"Jamie, bagaimana keadaan Julliana?" tanya Batari saat suaminya itu sedang menyuapinya.
Kali ini adalah giliran Jamie yang menjaga istrinya. Sedangkan sang kakak sedang mengurus beberapa urusan penting di perusahaan.
"Julliana sudah sadar."
Seketika mata Batari berbinar senang mendengar ucapan pria itu. "Benarkah? Dia sudah sadar? Lalu bagaimana dengan kondisinya?"
Jamie tidak langsung menjawab. Pria itu memandang istrinya dengan cemas. Dia bertanya-tanya apakah dia harus memberitahu kondisi istrinya atau tidak.
Akhirnya Jamie meletakkan mangkuk bubur kembali ke atas meja. Kemudian kedua tangannya meraih tangan Batari dan menggenggamnya.
Pria itu menarik nafas panjang sebelum akhirnya mengatakan sesuati. "Batari, Christian memintaku untuk tidak menberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku tahu kamu pasti akan marah jika mengetahui hal ini terlambat. Aku pikir kamu perlu tahu apa yang terjadi sebenarnya."
Ekspresi senang di wajah Batari pun lenyap. Tergantikan dengan kewaspadaan yang menghiasi wajahnya. "Katakan hal yang sebenarnya terjadi, Jamie. Tolong jangan menutupinya dariku."
Jamie menganggukkan kepalanya. "Luka di tubuh Julliana sudah menbaik. Dokter sudah mengobatinya dan sekarang nyaris menghilang. Tapi ada luka lain yang sulit untuk diobati."
Batari memicingkan matanya. "Luka lain yang sulit diobati? Luka apa itu, Jamie?"
"Itu adalah luka psikis Julliana. Dia sulit berhadapan dengan pria yang berada di sekitarnya. Dia berpikir jika seluruh pria akan sama dengan pria brengsek yang sudah menyakitinya," Jamie menjelaskan.
Mulut Batari terbuka karena terlalu terkejut mendengar penjelasan suaminya. "Aku tidak mrnyangka akan jadi lebih buruk. Kasihan Julliana. Apa yang harus aku lakukan, Jamie?"
Pria itu bisa melihat air mata jatuh membasahi pipi sang istri. "Kamu hanya perlu mendukungnya, Kucing liarku. Kamu jangan khawatir. Aku dan Christian akan mencari psikolog handal untuk menangani Julliana."
Jamie mengusap air mata di pipi istrinya. Lalu tiba-tiba pintu kamar rawat itu terbuka. Jamie dan Batari pun menoleh. Mereka bisa melihat Christian berdiri di ambang pintu. Tatapan pria itu langsung tertuju pada wajah Batari. Terutama pada mata wanita itu yang menitikkan air mata. Segera pria itu berjalan menghampiri mereka.
"Apa yang kamu lakukan, Jamie? Kenapa Batari menangis?" tanya Christian yang mengalihkan atensinya pada sang adik.
"Sudah aku katakan jika Batari berhak tahu kondisi Julliana, Chris." Jamie tampak begitu santai menghadapi kemarahan kakaknya.
Christian menarik kerah kemeja Jamie sehingga membuat sang adik menjauh dari Batari. Lalu detik berikutnya pria itu melayangkan bogem mentah ke arah Jamie. Seketika Batari berteriak melihatnya. Dia bisa meluhat Jamie jatuh ke lantai dengan pipi yang terasa sakit akibat pukulan kakaknya.
"Aku sudah mengatakan padamu jika Batari belum siap menghadapi berita itu. Bagaimana bisa kamu bersikap egois mengikuti keinginanmu sendiri dan memberitahunya. Apakah kamu sudah memikirkan apa akibatnya, Jamie?" Christian benar-benar marah.
Jamie mendengusnkesal. Kemudian dia berdiri kembali. "Aku sudah memikirkannya, Chris. Dan aku yakin Batari akan marah jika kita menyembunyikan kebenaran ini darinya. Karena itulah aku memilih untuk memberitahunya."
"Kamu masih saja belum bisa dewasa." Christian melayangkan tangannya kembali.
"HENTIKAN!!!" suara Batari menahan tangan Christian yang nyaris mengenai adiknya.
Kedua pria itu langsung menoleh menatap kedua suaminya. Mereka bisa melihat Batari tampak terengah-engah karena emosi memenuhi dirinya. Melihat kedua suaminya bertengkar justru semakin memperburuk moodnya.
"Singkirkan tanganmu dari hadapan Jamie, Christian." Batari memberikan perintah.
Putra tertua keluarga Larson itu menatap tangannya sendiri yang hendak memukul adiknya. Kemudian dia mendesis kesal lalu melangkah mundur menyingkirkan kepalan tangannya dari hadapan Jamie.
Batari melangkah menghampiri Jamie. Kemudian dia berhenti dj samping pria itu dan bisa melihat bekas pukulan Christian di pipi Jamie. Kemudian Batari mengalihkan perhatiannya pada Christian.
"Apa yang dikatakan Jamie memang benar, Chris. Jika kamu menyembunyikan kebenaran ini hanya akan membuatku menyesal di kemudian hari dan aku pasti marah pada kalian karena tidak memberitahuku. Aku tahu kamu menyayangiku, Chris. Aku tahu kamu tidak ingin aku terluka. Tapi bukan berarti aku sangat lemah sehingga tidak bisa menerima berita buruk ini. Aku harap kamu tidak akan melakukan hal seperti itu lagi, Chris." Batari memberitahu suaminya.
Christian mengepalkan kedua tangannya erat di samping tubuhnya. Dia tidak mengatakan apapun dan memilih untuk berbalik dan pergi meninggalkan ruangan itu.
"Christian!" panggil Batari hendak berlari mengejar pria itu.
Namun tangan Jamie menahan bahu wanita itu. "Jangan dikejar, Kucing liarku. Christian membutuhkan waktu sendiri. Aku yakin dia akan segera kembali."
Batari menghela nafas berat. "Aku pikir aku sudah mengatakan sesuatu yang menyakiti Christian."
Jamie menggelengkan kepalanya. "Tidak, Batari. Kamu tidak menyakiti Christian. Aku pikir dia sedang menyalahkan dirinya sendiri karena menganggapmu lemah. Aku yakin itulah yang disesali olehnya."
Batari menghela nafas berat. Sepertinya membiarkan Christian sendiri adalah keputusan yang tepat. Kemudian tatapan wanita itu tertuju pada lebam di pipi Jamie.
"Sebaiknya kita mengompres pipimu, Jamie." Batari menyentuh pipi Jamie dengan hati-hati.
"Aku mau kamu yang mengompresnya, Kucing liarku." Jamie menampilkan tatapan memohon. Dia begitu menggemaskan seperti anjing kecil.
Batari menyunggingkan senyuman. "Baiklah, Suamiku yang manja."***
Yaahh... Christian dan Jamie bertengkar. Semoga mereka bisa memperbaiki hubungan mereka ya.
Oh ya Quin mau bagikan trailer "CINTA DIANTARA CEO & DOKTER"
Jangan lupa baca dan dukung Quin ya. Di karyakarsa sudah sampai Chapter 11 lho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimanja 2 Suami (21+)
Romance❎ PERINGATAN ❎ Cerita ini mengandung adegan dewasa yang memiliki taraf lebih tinggi. Jadi hanya diperuntukkan bagi yang kuat membaca. ❎Yang usianya masih kecil dilarang baca ❎Merasa dirinya suci jangan dibuka ya ❎Bagi yang lemah jantungnya tolon...