Chapter 4 : Don't You Know I'm a Savage?

38 22 0
                                    

Kembali mengingatkan,

NOTE : Penggunaan Bahasa Korea Pada Cerita Menggunakan Kata Ganti Aku & Kau. Sedangkan Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Cerita menggunakan Kata Ganti Aku & Kamu atau Gue & Lo.

__________

- Happy Reading -
__________

Winter bangkit dari posisi tengkurapnya. Gadis itu menyeringai sebentar sebelum memiringkan kepalanya seraya berucap "Oh my Gosh!"

"Tunggu, apa?" stalker itu menampilkan raut wajah terkejut seraya menegakkan tubuhnya dan membenarkan posisi kepalanya yang sebelumnya sedikit tertunduk.

"Don't you know I'm a... savage?" Winter kembali bersuara, tapi kali ini ia memberi jeda satu detik dan mengucapkan kalimat terakhir seraya memajukan kepalanya sesaat.

Stalker itu berbalik dengan tatapan tajamnya.

B-bagaimana mungkin? Bagaimana bisa?

"Kau tahu? Pisau ini... memang menancap di perutku, tapi aku tidak selemah itu untuk tumbang hanya dengan satu bilah pisau belati wahai stalker idiot."

Sial! Dia ini makhluk berbadan besi atau apa sih?!

"Ah iya. Jangan lupakan bahwa permen karet tadi... sengaja kau campur dengan sianida saat aku masih berada di kamar mandi. Aku tahu, karena aku ini peka. Tidak sepertimu yang bertindak tanpa pertimbangan.

Stalker itu masih menatap Winter tajam dengan gigi bergemelatuk menahan amarah. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan seraya mengedarkan pandangan. Bola matanya berhenti bergerak melihat ada sesuatu yang menempel di atas sana. Kamera CCTV!

Begitu, ya? batinnya setelah beberapa detik berpikir.

Yang terlintas di otak stalker itu adalah... saat Winter berada di kamar mandi, mungkin dia tidak hanya mandi. Tapi mengintai dirinya melalui kamera CCTV di sudut ruangan bagian atas. Itu artinya... dia sudah tahu bahwa ada orang lain yang masuk ke dalam kamarnya.

Tapi tidak apa-apa. Karena dengan sadar atau tidak pun dirinya, kemenangan akan tetap berada di tanganku.

"Siapa bilang? Kau pikir hanya karena trauma itu, aku-

-DOR!

Bunyi pelatuk kembali terdengar setelah suara tembakan itu.

"Wah... jadi kau ingin langsung bermain saja denganku ya? Ya... setidaknya basa-basi kita tidak menghabiskan terlalu banyak waktu. Karena aku harus bangun pagi dan pergi ke sekolah besok." Ungkap Winter melirik jam dinding yang berada di samping lemari setelah menghindari peluru dari stalker itu dengan posisi yang sama.

"Lalu? Kau pikir aku peduli tentang itu? Oh tentu tidak."

"Menyebalkan!" Winter mendengus kasar, lalu meraih vas bunga yang terletak di meja di samping kirinya dan melempar benda yang terbuat dari kaca itu ke wajah seseorang di hadapannya. Sebenarnya Winter juga bar-bar, hanya tertutup dengan wajah imut sok dinginnya saja.

"Ups! Hati-hati dengan ini, darling."

"Darling-darling pantat lo meling!" Winter merasa mual setiap kali stalker itu memanggilnya sayang menggunakan bahasa inggris. Bagaimana jika stalker itu juga wanita? Bukankah akan terdengar semakin menjijikkan nantinya?

"Sini maju! Tangan kosong kalo berani!" ujar Winter menantang.

Rupanya stalker itu mengerti bahasa indonesia. Ia pun langsung menerima tantangan itu tanpa berbasa-basi.

Winter tersenyum miring, dengan senang hati ia menanggapi langkah maju sosok stalker itu. Kedua tangan dan kakinya pun sudah dalam posisi kuda-kuda, bersiap memberi atau menerima serangan.

Tak, tak, tak, tak. Bugh!

