BAB 3A : AKSA

257 168 125
                                    

Happy membaca all 😬

"PERHATIAN!! kepada seluruh siswa-siswi baik kelas 10, 11, dan 12 harap segera berkumpul ke aula sekarang. Sekali lagi, kepada..."

Hari kelulusan tiba. Semua murid dan guru berkumpul di aula untuk acara pertunjukkan terakhir dari kelas 12. Kebisingan sangat keras di dalam, sampai-sampai satu ruangan hanya suara ribut yang saling bersahut-sahutan.

"Beri tepuk tangan yang meriah dari kelas 12 IPS 5. Dan saatnya kita masuk pada pertunjukan dari 12 IPA 1, yaitu pertunjukan Drama Musikal." tepuk tangan.

Itu adalah kelas Dimas. Rasanya tidak tahan melihatnya di sana. Bukan karena tidak suka, tapi aku takut kalau Dimas melihat ke arahku. Aku bahkan tidak sanggup dan tidak nyaman dengan atmosfer di ruangan ini.

"EHH, EHH.. MAU KE MANA?" tanya Putri teriak.

"TOILET BENTAR."

"LAH... DIMAS MAIN NOHH..."

"BENTARAN DOANG."

Ini sedikit membuat suasana lebih baik. Walau hanya sedikit. Aku hanya berjalan-jalan disekitaran koridor yang kosong sambil melihat rentetan ruang kelas. Tanpa tujuan yang jelas, sekedar menghabiskan waktu beberapa menit. Setidaknya, untuk waktu pertunjukan kelas Dimas selesai.

Dari kejauhan, terlihat seorang siswa duduk di kursi halaman kelas sambil mengetik layar HP.

"Ehh... siapa tuhh? Kok nggak masuk ke ruang aula?" tanyaku dari kejauhan.

Cowok itu langsung menoleh ke arahku. Dan sama-sama terkejut saat mata kami bertemu.

"Loh... kamu kan yang waktu itu..." ucapku.

Setelah melihatku menghampiri, tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Hanya melihat dan langsung memainkan HP nya lagi.

"Denger nggak si orang lagi ngomong?".

"Berisik banget sih lo. Bisa diem nggak?" geram Aksa.

"Ehh... aku tuhh cuma tanya, kenapa di sini? Gitu aja ngegas."

"Terserah gue lah. Suka-suka gue. Nggak boleh?"

"Ya nggak boleh lah. Bukannya tadi disuruh semua murid harus ke aula." Jelasku kesal.

"Terus, lo ngapain di sini?"

"Ya cuma mau ke toilet. Lagian aku bagian panitia, jadi bebas lah mau ke mana."

"Egois lo!"

Aksa berdiri, lalu pergi. Masih terlihat jelas berjalan di depan, aku memanggilnya namun dia terus berjalan lurus. Aku mendahuluinya, lalu mencegatnya dari depan.

"STOP!"

"Apaan lagi sih, hah? Minggir!" tolak Aksa.

"Ntar dulu! Ada yang mau ku tanyain."

"Ckk... apa? decak Aksa.

"Kenapa jadi mau nerima perjodohan? Ada maksud apa jadi setuju?"

"Itu bukan urusan lo."

"Ya jadi urusan aku lah. Aku kan calonnya." sahutku.

"Jadi lo mau tau alesan kenapa gue setuju?"

"Kenapa?"

"Karena gue pengen hidup bebas. Puas?"

Aksa berjalan menabrak pundakku yang masih terdiam mendengar jawabannya. Apakah sesimpel itu mengambil keputusan hanya karena ingin 'hidup bebas'? Sangat mindblowing sekali. Tak kuambil pusing. Mengingat wajahnya saja membuatku kesal. Apalagi sampai memikirkan perkataannya seperti dajjal.

"LU DARI MANA AJA SI? LAMA AMAT." tanya Putri.

"TOILET."

"DIMAS UDAH SELESAI. UDAH 2 KELAS YANG MAIN."

Aku hanya melirik Putri, lalu melihat ke arah depan lagi. Setidaknya sedikit bernapas lega tidak melihat Dimas untuk sementara. Aku tau, ini hal tercupu. Seakan lari dari kenyataan, padahal di depan mata. Lamunanku pecah saat Putri menarik tanganku.

"IKUT GUE KELUAR BENTAR NEZ."

Putri menarikku dengan mimik wajah serius. Tatapan matanya mengerut satu sama lain. Hal itu membuatku makin bingung bercampur deg-degan. Sampai di mana pernyataan Putri membuatku melotot.

"Lu lagi berantem sama Dimas?"

"Apaan si Put?" Udah, masuk aja yuk."

"Ketauan Nez. Lu mudah banget ditebak." papar Putri.

"Aku biasa aja kok sama Dimas."

"Ehh, kalian kenapa nggak masuk aula?" sanggah Ujang.

"Nggak kok Jang, kita mau masuk ini."

"Gue tau lu lagi ribut kan sama Dimas? Gue temen lu Nez. Kalo lu ada masalah cerita sama gue." Sambung Putri.

"Yang bener Nez?" tambah Ujang.

"Gue yakin banget nih, pasti si Dimas yang biang keroknya. Gue samperin tuh Dimas." Geram Putri

"Ehh, ehh... tenang dulu napa." Celetuk Ujang

"Iya Put tenang dulu. Aku memang ada masalah sama Dimas. Tapi biar aku sama Dimas yang nyelesain masalahnya. Aku tau kok kalian pengen ngebantuin. Tapi please..."

"Yaudah yuk, ke aula aja dulu sekarang. Ntar kepergok guru, mampus deh kita." potong Ujang.

***

Hayolohh, bikin kesel nggak si Aksa.
Saya yg sebagai penulis aja kesel sama sifat Aksa 😅

But, ini baru permulaan Aksa di sini. Next, bikin ulah apa lagi ya Aksa sama Innez..

Btw thnks ya udah baca sampai selesai. See u di BAB 3B, hari Sabtu..

Support dari kalian seperti vote dan komen sangat membantu mood booster penulis ya 🤯

KEPENTOK JODOH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang