"Gue bukan mau jadi pahlawan, kok. Tapi gue cuma mau nolongin Delia dari orang yang gak punya hati kayak kalian, terlebih lagi lo, Amel." tunjuk Linda kepada gadis itu dan ketiga temannya.
Amel pun menepis tangan Linda, "Gak usah sok ngebela si bisu itu, deh. Dia itu cuma gadis pembawa sial, jadi gak pantes untuk di bela seperti itu. Cuma buang-buang waktu lo, tau gak." cetus Amel yang penuh penekanan, dan menatap tajam kearah Linda.
"Ya biar kan saja. Terserah gua dong, mau membela dia atau gak. Itu urusan gua."
"Ya sama dong, kalau begitu. Terserah gue juga, mau dibully atau gak. Itu urusan gue, bukan lo." dan Amel pun tersenyum miring.
Linda yang merasa termakan oleh omongannya sendiri pun hanya bisa berdecih kesal.
"Kenapa?" tanya Amel dengan nada meledek. "Kok diam? Kehabisan kata-kata bijak, lo?"
"Kata siapa?" seru Linda yang bersedekap dada. "Gua cuma lagi mikir saja. Bagaimana caranya menjelaskan hal baik, kepada binatang yang tidak mengerti bahasa manusia?" cercanya tersenyum miring. Dengan tatapan meledek yang membuat Amel berdengus kesal. Sedangkan ketiga temannya ternganga tidak percaya.
"Guk, guk, guk, guk, guk ...," sahut Jeno menggonggong, dari tempatnya. Yang membuatnya menjadi pusat perhatian untuk saat ini.
"Gitu gak bahasanya, Lin?" sambungnya yang sedikit berteriak.
"Bukan gitu," potong Randa. "Tapi gini, ekhem ... meong," ucapnya dengan gaya yang dibuat imut.
Lakki yang melihat itu seketika tersedak oleh minumannya. "Jir, uhuk-uhuk. Gak gitu juga gaya lo, bisa gak sih? Uhuk, kayak bencong yang dijalanan tau, gak." herdiknya yang masih terbatuk-batuk.
"Kan gue cuma pengen menambahkan koleksi bahasa binatang punya, Linda," cetus Randa.
"Tapi yang lain kan bisa, Ran," sahut Stefan. "Seperti, nggrook," suaranya yang meniru seekor babi. Dan kini giliran Jeno yang tersedak, hingga membuat minuman yang dimulutnya tersembur keluar.
"Mirip, anjir." tawa Randa. Sedangkan Dival sedikit terperanjat, karena kelakuan Jeno barusan.
"Jorok banget sih, lo." cercanya yang terkena semburan dari temannya itu.
"So-sorry, Div. Gue gak sengaja. Lo, sih." tunjuknya pada Stefan yang tercengir.
"Kalian bisa diam gak, sih?!" berang Keyla pada sekelompok pemuda itu. Yang pastinya diacuhkan.
"Emangnya lo siapa? Nyuruh kita untuk diam?" sinis Lakki, hingga membuat gadis itu terdiam tidak tahu harus membalas seperti apa lagi.
Linda yang mendapat dukungan dari teman-temannya pun tersenyum menang. Senang rasanya saat melihat orang yang berada di depannya itu terdiam tidak bisa membalas. Namun, itu hanyalah dugaannya saja.
"Ck. Bangga lo karena sudah dibela mereka?" ucapnya yang melirik bagian Dival dan teman-temannya. "Kalau gue sih, gak ya."
"Lagian, ini adalah masalah gue sama tuh bisu. Jadi lo gak usah ikut campur dalam urusan gue. Lo itu hanya orang luar yang gak tau apa-apa. Jadi, lebih baik lo balik ketempat para geng lo yang menyebalkan itu."
"Lo ...," ucapan Linda pun terhenti saat Delia mencengkal tangannya.
Dengan cepat, ia pun membuka notebook nya dan mulai menulis.
"Sudah, hentikan. Jangan bertengkar lagi." ucapnya dalam tulisan tersebut.
Terlihat jelas raut wajah khawatir dari Delia, yang sedari tadi menyaksikan perdebatan itu. Ia takut, jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena dia tahu betul, siapa Amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Terakhir Delia ( on going )
Novela JuvenilKisah si gadis bisu, bernama DELIA yang harus menelan pahitnya kehidupan. memiliki keluarga yang sangat membenci dirinya, hanya karna kesalahan yang sama sekali tidak di lakukan nya. "Emang apa yang dilakukan oleh Delia? Perasaan dia gak buat masala...