bawahnya saat merasakan milik Zander menyentuh miliknya, berusaha menerobos masuk dengan perlahan sebelum menghentak sekaligus.
"Eughhh!" desah Letha mendongak. Letha mendesis berulang kali, seminggu tidak melakukannya membuat Letha merasakan sedikit sakit.
Zander yang tau Letha merasa sakit diarea intinya langsung menggenggam tangan gadisnya itu kembali merangkul lehernya.
"Jangan digigit bibirnya," ucap Zander merendahkan tubuhnya, menghisap bibir Letha lembut.
"Eumhh," Letha menepuk-nepuk bahu Zander ketika merasa oksigennya mulai menipis.
"Ahh shit! Kenapahh masih sempit sialan!" desah Zander mempercepat tempo pergerakannya.
Desahan, lenguhan, erangan nikmat dan saling menyebut nama meramaikan kamar kedap suara dengan nuansa hitam abu-abu itu.
"Pe─lan pleasee, ahh!" Bukannya memelan, Zander malah semakin menaikan tempo pergerakannya untuk mencapai pelepasannya.
"Shitt Lethaahhh arghhh!" Zander bergeram rendah ketika mendapat pelepasannya menunduk menghisap leher Letha hingga meninggalkan bekas merah disana.
"Huhh, huhh, ke─kenapa di dalem?" tanya Letha sembari mengatur napasnya.
Letha bergantian karena biasanya Zander tidak pernah mengeluarkannya di dalam.
Bukannya menjawab, Zander malah menghisap dua gunung kembar Letha bergantian lalu mengubah posisi mereka menjadi menyamping dengan masih menyatu.
Zander mengacuhkan Letha dan malah memejamkan matanya dengan mulut yang terus menghisap.
Letha mendengus pasrah, kemudian ikut terlelap. Mendengar dengkuran halus Zander membuka matanya, sedikit mendongak menatap Letha dari bawah.
'Gue mau anak,' batin Zander mengeratkan pelukannya.
•••
20.09wib.
Tepat pukul 8 malam lewat sembilan menit, Zander terbangun dari tidurnya setelah bercinta dengan gadisnya.
Iya, gadisnya. Karena Letha memang bukan istrinya, bisa dikatakan ia membeli kehormatan gadis itu beberapa bulan yang lalu.
Zander bukan laki-laki penggila sex yang suka ke clubbing dan menyewa kupu-kupu malam untuk memuaskan hasratnya.
Letha adalah pertama yang menjadi candunya, Zander bukan laki-laki romantis, bukan laki-laki yang bisa dengan gampang dekat dengan perempuan,bukan juga laki-laki yang tau apa itu mencintai dan dicintai.
Zander marah, ia yang memang tempramental dipicu emosinya saat tau Letha menjual diri di club Om-nya dengan bantuan Irene seorang jalang terbaik disana.
Sejak pertemuan awal mereka dua tahun lalu, Zander meng-klain Letha sebagai miliknya hanya saja Zander tidak tau cara mendekati seorang gadis.
"Letha," panggil Zander serak mengedarkan pandangannya.
Mendengar suara gemercik air Zander langsung turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi dengan telanjang.
Grepp!
"Kenapa gak bangunin," bisik Zander dibawah guyuran shower memeluk tubuh polos Letha.
"E─em lepas Zan," gugup Letha karena tangan nakal Zander mengusap dada menuju perut dengan sensual.
"Hm," gumam Zander mengecupi tengkuk Letha.
Zander menjauhkan diri kemudian bergerak berdiri di hadapan Letha, "mandiin," pinta Zander menunduk mengecup hidung Letha, ia menggigit pipi dalamnya menahan senyum melihat Letha yang menggemaskan dengan pipi yang bersemu.
"Letha, mandiin!" pinta Zander memaksa.
"I─iya," ujar Letha mengangguk kemudian mulai menyabuni Zander.
Beberapa menit kemudian, mereka selesai dengan aktifitas mandi mereka dan kini telah selesai memakai pakaiannya.
