WHO

5.6K 118 9
                                    

Warning!! 🚨🚨

Di karenakan book ini Grade 25+ maka Author tidak akan memberikan peringatan lagi pada setiap chapternya.

Untuk itu, bagi yang masih di bawah umur jangan mencoba uji nyali di sini ><

Author tidak bertanggung jawab atas kehaluan yang akan terjadi.

Sekian dan terimagaji.

Selamat membaca....

_______________________________________________________________________________


" ngh... Ahh.. ahh.. fashh --- terhh!"

Siang yang terik tak lekas membuat Minho menjadi hilang akal. Dia mengenal betul suara rintihan kenikmatan yang keluar dari celah kamar sang adik.

Genderang perang itu semakin berbunyi nyaring dan hampir mencapai klimaksnya saat Minho memutuskan untuk mengetuk daun pintu berwarna putih itu.

TOK! TOK!

" Heh! Berhenti! Apa lu udah gila! Panas banget begini masih sange aja! Mau mati kepanasan lu dalem sono?!" Ketuk Minho sinis.

Jisung dengan wajah memerah menyundul dari balik pintu kamarnya. Hanya kepalanya yang terlihat sementara tubuhnya tersimpan rapat di balik pintu. Jisung berdiri dengan kakinya yang gemetar hebat dan cairan yang terus menetes membasahi kaki jenjangnya.

" Apa sih lu bang! Ganggu aja! Lagi enak juga!" Ucap Jisung dengan gelagat resah.

" Lu enak, juga eneg dengernya! Kampret emang lu! Adek ga ada akhlak! Mancing-mancing gua aja lu! Udah tahu telinga gua paling peka kalau denger yang begituan!"

Entah bisikan dari mana atau memang refleksnya yang tinggi. Jisung segera melihat sleting bagian bawah sang kakak, menyundul karena sesuatu yang mulai mengeras di balik sana.

" Mancing apaan? Gua ga doyan sama belut!" Jisung tersengir. Dengan sengaja, dia menyentuh kejantanan Minho yang memang sudah menegang karena desahan-desahannya.

" Lah hanjir! Malah di colek, makin bangun dah anaconda gua! Tanggung jawab ga lu?!"

" Heleh, cacing tanah aja ngakunya anaconda. Ga ada jatah! Karet gua abis!"

" Ga usah pake begituan!" Ucap Minho dengan tubuhnya yang mencoba mencari celah untuk masuk kekamar yang muda.

" Eits! Kaga bisa begitu dong! Gua ga mau hamil anak lu! Kalau lu mau, beli dulu sono!" Jisung mendorong tubuh Minho keluar.

" Ogah! Tar gua balik lu udah beres. Alamat coli sendiri lagi gua! Ga! Ga! Ga bisa! Anak kecil mau ngakalin gua. Awas gua mau masuk!"

" Ga boleh! Emang lu mau tanggung jawab kalau gua sampe isi?"

" Ga bakal sekali doang mah. Udah tenang aja!"

" Pala lu sekali! Kaya gua ga pernah lu genjod aja bang! Sekali main aja, lu udah bisa bikin sepuluh anak! Ga bisa pokoknya ga bisa! Auto digantung sama bokap gua, kalau sampe kejadian!"

" Kan lu udah biasa juga main sama yang lain, bokap sama nyokap ga bakal curiga kalau itu anak gua!"

" Nah kan, lu ada gila-gilanya! Udah ah, pergi sono! Cari tameng baja terbaik! Kalau sampe lu balik ga bawa itu tameng, jangan harap bisa lewat jalur licin gua! Bye!" Jisung membanting pintu kamarnya dan menguncinya rapat.

" Kan hanjer! Tengah hari bolong gua suruh nyari kon**m, mana panas banget lagi, kalau begini ceritanya mah, bisa kalah sebelum berperang! Bangke emang si Jisung! Awas lu! Kalau nanti malem lu minta di gesek ga bakal gua kasih! Gesek aja tuh pake amplas! Ledeh ledeh lu!" Minho menendang kencang pintu kamar sang adik kemudian pergi sambil misuh-misuh.

[ GS ] Take Back OfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang