Chapter 18

1.9K 101 5
                                    

Seseorang mendorong tubuh Julliana ke atas ranjang. Wanita itu meringis sakit. Terutama di pergelangan tangannya karena diikat kencang dan juga kepalanya yang habis dipukul.

"Siapa kamu? Mengapa kau kenal dengan Batari?" tanya Julliana menatap laki-laki yang berdiri tidak jauh dari ranjang. Pria yang sudah menculiknya.

"Aku memang tidak mengenalnya. Tapi seseorang mengenalnya."

Terdengar suara pintu terbuka. Julliana menoleh dan melihat seseorang berjalan masuk ke dalam. Seketika mata Julliana melotot melihat orang itu. Karena Julliana kenal betul siapa dia.

"Leigh? Jadi ini semua adalah ulahmu?" tanya Julliana.

Adik tiri Batari itu tersenyum sinis. "Benar, Julli. Ini semua adalah ulahku."

"Jadi kamu sengaja menculikku agar memancing Batari kemari? Bukankah hal ini menunjukkan betapa putus asanya dirimu karena tidak bisa menyakiti Batari. Aku sungguh kasihan padamu, Leigh." Julliana menggeleng-gelengkan kepalanya.

Leigh yang kesal langsung menampar pipi Julliana. Rasa panas dan berdenyut dirasakan oleh Julliana. Dengan tubuh terikat membuat wanita itu tidak bisa bergerak leluasa dan tidak bisa menghindari tamparan Leigh.

"Kamu benar-benar berani berkata seperti itu padaku, Julli. Tapi sayangnya, aku haru berkata padamu jika pemikiranmu salah. Aku menculikmu bukan untuk menjadikanmu umpan agar Batari datang kemari menolongmu. Aku sudah tahu cara seperti itu hanya akan sia-sia untukku. Pada akhirnya aku tidak akan bisa melawan dua pria yang melindungi gadis pelacur itu. Karena itulah aku menggunakan cara lain untuk menyerangnya."

Julliana kembali menoleh menatap Leigh. Dia memicingkan matanya curiga ke arah wanita itu. "Apa maksudmu menggunakan cara lain untuk menyerangnya?"

Leigh menunduk sehingga wajahnya bisa sejajar dengan Julliana. "Cara lain yang akan kugunakan adalah melibatkanmu, Julliana. Coba kamu pikirkan. Bagaimana reaksi Batari jika tahu kamu menderita akibat dirinya? Aku sangat yakin Batari akan hancur dan menyalahkan dirinya sendiri karena sudah menyebabkan kamu menderita. Dengan begitu aku bisa tertawa senang melihatnya hancur seperti itu."

Seketika Julliana terkejut mendengar ucapan Leigh. Dia berpikir Leigh memiliki penyakit mental di mana dia ingin selalu menghancurkan kebahagiaan orang lain. Merebut apapun yang dimiliki orang lain. Dia bahkan berani bertindak jauh dengan menyakiti orang lain demi kesenangannya.

"Jadi kamu akan menghajarku? Karena itulah kamu menculikku?" Julliana berusaha menebak rencana Leigh. Tapi setiap kali dia mengulik satu pertanyaan, jawaban yang diungkapkan oleh Leigh sama sekali berbeda dengan bayangannya.

Tangan Leigh terulur untuk menyentuh dagu Julliana. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang penuh dengan kejahatan. "Apakah kamu menyadarinya, Julli? Kamu memiliki tubuh yang indah. Dengan tubuh indahmu, kamu akan menjadi santapan Andreas. Kamu akan menjadi budak seks untuknya."

Seketika wajah Julliana berubah pucat. Jika hanya pukulan dia bisa menahannya. Karena sekeras apapun pukulan, pada akhirnya luka yang diakibatkannya akan segera pulih. Tapi jika Leigh berencana membuat pria asing memperkosanya, Julliana berpikir hidupnya benar-benar hancur. Bahkan tubuh wanita itu menggigil ketakutan saat Leigh menyebutkan kata 'budak seks'. Seketika ketakutan menjalari tubuh wanita itu.

"Jangan... jangan lakukan hal ini padaku, Leigh. Aku bahkan tidak pernah menyakitimu. Aku mohon jangan lakukan hal ini padaku." Julliana menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu memang tidak memiliki kesalahan apapun padaku, Julli. Karena itu kamu harus menyalahkan Batari atas apa yang kamu terima. Karena Batari kamu harus melalui penderitaan ini, Julli."

Leigh tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya menegakkan tubuhnya. Wanita itu menghampiri Andreas yang berdiri di dekat pintu. Satu tangannya menyentuh bahu pria itu.

"Nikmatilah hadiahnya, Andreas. Kamu bisa menggunakan berapa kali kamu menginginkannya." Ucap Leigh seakan menikmati Julliana adalah perintah untuk pria itu.

Andreas menyunggingkan senyuman puas. Tatapannya yang penuh dengan nafsu tertuju pada Julliana. "Aku pasti benar-benar menikmatinya, leigh. Dia benar-benar memiliki tubuh yang indah. Bahkan satu kali saja tidak akan cukup."

Julliana bergidik ngeri merasakan tatapan Andreas yang menyusuri tubuhnya. Seakan tatapan itu menelanjangi dirinya. Setelah itu Leigh berjalan keluar dan menutup pintu memberikan waktu Andreas menikmati tubuh Julliana.

"JANGAN MENDEKAT!" Seru Julliana melihat Andreas menghampiri dirinya yang berada di atas ranjang.

Sayangnya Andreas tidak mengindahkan peringatan Julliana. Pria itu terus menghampiri Julliana dengan tatapan lapar.

"Kamu akan jadi milikku malam ini, Sayangku." Ucap Andreas membuat Julliana menggigil geli.

Andreas merobek pakaian yang dikenakan oleh Julliana. Wanita itu terus meronta dengan derai air mata. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak. Kumohon lepaskan aku. TOLONG!!!"

***

Batari membuka matanya dan nafasnya terengah-engah. Wanita itu bisa melihat dirinya sedang berada di pesawat yang akan membawanya kembali ke rumah. Tapi Batari merasa seperti mendengar teriakan Julliana meminta tolong.

"Ada apa, Kucing liarku?" tanya Jamie yang duduk di samping Batari dan mengggenggam tangan istrinya.

"Aku..." Baru mengeluarkan satu kata tenggorokkan Batari sudah tercekat karena terlalu kering.

Jamie mengambil botol minum dan menyerahkannya pada Batari. Wanita itu segera mengambilnya, membukanya lalu meminumnya. Melegakkan tenggorokkannya yang terasa sangat kering.

"Terimakasih, Jamie."

Pria itu tersenyum dan mengambil alih botol itu sehingga Batari bisa kembali bersandar. "Tidak masalah. Apakah kamu bermimpi buruk?"

"Aku tidak tahu. Tapi tadi sekilas aku seperti mendengar Julliana meminta tolong. Aku benar-benar takut, Jamie. Bagaimana jika Julliana mengalami hal yang sangat buruk?"

Setelah meletakkan botol itu ke tempatnya, Jamie meraih tangan Batari dan menggenggamnya. "Dengarkan, Kucing liarku. Aku dan Christian tidak bisa menjanjikan apakah Julliana akan baik-baik saja saat kita menemukannya. Tapi kami berusaha sangat keras untuk menemukannya."

Batari menunduk sedih. "Jika sesuatu hal yang buruk menimpa Julliana, aku pasti akan menyalahkan diriku sendiri, Jamie. Jika saja Julliana tidak berteman dekat denganku, dia tidak akan disakiti. Bagaimana jika aku tidak bisa melihat Julliana tersenyum lagi? Bagaimana jika aku tidak bisa melihat Julliana bahagia? Padahal sebelumnya dia memintaku agar kalian memperkenalkan pangeran tampan untuknya. Dia bermimpi memiliki kisah cinta romantis dalam hidupnya. Bagaimana jika aku menghancurkan impiannya, Jamie?"

Lagi-lagi Batari menangis karena rasa takut yang dirasakannya. Jamie bisa merasakan tubuh istrinya gemetar. Akhirnya dia memeluk wanita itu untuk menenangkannya. Dia membiarkan wanita itu menangis dalam pelukannya.

"Aku juga tidak ingin hal buruk terjadi pada Julliana, Kucing liarku. Tapi jika memang kita terlambat menyelamatkannya, aku pikir satu-satunya hal yang perlu kamu lakukan adalah berada di sampingnya. Memberikan dia kekuatan, memberikan dia senyuman, dan memberikan dia cahaya agar dia bisa merasa lebih hidup lagi. Aku pikir Julliana tidak ingin kamu menyalahkan dirimu sendiri, Kucing liarku. Jadi jangan tunjukkan hal itu di hadapannya, karena kamu hanya akan membuatnya semakin sedih. Kamu mengerti?" Jamie mencium puncak kepala istrinya.

Batari menganggukkan kepalanya dalam pelukan Jamie. Dia masih tidak bisa menghentikan air matanya. Namun merasakan pelukan jamie, dia bisa merasa lebih baik.

****

Akhirnya bisa update juga. Maaf mungkin tidak akan bisa setiap hari tapi aku usahakan sebisa mungkin update. Nantikan kelanjutannya ya.... Terimakasih juga dukungannya yang meminta cerita ini untuk dilanjutkan. Love you...

Dimanja 2 Suami (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang