BAB 2A : TITIK TAUT

275 207 112
                                    

Setiap mendengar suara bel pelajaran selesai, rasanya senang tak terbilang. Tapi dilain hal rasa sedih juga ada kok, yaitu saat melihat teman-teman lainnya berjalan di depanku dengan tawa sambil menggendong tas di pundak mereka.
Aku tau, sebentar lagi waktunya untuk meninggalkan masa SMA. Moment ini tak bisa kulewatkan secepat itu. Kadang, aku sengaja jalan perlahan hanya untuk melihat orang-orang dengan canda mereka bergurau di sepanjang koridor. Itu lebih dari cukup untuk menyimpan cerita dilain waktu yang mendatang.

Saat berjalan menuju gerbang, tiba-tiba ada menarik tanganku dengan cepat dari samping.

"Etss... Aku anterin kamu ya."

"Astaga Dim. Kaget tau."

"Sorry yaa... kalo udah selesai ngambeknya, tukang ojek siap antar neng nihh." goda Dimas.

Dimas sudah siap dengan posisi duduk bersama dengan kendaraan MoGe nya.

Walau kami pacaran, tapi sangat jarang mengahabiskan waktu bersama. Berbeda seperti orang pacaran pada umumnya. Namun, inilah posisi yang nyaman bagiku.

Dimas membawaku berkeliling sebentar, sampai berakhir di taman. Sambil menikmati pemandangan sore, Dimas bertanya tanpa memandangku.

"Kamu abis lulus mau lanjut ke mana?"

"Yaa rencana sihh mau lanjut kuliah. Kalo Dimas?" tatapku lurus ke depan.

"Aku juga. Gimana kalo kita satu univ?" Dimas melirikku.

"Serius?" jawabku semangat.

"Pengen balas dendam aja. Selama ini walau satu sekolah sama kamu, tapi aku nya yang banyak kegiatan turnamen."

"Kamu pikir, pas kuliah nanti lebih free kek di sinetron? Malah lebih dari masa sekolah Dim." sahutku ejek.

Kami bertukar cerita satu sama lain. Dan sampai pada pertanyaan dari Dimas yang membuatku agak terkejut.

"Nurut kamu, kita bisa nggak liat pemandangan sore gini lagi bareng-bareng di hari tua?"

Seketika aku menoleh ke arah Dimas. Aku yakin, Dimas tau aku melihatnya. Tapi sekali lagi, Dimas tetap lurus dengan pandangan ke depan sambil tersenyum. Sulit untuk menutupi senyum. Seakan bibir juga ikut membalas senyuman Dimas. Namun, saat bersamaan terlintas pula apa yang dibicarakan antara aku dan Bapak kemarin. Aku masih bisa merasakan senyuman Bapak saat memegang tanganku. Hangat dari biasanya.

Tanpa sadar, sudut bibirku mulai menurun dengan sedirinya. Lalu kembali menoleh lurus ke depan.

"Dim, kita balik yuk. Keknya udah sorean banget."

"Ehh, iya nih. Kebanyakan ngelantur jadinya lupa waktu dehh. Yukk." Dimas sambil melirik jam tangan.

Sepanjang perjalanan, yang kulihat hanyalah punggung Dimas dari belakang. Kadang-kadang menunduk melihat jalanan beraspal. Pikiranku bukan sedang bersama Dimas sekarang. Aku terus memikirkan apa yang dikatakan Bapak. Terkadang terus bertanya, kenapa senyumannya berbeda? Lalu, apa yang kulakukan bersama Dimas sekarang? Pertanyaan itu terus berputar di otak.

Setelah Dimas mengantarku pulang, seperti biasa Bapak masih duduk di kursi teras. Kegiatan setelah di rumah berjalan seperti biasa. Sudah waktunya untuk makan malam. Kami duduk di meja makan kayu yang sederhana. Setiap kali Bapak makan, Bapak selalu memuji masakan sederhanaku. Walau itu hanya seorang koki SMA bermodal internet. Aku terus gelisah dengan pikiranku sendiri saat makan.

"Kenapa nak? Bapak liat dari pulang sekolah udah keliatan murung." Bapak sambil makan.

"Ahh... nggak kok Pak. Perasaan Bapak aja kali. Dahh, lanjut aja Pak makannya." sambil menyuap nasi.

"Justru karena perasaan, Bapak jadi tau. Coba cerita, ada apa? Masalah di sekolah?"

Sesaat mulut terkunci rapat. Ingin meluapkan semuanya tapi sulit untuk berbicara. Sambil memikirkan, apakah yang kupikirkan ini semua benar atau salah.

"Pak, Innez mau ketemu sama anak teman Bapak." dengan nada rendah.

Seketika Bapak berhenti makan dan langsung berdiri. Menghampiriku, lalu meraih kedua tanganku.

"Kamu serius?" tanya Bapak tersenyum lebar.

Sesuai dengan apa yang kupikirkan seharian ini. Dengan pegangan tangan disertai senyuman bahagia terpancar dari sudut bibir Bapak sudah cukup menjawab kegelisahanku. Bagaimana bisa aku menolak senyuman penuh keriput itu? Sedikit menarik napas dan penuh keyakinan, sudah saatnya menyatakan semuanya.

"Iya Pak!"

***

Udah selesai??
Kalo kalian baca text ini berarti kalian udah selesai dong yaa bacanya... 😄
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yahh agar menjadi support sistem saya..

See u yaw ☺

KEPENTOK JODOH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang