Julliana duduk di atas ranjangnya dengan tatapan tertuju lurus pada meja kecil di atas pangkuannya. Di atas meja itu sudah terhidang makanan yang berbeda dengan makanan rumah sakit pada umumnya. Christian dan Jamie memang memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk Julliana. Tapi meskipun di hadapannya terhidang makanan yang enak, tapi Julliana tidak memiliki selera makan sedikitpun. Bahkan perutnya terasa mual saat indera penciumannya menangkap aroma makanan itu.
Lalu terdengar suara ketukan di pintu membuat Julliana menoleh. Wanita itu memasang sikap waspada melihat siapa yang datang mengunjunginya. Manik mata Julliana bisa melihat pintu itu terbuka sehingga dia bisa melihat Batari berdiri di sana.
"Julliana!" seru Batari berlari kecil menhampiri ranjang sahabatnya. Langkah Batari terhenti di samping ranjang dan langsung memeluknya. "Akhirnya aku bisa melihatmu. Maafkan aku tidak menjengukmu lebih awal. Maafkan aku sudah membawa bencana dalam hidupmu, Julli. Aku benar-benar minta maaf."
Padahal Batari sudah berjanji untuk tidak menangis agar tidak memancing kesedihan untuk sahabatnya. Awalnya Julliana terdiam karena terkejut dengan apa yang terjadi. Namun merasakan kehangatan pelukan Batari, Julliana juga tidak bisa membendung tangisannya. Dia pun membalas pelukan sahabatnya dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Batari. Ini bukan kesalahanmu. Jika aku menyalahkanmu, maka keinginan Leigh terwujud. Dan aku tidak mau hal itu terjadi. Terutama karena aku sangat menyayangimu, Batari." Julliana pun sesegukkan karena tangisannya.
Akhirnya beberapa menit berikutnya keduanya saling menumpahkan tangisannya. Hingga akhirnya Batari melepaskan pelukan itu. Wanita itu mengusap air mata di pipi sahabatnya.
"Aku berjanji padamu, Jullie. Aku akan betanggung jawab pada hidupmu. Jadi kamu tidak perlu takut lagi." Batari membuat janji kepada sahabatnya itu.
Julliana menggelengkan kepalanya. "Tidak, Batari. Aku pikir kamu tidak perlu melakukan hal itu?"
"Kenapa, Jullie? Aku hanya tidak ingin kamu menderita sendirian. Biarkan aku juga ikut menderita dengan apa yang kamu rasakan." Batari meraih tangan sahabatnya dan menggenggamnya.
"Aku tahu kamu ingin bersikap baik padaku, Batari. Tapi aku tidak bisa menerimanya. Jika aku menerimanya, aku hanya akan membuat kamu terus merasa bersalah. Aku ingin kita tetap seperti dulu, Batari. Aku akan berjuang untuk melawan semua ketakutan yang aku rasakan dan aku akan berusaha untuk bangkit," jelas Julliana.
Batari terdiam mendengar ucapan Julliana. Dia berpikir jika dia menawarkan dirinya untuk bertanggung jawab pada kehidupan Julliana sehingga sahabatnya itu tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Tapi ternyata pemikirannya salah. Julliana ingin berjuang melawan ketakutannya alih-alih menikmati kehidupan yang ditawarkan oleh Batari.
Wanita bernama belakang Larson itupun duduk di ntepi ranjang dan berusaha untuk tidak menggeser meja kecil yang digunakan untuk meletakkan makanan. Kemudian tatapan Batari tertuju lurus pada wanita itu.
"Aku menghargai keputusan yang kamu buat, Jullie. Tapi setidaknya biarkan aku membantu pemulihanmu termasuk terapi melawan ketakutanmu. Aku ingin membantumu untuk bangkit." Batari mengatakannya dengan tulus.
Julliana terdiam mendengar ucapan Batari. Kemudian dia teringat masa-masa dulu di mana dirinya dan Batari sudah melewati banyak hal. Mereka berjuang mengatasi masalah mereka bersama. Bersekolah dan bahlkan bekerja bersama. Sehingga tidak mungkin bagi Julliana untuk membenci Batari karena bagi Julliana, Batari sudah seperti saudara yang sangat disayanginya.
Kemudian Julliana menganggukkan kepalanya. "Aku pikir itu tidak masalah. Bukankah kita memang sudah saling membantu sejak dulu?"
Bibir Batari menyunggingkan senyuman. "Ya, kita memang selalu melakukannya, Jullie. Karena itu aku juga ingin melakukannya sekarang. Jullie sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
Julliana memicingkan matanya. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Aku berencana memberitahumu setelah aku pulang dari bulan madu. Tapi karena kita sudah bertemu sekarang, maka aku ingin memberitahumu. Aku dan kedua suamiku membicarakan mengenai rencana masa depan yang akan aku lakukan. Karena aku tidak akan bekerja di cafe lagi, maka kedua suamiku berpikir ingin membuatkan cafe untukku. Dan mereka juga berpikir ingin mengajakmu menjadi bagian dari rencana ini. Itu jika kamu mau. Jadi kita bisa bekerja sama untuk mengelola cafe ini." Batari menjelaskan rencananya kepada sang sahabat.
Julliana tampak terdiam tidak mengatakan apapun. Membuat Batari merasa gugup. Dia tidak ingin Julliana menolak tawaran ini. Tapi dia juga tidak ingin memaksa wanita itu.
"Aku memilih untuk menjadi bagian dari rencana yang bagus ini, Batari." Julliana memutuskan
Batari melotot kaget mendengar jawaban sahabatnya. "Benarkah kamu menerima tawaran ini, Jullie?"
Wanita yang masih mengenakan piyama rumah sakit itu menganggukkan kepalanya. "Ya, aku menerima tawaran ini. Aku pikir ini adalah ide yang bagus. Aku tidak perlu lagi bekerja di bawah bos yang galak. Aku bisa mengelola cafe bersama denganmu."
Wajah Batari pun semakin cerah. "Kalau begitu aku akan memberitahu kedua suamiku nanti."
Kemudian Batari mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Julliana yang masih tampak lebam. "Aku berharap kamu bisa cepat pulih, Jullie. Bukan hanya luka di luar tapi juga di dalam. Mari kita berjuang bersama."
Julliana menyunggingkan senyuman lemah kemduian menganggukkan kepalanya. Dia juga berharap sama dengan sahabatnya. Tapi dia tahu hal itu tidaklah mudah.
Setelah menghabiskan satu jam bersama Batari, Julliana memang terlihat jauh lebih baik. Sayangnya ketika Batari pergi, Julliana kembali merasa kesepian. Dia memilih turun dari ranjang dan duduk di kursi yang ada di dekat jendela. Dia bisa mengamati pemandangan rumah sakit dari lantai lima.
"Kamu tidak berencana untuk lompat dari sana, bukan?"
Suara itu mengejutkan Julliana. Dia menoleh dan melihat seseorang berdiri di ambang pintu.
***
Siapa yang datang ya?
Harap sabar menantikan bab selanjutnya ya. Maaf gak update semingguan kemarin. Karena menjelas PAS jadi Quin harus disibukkan dengan real life dulu.
Jangan lupa juga baca cerita CINTA DIANTARA CEO & DOKTER ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimanja 2 Suami (21+)
Romance❎ PERINGATAN ❎ Cerita ini mengandung adegan dewasa yang memiliki taraf lebih tinggi. Jadi hanya diperuntukkan bagi yang kuat membaca. ❎Yang usianya masih kecil dilarang baca ❎Merasa dirinya suci jangan dibuka ya ❎Bagi yang lemah jantungnya tolon...