Siap-siap Boom Atom meluncur 😈👍
"Nak, udah siap nggak? Kalo udah langsung keluar ya, keluarga Aksa udah dateng."Masih duduk di meja rias dengan cermin di depan. Terdiam melihat diriku sendiri dengan dandanan tipis mengenakan kebaya. Lucu juga ya alur ceritaku. Tiba-tiba aja udah dilamar orang. Besok-besok udah jadi istri orang.
"Waduhh... cantik sekali calon mantu kita." puji Ibu Aksa.
Telingaku tidak merespon suara itu. Mataku langsung tertuju pada satu orang, Aksa. Bukan ke arah yang sama, tapi dia tersenyum melihat Bapak. Sedikit agak membingungkan.
"Mari, mari masuk." ajak Bapak.
Semua prosesi lamaran dari awal hingga selesai berjalan baik. Sampai di mana pembicaraan Ayah Aksa dengan Bapak membuatku tersentak.
"Begini, sebetulnya saya meminta maaf terlebih dahulu karena ini sangat mendadak untuk diberitahu sekarang. Sebenarnya keinginan anak kami Aksa setelah menikah ingin mempunyai rumah tersendiri karena dengan alasan ingin mandiri membangun rumah tangga dengan nak Innez."
"Kalau boleh tau, di daerah Bandung yang mana ya?" tanya Bapak.
"Bukan Bandung Pak, tapi Yogyakarta." sambut Ibu Aksa.
Aku dan Bapak saling bertatapan. Kaget bukan kepalang. Yogya??? Tidak pernah terbayang olehku. Dia bahkan berbohong kepada orang tuanya sendiri. "Mandiri?" HEHH!!
"Sekali lagi maaf untuk ini. Tapi, jika memang tidak setuju tidak mengapa. Saya akan coba pikirkan kembali yang terbaik." Ayah Aksa melirik Aksa.
Bapak berbisik pelan padaku, "Gimana, kamu setuju?"
"Yaa udah jelas nggak setuju. Nanti gimana kalo Innez ninggalin Bapak sendirian? Pokoknya nggak mau!"
"Nak, coba dipikir lagi. Kamu nggak usah mikirin Bapak. Benar kata Aksa, rumah tangga itu harus mandiri. Orang tua seharusnya nggak perlu ikut campur dalam rumah tangga anaknya."
"Terus, kalo Innez pergi, Bapak sama siapa?"
"Udah... nggak usah dipikirin, nanti sepupu kamu Reno juga mau sekolah ke Bandung. Biar tinggal di sini aja nggak usah ngekos."
Lalu Bapak mengangguk pelan menandakan yakin.
Entah mengapa mataku terjeda kembali melihat Aksa begitu santai hanya melihat arah yang berlawanan. Sangat santai.
"Saya setuju dengan keputusannya." jawabku tegas.
Melihatnya santai dengan pembicaraan ini, terlintas ingin lepas juga seperti dirinya. Kata "bebas" yang dia ucapkan padaku seolah-olah begitu dalam. Apa boleh aku juga sama dengan yang diinginkannya? Yang dia perbuat? Apa boleh begitu?
"Baiklah, untuk pernikahan akan dilangsungkan satu minggu dari sekarang. Saya mohon biarkan dari pihak kami saja yang mengatur segala sesuatunya. Jadi, nak Innez hanya duduk manis dan semua pengeluaran biar pihak kami saja yang menyelesaikannya." jelas Ayah Aksa.
"Apa tidak terlalu memberatkatkan? Bagaimana kalau dibagi dua saja dalam urusan pembayaran." cemas Bapak.
"Om nggak perlu khawatir. Semua sudah kami atur sedemikian rupa. Jadi jangan merasa bersalah om." potong Angga.
Setelah mendengar pembicaraan tadi, sepertinya mencari udara segar pilihan yang tepat. Aku berjalan keluar rumah sambil duduk di kursi teras Bapak.
"Loh, kok nggak makan? Nanti keburu abis, padahal makanannya enak-enak tuh." sapa Angga.
"Ehh... kak Angga. Duduk kak."
"Nggak papa. Kamu masih kaget ya sama perbincangan tadi? Raut muka kamu kayak kebingungan tau nggak." ejek Angga.