"Letha, gue laper," adu Zander yang tiduran disofa berbantalan paha Letha.
"Mau makan apa?" tanya Letha mengusap kepala Zander lembut, senyumnya sedari tadi tidak luntur karena sikap Zander yang tidak seperti biasanya.
Ia suka Zander yang lembut, tidak berbicara kasar, apalagi main fisik meski tidak parah tapi siapa yang tidak sakit diperlakukan kasar.
"Apa aja, yang penting masakan lo," cuek Zander membenamkan wajahnya diperut Letha beberapa kali meninggalkan kecupan disana.
"Yaudah, bangun dulu. Gue mau masak," kata Letha menghentikan usapannya.
Letha beranjak keluar kamar sembari mengikat rambutnya menjadi satu, dan Zander menatapnya dari sofa.
Senyum Zander mengembang tipis, "cantik banget Letha-nya Zander," gumam Zander menyugar rambutnya kemudian beranjak menyusul Letha kedapur.
"Gue bukan cowok romantis Tha, gue gak tau rasanya mencintai itu kayak gimana, salah gak kalo gue marah pas ngeliat lo disentuh cowok lain?" tanya Zander tiba-tiba memeluk Letha dari belakang.
Letha tetap diam karena ia rasa Zander belum selesai berbicara.
"Gue- gue gak bisa jelasin apa yang gue rasain Letha. Gue bingung, gue gak paham sama apa yang gue rasa," ucap Zander pelan mengeratkan pelukannya.
Sebelum benar-benar menghampiri Letha, Zander merenungi sikapnya selama ini. Ia terlalu keras, ia sadar ia kasar dan itu semua karena Letha sendiri.
Zander bersyukur dirinya tau tentang hari itu, dimana Letha menjual mahkotanya untuk pengobatan Ayah gadis itu.
Uang 1M tidak berarti apa-apa daripada Letha-nya dibeli orang lain, bagi Zander, tidak masalah menjadi brengsek asal tidak kehilangan gadisnya.
"Letha, maaf," bisik Zander membalikan tubuh Letha menghadapnya, kompor pun sudah Zander matikan sejak tadi tanpa disadari Letha karena gadis itu terus termenung.
"Letha, maafin gue," ucap Zander menyatukan kening mereka.
Letha tertawa hambar menghindar dari hadapan Zander, "lo kenapa sih? Aneh banget hari ini."
Zander menggeleng kemudian mendekati Letha dan memeluk gadis itu erat, "nikah sama gue, mau?" To the point Zander.
"Lo aneh," ungkap Letha.
"Gue mau anak, gue mau nikah. Gue mau kita hidup bareng sebagai pasangan, gue mau kayak Biga sama Skala, Tha. Tapi, gue gak bisa bersikap semanis itu," Zander berbisik pelan.
"Letha," Zander menangkup kedua pipi gadis itu, mengecup kening, kedua mata, kedua pipi, hidung dan mengecup kilas bibir gadis itu.
"Love you," ujar Zander sebelum menyatukan bibir mereka, menghisap bibir bawah Letha dengan lembut tanpa napsu seperti biasanya, mengungkapkan rasa cintanya dengan caranya sendiri.
"Marry me, Lethania Zora."
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Adek Kelas
Teen FictionINI BUKAN CERITA HASIL 𝙋𝙇𝘼𝙂𝙄𝘼𝙏, Ya! DIKARENAKAN AKUN 𝙇𝙖𝙥𝙖𝙠𝙈𝙖𝙠𝘽𝙪𝙘𝙞𝙣 GAK BISA LAGI DI AKSES KARENA HP RUSAK, JADI AKU SI PEMILIK AKUN FACEBOOK 𝘿𝙮 𝙄𝙄 & 𝘿𝙮 𝘾𝙤𝙢𝙚𝙗𝙖𝙘𝙠 MEMUTUSKAN UNTUK MEMBUAT AKUN BARU! DENGAN NAMA WP INI...