Stalker itu berlari dan langsung menyerang perut rata Winter dengan tendangan mautnya. Jika kalian berpikir Winter terduduk di bawah akibat tendangan itu, kalian salah! Karena Winter hanya mundur satu langkah masih dengan posisi kuda-kuda.

Winter mengubah posisinya menjadi berdiri. "Ya... Mungkin silat tidak cocok dalam pertarungan laga ini." Ia berubah pikiran dan bersiap melawan dengan posisi tangan seperti tadi, tapi kaki kanan di depan dan kaki kiri dibelakang, Winter juga menekuknya sedikit supaya lebih seimbang.

Winter memberikan serangan tinju tepat di kedua pipi stalker itu, meninju perutnya bertubi-tubi, lalu mengakhirinya dengan melompat, kedua kakinya bertahan di kedua pundak stalker itu dan ia pun lompat lagi setelah melirik tangan pemilik tubuh yang hendak meraih kedua kakinya.

Nafas stalker itu memburu, begitu pun dengan Winter. Stalker itu melompat ke atas meja dengan terburu-buru, lalu menyerang Winter menggunakan payung yang sebelumnya di gantung di dekat meja tersebut.

Sialnya serangan itu dilakukan ketika Winter menoleh, akibatnya dahi gadis itulah yang terdorong ke belakang.

Winter menggeram tertahan. Kali ini stalker itu menargetkan kedua matanya untuk dicolok menggunakan ujung payung yang berada di tangan kanannya.

Winter menghindari serangan ujung payung yang lumayan tajam itu, tapi sayangnya di dorongan payung terakhir, mata kanannya berhasil tercolok dan stalker itu pun turun dari meja setelah melempar payung dengan asal.

Kedua tangan Si stalker bersiap mencekik leher Winter, karena pemiliknya menutup kedua mata menahan rasa sakit yang diderita. Tapi belum sempat telapak tangan itu meraih leher Winter, suara sirine mobil polisi lebih dulu terdengar. Di luar mendadak riuh, pikirannya kacau dan jantungnya berdetak tak beraturan.

Winter yang baru saja selesai dengan pekikan nyaringnya itu kembali memekik pelan setelah merasakan tubuhnya di dorong ke tembok dengan sangat cepat.

"ARGHH! ROBOTO ROBERT! TUTUP JENDELANYA!" Winter berteriak memerintah entah pada siapa, tapi itu berhasil. Kini jendela kamarnya tertutup dengan sempurna.

Stalker itu kebingungan dan memecahkan kaca jendela Winter menggunakan kaki meja kecil yang berada di dekatnya.

"JANGAN LARI KAU DASAR PECUNDANG SIALAN! CEPAT KEMARI! LAWAN AKU JIKA KAU BERANI! AYO SINI! KENAPA KELUAR DARI JENDELA, BODOH?!" Winter berhenti bersuara setelah memastikan stalker itu benar-benar menjauh dari lingkungan rumahnya.

Gadis berkulit putih itu menghela napas lega. Ia memilih untuk mundur kali ini, karena tidak memungkinkan melawan stalker itu dengan satu mata. Terlebih lagi, ia hampir saja dicekik dan mati tak berdasar tadi.

"Gue harus cari tahu alasan dan tujuan lo ngincer gue kedepannya. Karena gue belum dapetin bukti yang cukup kalaupun mau ngelaporin lo ke polisi atau ngebongkar identitas lo sekarang, jadi lebih baik bertindak sendiri sebelum Karina yang sok cenayang itu bener-bener tahu apa lagi yang gue sembunyiin dari dia kali ini."

Sejurus kemudian, lampu kamar menyala disusul teriakan heboh yang berasal dari ambang pintu.

"Astagfirullah, kegilaan apa lagi yang lo lakuin kali ini, Winter...?"

Deg!

"Mau bunuh diri lo? Atau jangan-jangan... LO DEPRESI KARENA APA ANJIR?!"

- TBC -

Kalo kalian suka sama cerita ini, jangan lupa di vote+comment ya 😄👍🏻

I'M A SAVAGE | Winter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang