BAB 3B : AKSA

238 164 131
                                    

Sebelum membaca, sedikit aku kasih penjelasan kalau khusus bab ini adalah POV dari Aksa. Dan POV Aksa akan menjadi pertama dan terakhir di karya ini.

Happy Reading 👋

GEDUNG FUTSAL~

"Sayang, haus ya? Nihh minumnya." tanya Rara.

"Thanks Ra." Aksa tersenyum sambil meraih botol minum.

"Idihh... bisa nggak sii lu pada nggak usah so sweet gitu? geli banget gue." ucap Udin berekspresi muntah.

"Kalo lo mau, bilang aja kali. Jomblo." sahut Felix.

"Sorry aja nih gue ngomong. Kalo gue punya pacar, gue sih yang duluan nawarin cewek minum karna udah lama nungguin gue main." potong Arka.

"Ya gue juga mau sorry ama lu, sayangnya lu jomblo akut dari lahir ampe sekarang." sanggah Udin.

Udin melawak, semua ngakak.

"Ra, kita udah selesai main. Kalo lo mau, sebelum pulang kita jalan bentar, mau?" tanya Aksa.

"Hmm... gue pengennya kita pulang aja sih. Lo keliatan capek juga." sahut Rara.

"Peka-peka dikit dong Aksa!" ejek Arka.

"Maksudnya Arka entu cewek lo nggak tahan bau badah lo kayak jigong kalo kena angin di motor. Makanya pengen cepet-cepet pulang." tawa Udin.

"Eh... nggak, nggak. Gue emang pengen pulang." potong Rara.

"Iya. Kayaknya kita pulang aja. Gue lupa kalo udah tengah malem ngajak lo Ra." ucap Aksa.

"Gue duluan ganti ye." sahut Felix.

Suara bising motor melaju kencang tiba-tiba terhenti. Aksa memarkir motornya, lalu masuk ke rumah.

"Kamu ya sehari aja nggak usah keluyuran bisa nggak sih? Pulangnya larut malam terus kayak gini, mau terus-terusan dimarahin Ayah kamu?" Ibu Aksa membuka pintu.

"Udah tebel juga nih telinga, mantul." Aksa berjalan masuk.

Terdengar suara langkah menuruni tangga dari lantai dua.

"Ngapain pulang. Ga usah pulang sekalian! Potong Ayah Aksa.

"Udah, udah. Ini udah larut malam, nggak usah ribut-ribut. Nanti tetangga lagi yang marah-marah. Aksa, ayo masuk kamar kamu sana." sahut Ibu Aksa.

Aksa berjalan lurus menuju kamarnya tanpa melihat sekeliling. Lalu, Ayah Aksa turun dari tangga dengan kesal menatap Aksa.

"AKSA! Kamu denger nggak ayah ngomong apa! Seharusnya kamu contoh kakak kamu yang..."

"Yang rajin? Yang penurut? Yang bisa membanggakan ORANG TUA? Itu kan yang Ayah mau dari Aksa?"

"Aksa udah!" potong Ibu Aksa.

"Nggak Bu, Ayah selama ini selalu ngebandingin antara Aksa sama Angga. Apa yang dia mau pasti Ayah turutin. Bahkan kuliah Kedokteran juga Ayah ledenin. Terus hak Aksa gimana? Apa seumur hidup Aksa terus-terusan diatur? Aksa bukan boneka Ayah!"

"Maksud kamu boneka apanya, hah? Siapa yang mau ngeliat anaknya nggak jelas gini hidupnya? Ayah malu tiap ditanya sama rekan kerja. Ayah cuman mau kamu punya tujuan hidup yang jelas."

"TNI? Itu kan maksud hidup jelas nurut Ayah? Kenapa Angga boleh memilih apa yang dia mau, sedangkan Aksa? Capek tau nggak dipaksa buat nurutin segala kemauan Ayah."

Aksa berjalan membuka pintu kamar, lalu membanting pintu sekencang-kencangnya.

"Aksa, buka pintunya! AKSA!"

"Udah, udah." Potong Ibu Aksa

***


Thanks ya udah baca sampai habis. Semoga terhibur dengan ceritanya ya...

Btw, Support kalian sangat penting bagi penulis agar tetep semangat berkarya 🤯

Bab selanjutnya akan di up pada hari Rabu ya.. see u 👋

*hai, yg masih nanya² kenapa bab kemaren dan yg ini sangat sedikit tulisannya, mohon dibaca 'percakapan'. Di sana dijelaskan ya... 🤓

KEPENTOK JODOH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang