[20. Zein pengganggu]

2.1K 153 0
                                    

-
-

Disisi lain, seorang pemuda menatap tumpukan berkas didepannya dengan datar, Zein berdecak malas. Pikirannya kini tengah memikirkan gadis yang tadi siang dibawa oleh si curut menyebalkan

Ia berdecak kesal sekali lagi membayangkan jika pujaan hatinya tengah tertawa dan berbahagia bersama pria sialan itu, shit membayangkannya saja membuatnya naik pitam.

Drttt drttr

Zein melirik ponsel didepannya malas tapi tak urung tangannya mengangkat sambungan itu

"ada apa?" tanyanya malas

"saya sudah mendapatkan informasi tentang nona El tuan"

"katakan"

"tadi saya melihat nona El sedang berada di cafe ***** tapi sepertinya nona sedang bersama seorang--"

tutt tutt

Zein memutuskan sambungannya sepihak. Tanpa diberi tahu bawahannya pun ia sudah tahu dengan siapa gadisnya itu disana, tentu saja dengan bocah tengil yang sekarang menjadi saingannya

Menghembuskan nafas kasar, Zein menelfon asistennya dengan segera

"saya pergi, gantikan saya di meeting pembukaan lima menit lagi" ucapnya dan langsung memutuskan sambungan tanpa mendengar jawaban dari sang asisten

Sedangkan dilain tempat, Andre menatap layar ponselnya nanar tapi tidak dengan hatinya yang terus mengumpati seseorang yang sialnya adalah atasannya.

"bos asu"  gumamnya menghela nafas kasar

***

Azka melirik ke arah El yang tengah menyantap makanannya dengan lahap, El yang merasa jika dirinya tengah ditatap oleh seseorang mendongakkan kepalanya menatap azka balik.

El menaikkan alisnya bingung "kenapa?"

Azka menggeleng dengan refleks membersihkan noda diujung bibir gadis itu "makan yang bener"

El terpaku sejenak, ia berdehem canggung "y-ya makasih" ujarnya melanjutkan makannya yang sempat tertunda

Saat enak enak menikmati makanannya, tiba tiba saja seseorang datang menepuk bahunya yang membuat El mau tak mau tersedak, dengan nafas memburu El meminum minumannya dengan brutal

"maaf" ujar orng disebelahnya dengan raut muka cemas

El melotot kala menyadari siapa pria yang hampir membuat dirinya mati ini

"LO?!!?" pekiknya kencang membuat para pengunjung cafe mengalihkan atensinya kepada dirinya

Ia yang tersadar buru' membungkuk sambil tersenyum canggung meminta maaf. El kembali melototi pria disebelahnya

"Om ngapain kesini?!" tanyanya sewot

Zein mengerutkan alis tidak suka, mengapa gadisnya ini bertanya seperti itu? harusnya gadisnya itu senang jika ada pria tampan sepertinya datang menemuinya

"Saya itu khawatir sama kamu" jawabnya menggantung

Azka yang sedari tadi diam lantas melirik ke arah Zein

"Apalagi kamu jalan sama bocil kaya dia" ujar zein menatap sinis Azka yang tengah mendengus

El melongo. Gila! Om om gila. El memalingkan wajahnya sebal
"ck ganggu aja ni peot" gumamnya pelan

Zein yang disebelahnya yang tak sengaja mendengar gumaman El pun mendelik "p-peot?"

El mengerucutkan bibirnya menatap Zein, ia mengangguk "peot, lo udah peot kan om?, jadi salahnya dimana?"

Zein menyentil kening El sebal "enak aja peot peot, saya masih muda, abs saya masih keras belum lembek"

"masa? Coba sini El lihat"

Azka berdecak mendengar pembicaraan dua orang didepannya, ia menggenggam tangan El lembut "mau pulang?"

Zein menatap azka tidak senang, menganggu saja bocah tengil ini, ia mendengus melihat azka dengan berani menyentuh gadisnya, memutar bola matanya malas, zein menepis tangan mereka yang bertaut

"bukan muhrim" ujarnya tersenyum mengejek

El yang sudah muak dengan tingkah duo curut yang mengganggunya makan hanya menghela nafas gusar sembari memejamkan matanya berharap jika saat ia membuka mata, dua orang ini berubah menjadi patung

Azka dan Zein menyerngitkan dahi bingung melihat El yang memejamkan mata, apakah karna El tidak kuat melihat ketampanan Zein?

"El? kamu kalau terpana sama ketampanan saya, jangan lama lama nutup mata, nanti kamu pusing" ujar Zein khawatir

Azka menghiraukan ucapan zein yang menurutnya tidak jelas dan tidak masuk akal, azka menyentuh dahi El

"ga panas" gumamnya pelan

"heh bocah, dia ga sakit, dia terpesona sama ketampanan saya, jadi dia ga kuat lama lama natap saya, kayanya saya mau pake mas--"

"lo ngomong sekali lagi gue banting" ucap El yang sudah muak mendengar kenarsisan pria tua didepannya

Zein mengatupkan bibirnya rapat mendengar ancaman sang pujaan hati

Azka memalingkan wajahnya agar tidak tertawa, ia berdehem canggung

"mau pulang?" tanyanya menatap El yang sudah terlihat menahan emosi

El menghela nafas kasar, menatap tajam Zein yang berpura pura melihat menu, ia mengangguk menjawab pertanyaan azka

El maupun Azka kini sudah berdiri bersiap untuk pulang, Zein mengintip dari buku menu, ia mendengus kesal ketika ia kalah start kedua kalinya dalam satu hari ini. Karena kesal, ia refleks membanting buku menu asal

brakk

Azka dan El hanya melirik sekilas tidak perduli apa yang orang tua itu lakukan
sedangkan para pelanggan lain menatap aneh Zein, Zein yang ditatap pun hanya berdehem pelan sembari membenarkan kemejanya stay cool

"maaf, tadi ada buaya" ucapnya membungkuk lalu pergi meninggalkan cafe tanpa perduli reaksi orang orang yang semakin menatapnya miris

"kasian ganteng tapi bego"

"Kayanya depresi karna belum nikah"

"dia CEO yang itu bukan?

"yang rumor gay?"

"nah, kayanya pacarnya sudah kembali ke jalan yang benar, jadi dia depresi"

"sialan" umpatnya panas mendengar ocehan manusia manusia tidak bermutu itu, cih apakah mereka tidak tahu bahwa dia adalah CEO idaman mertua? yang tampan dan mempesona? tapi....kenapa bisa mereka tidak tahu? apa kadar ketampanannya menurun?

***

FIGURAN [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang