BAB 1C : PENGENALAN

333 220 113
                                    


Jam pelajaran pertama dimulai. Kali ini rasanya sangat malas mendengar cerita sejarah yang dijelaskan Ibu Sri. Apalagi terniang-niang yang dibilang Bapak kemarin.

"Hahh!? Maksud Bapak?"

"Gini nak, Bapak punya teman satu angkatan pas masa pendidikan TNI dulu. Beliau orangnya baik banget sama Bapak. Kalo keinget jaman muda dulu, beliau yang ngenalin Bapak sama Ibu kamu. Beliau juga malah yang comblangin."

"Jadi maksud Bapak, Innez dijodohin sama teman Bapak... gituh?" nahan senyum.

"Yaa nggak bisa lahh... kan beliau udah punya istri. Mau dimadu?" ledek Bapak.

"Nggak ahh... jadi, maksud Bapak anak Beliau?"

"Iya, Beliau punya anak cowok. Kemaren beliau sama anaknya lagi belanja di minimarket. Ehh taunya ketemu sama Bapak. Pulangnya mampir dehh ke rumah ngoborol-ngobrol, tanya-tanya kamu sampai bahas mau ngenalin anak beliau ke kamu." sambil Bapak meraih cangkir teh.

Bapak sangat serius menjelaskan semuanya, namun senyum simpulnya tak bisa tertutupi dengan baik. Bapak terlihat bahagia saat menceritakannya. Berbeda saat aku menceritaan keanehan Putri pada Bapak. Tertawa, tapi tidak sebahagia ini. Senyumnya berbeda.

"Jadi, jawab Bapak sama beliau gimana?" tanyaku bernada rendah.

"Yaa nggak mungkin Bapak jawab "iya". Kan Bapak harus kasih tau kamu dulu gimana."

Kalau aku saat itu di sana, pasti ku jawab "NGGAK!", pikirku.

Tiba-tiba Bapak memegang tangan kananku dengan kedua tangannya,

"Ini cuma cerita-cerita aja, nak. Nggak usah terlalu dipikirkan sampai ke sana. Tapi, kalau memang anak Bapak mau ketemu sama anak beliau, Bapak pasti contact beliau." tersenyum, lalu Bapak pergi ke dapur.

Pusing. Kepikiran dengan cerita Bapak. Tapi, harusnya aku nggak perlu ragu, karena aku udah punya Dimas.

"Permisi Bu, saya ijin ke toilet sebentar."

"Ya, silahkan."

Alasan. Sedikit menghirup udara segar dari luar kelas itu lebih dari cukup. Aku sadar ini perbuatan yang nggak baik. Biasanya, aku yang paling judes masalah alasan orang-orang pergi ke toilet saat jam pelajaran. Entah mengapa rasanya pagi ini sedikit membuatku ingin bolos walau beberapa menit.

Saat di koridor sekolah menuju toilet, tiba-tiba ada beberapa siswa laki-laki berbaju olahraga membawa bola futsal ke lapangan. Mereka berjalan berlawanan denganku sambil tertawa dari kejauhan. Entah apa yang mereka bicarakan, pandanganku lurus saja ke depan walau sebentar lagi kami akan berpapasan.

Saat mereka berpapasan denganku, tiba-tiba salah satu dari mereka mendorong teman yang lain hingga menyenggol pundakku dengan cukup keras.

"Aduhh... shhh... sakit..." merintih.

"Ehh... ehh... bolanya jatoh semua itu cukk. Gegara lu ni Aksa!"

"Gila lo pada, ada cewek nohh jatoh. Malah bola yang di tolong. Gedegg.."

"Ehh... gue kabur dehh... wakil OSIS tuhh, GILA."

"Ehh... ehh... WOYYY!!!" teriakku.

Hari tersial rasa pagi kliwon. Hari ini banyak plus plus. Plus sakit, plus marah, plus pusing. Tujuan sebenarnya untuk ke toilet yang hanya bermodal alasan sekarang pupus. Bad mood. Sepertinya para arwah di sekolah tidak merestuiku untuk membolos walau cuma sebentar.

Akhirnya, aku kembali ke kelas sambil memijat pundakku yang sakit.
Bel istirahat pertama berbunyi, aku dan Putri pergi ke kantin. Mie ayam Pak Joko selalu menjadi tempat chill kami saat istirahat. Bukan hanya rasanya yang enak, tapi harganya juga merakyat.

Saat pesanan mie ayam kami datang, tiba-tiba Ujang datang dengan sapaan hangatnya.

"Heyy yoww... What's up guys..."

"Yaelahh... sok amat, kaya opening di tv, yang masalah cinta-cintaan entuu." celetuk Putri.

"Hmm... entar, ntar. Keknya Katakan Langgeng kan?" tanya Ujang.

"Nahh kek begini nihh gue demen. Ketua OSIS yang jarang nonton tv gegara belajar mulu. Bagus... bagus..." goda Putri.

Ujang bingung, kami pun tertawa.

"Katakan Putus, Ujang. Putri dulu suka banget nonton sambil ikut marah-marah gara-gara adegan cowoknya selingkuh." sahutku.

"Yaiyalah marah. Gimana coba lu diselingkuhin pacar lu? Yakali kan cengengesan sambil jalan ke orang-orang 'ehh... gue abis diselingkuhin, seneng banget gue...' aneh tuhh namanya."

"Kek nya lu dahh yang aneh, Put" tawa Ujang.

Setelah kami bercanda dan selesai makan, Ujang bertanya pada kami dengan wajah serius.

"Ehh guys, kita kan bentar lagi mau lulus nihh, 3 minggu lagi. Jadi, gimana kalo kita para anggota OSIS semua angkatan kumpul-kumpul kek camping gituhh ceritanya tapi sore aja di taman, gimana?"

"Maksudnya lu bawa tenda gituhh segede gaban yang nampung banyak orang di taman? Lu mau kumpul-kumpul apa mau simulasi ke Bromo lu..." ejek Putri bingung.

"Yakali Put bawa tenda, hajatan aja sekalian." sambungku.

"Hedehh... Maksudnya kumpul-kumpul di outdoor, cuma alasnya pake kain doang. Udah deh, bawa masing-masing makanan atau snack dari rumah. Kan lagi viral tuhh yang kek begituan. Gimana setuju nggak?" jelas Ujang.

"Ngebayangin aja udah seru." jawabku.

"Dahh... gue sii gass aja udah." tambah Putri.

"Wokehh guyss... nanti istirahat kedua kita bahas di rapat OSIS buat ngasih tau ke yang lain. Kalo bisa sih acaranya 1 minggu sebelum perpisahan kelulusan." seru Ujang semangat.

Di tengah perbincangan, dengan cepat aku menoleh ke arah belakang. Aku tau aroma ini.

"Sorry guys, aku sedikit dengerin omongan kalian. Tapi, aku boleh gabung nggak?"

"Mau bawa Ibu Innez, Bapak Dimas? Monggo." tanya Putri mengejek.

"Nggak. aku pengen makan bareng kalian aja." jawab Dimas.

"Yaelah... bilang aja mau makan bareng bini."
***

Thanks temen2 udah baca sampai selesai. Setelah ini akan dilanjutkan dengan BAB 2A, yang mana ceritanya mulai menuju arah yang sedikit menegangkan... 🤨

Tinggalkan jejak kalian untuk memberi support dan semangat penulis...
See u ☺

KEPENTOK JODOH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang