BAB 6C : PROSES

209 105 321
                                    

Warning!!!
Jangan pada senyum2 sendiri bacanya! 🧐

"Buat kue ultah Rara?"

Baru kali ini aku melihat Aksa sebahagia ini setelah aku menyebut masakannya enak. Dan sekarang dia menawarkanku membuat kue ultah bersama untuk ceweknya?

"Kalo lo mau sih, kalo enggak ya gue bikin sendiri." sahut Aksa.

"Kenapa ngajak gue? tanyaku.

"Gue nggak tau juga kenapa. Rasanya setelah lo orang pertama muji masakan gue, gue jadi semangat bikin sesuatu sama lo."

Tak bisa kujelaskan, mata Aksa sangat berapi-api sangking semangatnya. Padahal aku hanya memberi pujian sederhana. Dan masalah kue ultah untuk pacarnya, sepertinya aku tidak bisa menolak. Walau sedikit greget dengan Rara.

"Oke, gue bantuin. Tapi jujur, gue nggak bisa bikin kue. Emang lo bisa?"

"Masih lo pertanyakan? Emang Nasi Goreng bikinan gue tadi meragukan?" ledek Aksa.

Masih heran sama ni orang... ini Aksa yang aku kenal? Yang suka keluyuran malam, terus kemaren mabuk, dan demen makan hati orang...
Kena hidayah pasti ni anak.

"Bahan-bahannya udah gue beli sebelumnya, jadi tinggal di-mix aja besok." papar Aksa.

Besok paginya, kami bersiap membuat kue. Aksa sangat telaten memberikan step by step disetiap prosesnya. Aku masih heran, apa dia kerasukan jin Chef?

"Ini beneran lo kan?" tanyaku heran.

"Lo kenapa si hah?!" tanya Aksa balik.

"Perawakan lo yang arogan bikin gue aneh sih bisa masak. Tapi kenapa lo nggak kursus masak aja? Atau sekolah masak?"

Aksa hanya menengokku, lalu melanjutkan pekerjaanya. Apa aku salah bicara? Kenapa raut wajahnya tiba-tiba berubah?
Tak lama, Aksa mengambil sedikit tepung dan sengaja melumurinya di tanganku.

"Eh... apaan si?! Kotor tau." kesalku.

"Kenapa? Mau bales?" ledek Aksa sambil tertawa.

"Eh sini lo!"

"Kejar gue kalo lo bisa..." goda Aksa.

Perang tepung membuat seisi dapur menjadi serba putih sekarang. Bahkan kami pun dibalut tepung dari atas sampai bawah. Tak pernah terpikir olehku akan semenyenangkan ini, hingga aku dan Aksa tidak sadar sudah berada di sudut ruangan.

"Hahaha... gue tangkep lo." ucapku tertawa.

"etss, kali ini gue yang nangkep lo!" seru Aksa.

Aksa menarik tanganku yang masih berlarian dan menyudutkanku di tembok. Sambil napas yang tersengal-sengal Aksa mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Kena lo sekarang. Nggak bisa lari lagi kan?"

Terdiam. Seluruh badanku kaku seperti robot. Mata coklatnya bulat lekat menatapku. Mulutnya yang terbuka dengan napas tersengal-sengal memperlihatkan deretan giginya yang rapi tersenyum.

Ini terlalu dekat weyy... Janji ngga jedag-jedug jantung???

"Aksa..." lirihku pelan.

Aksa tersentak melihat posisi awkward kami, lalu langsung melepasku dan kembali ke arah dapur. Sedangkan aku? Masih mematung sahabat.

"Napa lo masih di situ? Buruan sini." seru Aksa.

Tak bisa tertutupi malunya wajah kami. Aku dan Aksa hanya sibuk membuat kue tanpa berbicara beberapa menit.

KEPENTOK JODOH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang