Jika sudah mampir, jangan lupa untuk follow dan vomen ya ....
○
○
○
○
○Disaat ku sendirian dalam sepi, kau pun hadir. Dan kuharap ini untuk selamanya.
Delia
***
Sudah tertikam, kini belati itu semakin menusuk memperdalam goresan luka yang semakin menyakitkan. Luka yang mungkin tidak akan ada obatnya dan akan selalu membekas, yang kapanpun bisa kembali tergores dan melebar.
Delia yang sudah tidak tahan dengan semua perkataan Arin pun memilih untuk pergi meninggalkan mereka yang berada di ruang makan. Berlari keluar rumah dengan derai air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
"Kamu sungguh keterlaluan, Arin! Kamu sudah kelewatan!" tekan Lingga yang menahan emosinya agar tidak kelepasan. Bisa dilihat dari rahangnya yang mengeras dengan tatapan penuh amarah. Dan setelah itu, ia pun pergi meninggalkan beberapa umat yang masih berada di sana.
"Aku tidak sangka, Mama tega berkata seperti itu di depan Delia yang masih kecil dan belum tahu apa-apa," desis Arnold yang juga penuh penekanan.
"Arnold! Jangan ikut campur dalam urusan ini! Kamu masih kecil, dan ...."
"AKU BERHAK IKUT CAMPUR, MA!" bentak Arnold yang membuat Arin membelalakkan kedua matanya tidak percaya, karena putranya berani membentak dirinya untuk pertama kalinya.
"Aku berhak ikut campur karena Mama sudah keterlaluan! Aku tidak habis pikir, kenapa Mama bisa setega itu mengatakan hal yang seharusnya tidak didengar sama sekali oleh Delia. Dia itu masih kecil, Ma!"
"Arnold! Kamu berani membentak Mama?!"
"Kenapa tidak? Karena disini Mama sudah salah."
"Arnold ...," panggil Arin yang sama sekali tidak di gubris oleh putranya itu.
"Arnold. Dengarkan Mama, nak," pinta Arin.
"Tidak ada yang perlu didengarkan, Ma. Semuanya sudah jelas, Mama lebih memilih dan menyayangi Amel, dan membenci Delia. Maka jangan salahkan aku, jika aku juga bisa membenci Mama," ungkap Arnold dan kemudian pergi. Meninggalkan Arin dan Amel yang hanya bisa melihat kepergiannya tanpa berkata apapun.
Mendengar ucapan sang putra, Arin pun tidak kuasa lagi menahan gejolak yang berada di dalam dirinya. Ia pun terduduk di kursi dan kemudian menangis.
"Mama ...," panggil Amel yang menyentuh pundak Arin yang bergetar karena menangis. Tapi tidak digubris sama sekali olehnya.
Amel yang melihat Arin menangis pun segera memeluk sang mama dari samping. "Mama ... Sudah, jangan nangis lagi," cicit Amel yang mencoba menenangkan Arin yang masih menangis tersedu.
'Awas kamu Delia, kamu sudah berani membuat Mama aku menangis. Akan aku balas kamu nanti. Lihat saja," batin Amel dengan wajah yang marah.
"Aku benci kamu Delia. Benci!"
***
Saat ini, Delia sedang duduk di atas ayunan di sebuah taman sambil menangis dalam diam, sembari mengingat semua perkataan dari Arin. Sebegitu tidak sukanya kah sang mama pada dirinya, sampai-sampai dia begitu tega berkata seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Delia ( on going )
Novela JuvenilKisah si gadis bisu, bernama DELIA yang harus menelan pahitnya kehidupan. memiliki keluarga yang sangat membenci dirinya, hanya karna kesalahan yang sama sekali tidak di lakukan nya. "Emang apa yang dilakukan oleh Delia? Perasaan dia gak buat masala...