"Ada yang bisa menjelaskan bagaimana ini terjadi? Dan lo, kok bisa ada di sini?" cetus Amel sedikit kebingungan dan kesal saat melihat kehadiran Delia.
"Kita gak sengaja bertemu, jadi sekalian gua ajak ke sini. Ada masalah?" seru Dival berdiri disamping Delia.
Amel terdiam, ingin ia kembali berucap tapi Johan menahannya.
"Emang dia ke sini sama siapa? Rumahnya kan jauh," tanya Linda.
"Naik angkot atau ojek, kan banyak transportasi," jawab Lakki.
Mengangkat kedua tangannya di depan dada dan menggoyangkannya. "Tidak, aku tadi bersama kakak aku. Tapi sepertinya dia sedang sibuk, jadi aku dititipkan ke Dival," isyarat Delia.
"Lo bersama kakak? Terus di mana dia sekarang?" sembur Amel yang berdiri.
"Dia sudah pergi."
Menghela nafas kasar, Amel kembali duduk dengan wajah yang sangat kesal sembari bersedekap dada.
Semua mata tertuju ke arahnya, kecuali Delia yang menunduk.
"Kesal lo kok kayaknya beda saat Delia datang? Ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Randa yang sedari tadi memperhatikan.
"Bukannya udah hal biasa kalau Amel selalu kesal sama Delia, kalau gak mana mungkin di sekolah dia dibully," seru Jeno.
"Itu karena dia yang selalu mengusik kehidupanku di rumah!" sembur Amel.
Delia terperanjat menatap Amel, perkataan yang baru saja diucapkan justru kebalikan atas perlakuan Amel padanya.
"Asal kalian tahu, dia itu gadis pembawa sial. Gadis tidak tahu diuntung yang merebut kebahagian gua dan juga mama." tunjuk marah Amel.
"Saat kecil dia yang selalu membuat mama dan ayah bertengkar hebat di rumah, dan membuat kak Arnold juga terkadang ikut memarahi mama. Sampai suatu hari ayah meninggal, itu juga gegara dia! Dan sekarang, gara-gara kamu juga kak Arnold kembali bertengkar sama mama dan juga gua yang membuatnya meninggalkan rumah dan memilih hidup bersama orang seperti lo!"
"Amel, sudah cukup. Jangan dilanjutkan," sela Johan mencoba menenangkan Amel yang sedang emosional.
Tangannya memegang lengan gadis itu, sedangkan matanya tertuju pada Delia yang terdiam menahan tangisnya.
Menepis tangan Johan, "Gak! Biar kalian semua tau kalau kak Arnold jadi membenci gua dan mama itu semua gara-gara dia! Gadis pembawa sial perebut kebahagian orang! Jadi pantas saja gua ngebully lo dan juga membenci benci-benci lo!"
"Kenapa waktu itu lo gak mati aja sekalian pas di rumah sakit! Jadi gak akan ada lagi lalat pengganggu di kehidupan gua!"
Menggebrak meja, "CUKUP!" bentak Dival menatap nyalang Amel.
"Dival!" sela Johan berdiri melindungi gadis itu.
Reaksi tersebut membuat ke empat temannya termasuk Linda tersentak kaget. Tidak hanya pada apa yang dilakukan oleh Dival, tapi dengan ucapan Amel.
Dengan badan begetar dan air mata mengalir Delia berjalan maju, menarik Dival dengan tangan gemetarnya. Lalu matanya menatap Amel.
"Sebenci itukah dirimu terhadapku, Mel?" isyarat Delia.
"Iya. Bahkan gue jijik sama lo!" sarkas Amel.
"Harus dengan apa lagi agar aku mendapat pengakuan dari kamu dan mama, Mel? Semuanya aku lakukan demi mendapat pengakuan dari kalian."
"Pengakuan?" cetus Amel tersenyum remeh. "Siapa juga yang mau mengakui cewek pembawa sial kayak lo! Gak akan."
"Aku rela menahan sakit di setiap tubuhku hanya demi sebuah pengakuan. Tapi apa yang aku dapat, Mel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Delia ( on going )
Novela JuvenilKisah si gadis bisu, bernama DELIA yang harus menelan pahitnya kehidupan. memiliki keluarga yang sangat membenci dirinya, hanya karna kesalahan yang sama sekali tidak di lakukan nya. "Emang apa yang dilakukan oleh Delia? Perasaan dia gak buat masala...