"Lumayan kak" tawaku.
"Mungkin sedikit banyaknya kamu udah tau sifat Aksa. Sebagai kakaknya, aku cuma mau bilang kalo sebenarnya Aksa bukan orang yang pembengkang atau egois lahh kalau nggak ada sebabnya. Aku yang dari kecil sama dia tau banget sebenarnya dia itu orangnya care. Cuma ya begitulah... kadang nggak mau terang-terangan. Tipikal tsundere mah istilahnya. Nanti kamu bakal ngerti kok."
Kak Angga tersenyum lalu masuk kembali.
Kenapa tiba-tiba Kak Angga ngomong ke aku sifat Aksa. Walaupun dipelet, tetap aja ngeliat tuh cowok kek titisan dajjal. Kak Angga bilang "care"? Kebalik nih dunia kalo ampe dia gitu.
Saat ingin melangkah menuju pintu masuk, tiba-tiba seseorang berjalan cepat ke arahku. Dimas. Aku berlari ke arahnya, meraih tangannya, lalu membawanya agak jauh dari rumah.
"Kamu ngapain ke sini sih?" tanyaku panik.
"Aku yang seharusnya nanya, kamu lagi ngapain Nez?! Kenapa ada acara lamaran di rumah kamu?"
Hahh?! Pasti Putri yang ngasih tau.
"Aku nggak bisa jelasin sekarang Dim. Aku harus balik."
"Balik? Kamu mau lari lagi kek dulu? Tanpa penjelasan kamu tiba-tiba ngilang gitu aja? Kemarin memang aku cuma diam nggak ngapa-ngapain karna kupikir kamu ada masalah atau apapunlah itu. Tapi kenyataannya? Posisi aku di sini berhak untuk mempertanyakan apa yang aku dapatkan dan apa yang kamu lakukan. Aku ini masih pacar kamu Nez."
"Dim, tolong. Aku harus balik. Aku udah bilang kan kalo kita udah putus. Kita tuh sekarang udahan."
"Putus? Aku bahkan nggak tau alasannya kenapa, tapi kamu bilang putus? Setidaknya kamu kasih aku penjelasan."
"Aku nggak bisa jelasin ini sekarang, ini lebih penting dari yang kamu kira. Aku harus balik."
"Nggak! Kalo kamu balik, aku ikut."
Astaga... Dimas please...
"Oke... oke. Aku jelasin. Satu minggu lagi aku bakal nikah. Dan, yaa... aku nggak bisa sama kamu lagi. Puas?"
Aku berjalan cepat menuju rumah, namun dicegat lagi oleh Dimas.
"Sama siapa? Kamu kenal cowok itu? Nez, kamu kenapa sih? Kalo ada masalah aku bakal bantuin kamu. Kita cari solusinya sama-sama."
"Ini keputusan aku sendiri, jadi nggak usah khawatir. Kamu lebih baik pulang sekarang. Kamu nggak dapet apa-apa di sini."
Aku berusaha berjalan cepat, namun sulit. Air mataku kembali memainkan perannya. Hatiku yang semula sudah kuobati, tiba-tiba terbuka kembali lukanya. Kenapa harus hari ini? Kenapa masih mengharapkan orang seegois diriku?
Tiba-tiba jalanku terhenti saat Dimas sedikit berteriak dibelakangku.
"Satu minggu lagi kan? Setiap hari aku bakal datangin kamu Nez. Aku masih nggak paham situasinya."
Aku melihatnya bersuara. Hanya bisa melihatnya, lalu aku kembali berjalan.
Di balik pagar, Aksa berdiri mendengar semuanya.
***
Thnks ya udah baca sampai selesai. Kalian warr yasah... 🤯
Btw, thnks juga yang udah support melalui vote dan komen yang kalian tinggalkan 🥳
See u di hari Rabu yaww...
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPENTOK JODOH [ON GOING]
RomanceSINOPSIS!!! Tarisha Innez Pratiwi, siswi SMA yang memiliki perjalanan hidup yang mengharuskan dirinya menerima perjodohan dengan seorang cowok nakal bernama Dwi Aksa Byakta. Mereka satu sekolah dan satu angkatan, namun tidak mengenal satu sama lain...