part 11 🌹🦔🐇💐

852 22 3
                                    

Deg

Seperti kena sambaran petir hati Love begitu hancur ketika Atlantis membentak dirinya di dalam kelas, spontas Love menundukkan kepalanya lalu membalikkan tubuhnya mengarah jendela. Sedangkan Atlantis mengusap wajahnya kasar dengan bodohnya ia malah melampiaskan kecemburuannya kepada kekasihnya.

Kini mata perempuan itu sudah berkaca-kaca dan seperdetik kemudian sebening cairan mulai turun membasahi kedua pipinya sebisa mungkin ia menahan tangisannya agar tidak mengeluarkan suara, ia tidak mau salah satu temannya mendengar dan melihat ia menangis di dalam kelas.

"Hiks ... mama... Love mau pulang"

"Hiks .... mama"

Ucap Love pelan disela isakannya sambil memandang pemandangan luar, rasanya Love ingin pulang dan memeluk mamanya karena baginya pelukan mamanya adalah tempat paling pas untuk mengeluarkan keluh keselnya sekaligus tempat paling enang ketika ia sedang bersedih seperti ini.

Terdengar jelas dari pendengaran Atlantis jika kekasihnya sedang menangis sambil memanggil mamanya, ia pun memutar badannya kemudian memajukan bandannya sampai pentok ke punggung Love lalu kedua tangannya ia lingkarkan ke pinggang Love.

Tangan Love turun kebawa untuk melepaskan pelukan Atlantis tapi laki-laki itu malah memutarkan badannya dan memeluk kembali tubuh mungil milik Love kali ini pelukannya lebih erat seperti tidak mengizikan kekasihnya pergi dari hidupnya.

Didalam dekapan Atlantis Love masih menangis sambil memukul pelan dada Atlantis tapi Atlantis tidak menghiraukannya justru ia membiarkan kekasihnya untuk mengeluarkan emosinya melalui pukulan kecil itu.

Hanya ini yang bisa Atlantis lakukan untuk menangkan perasan Love.

"Hiks ... Kamu jahat Atlantis, kamu jahat" isak Love menjadi-jadi.

"Iya aku jahat, kamu boleh pukul aku sepuasnya sampai hati kamu tenang dan mau memaafkan aku" imbuh Atlantis berusah menenangkan hati Love agar tidak menangis lagi sambil mengelus pelan kepala Love dengan sangat lembut sebagai rasa penyesalanya.

Hatinya sakit sekali seperti tertusuk benda tajam ketika melihat perempuan yang ia cintai menangis gara-gara ulahnya sendiri. Padahal dulu ia sudah berjanji untuk tidak membentak kekasihnya lagi tapi ia sendiri yang melanggar janji tersebut.

Tangisan Love sudah mereda dan tangannya sudah berhenti memukul dadanya tandanya perempuan itu sudah mulai tenang. Pelukannya ia longgarkan agar bisa melihat kekasihnya, wajah Love begitu merah dan kedua matanya bengkak lantaran habis menangis tadi. Tangannya terangkat untuk menyeka air mata perempuan dihadapannya "udah yah, jangan mengangis lagi, hati ku sakit melihat kamu begini" Love mengangguk pelan sambil mengatur nafasnya.

Lagi dan lagi seisi kelas dibuat iri dengan perlakuan Atlantis kepada Love begitu romantis serasa dunia milik berdua yang lain hanya mengontrak.

"Udah woy, bucinya. Nggak kasian apa sama kaum jomblo" cibir Natasya, Atlantis melirik sekilas kearah belakang lalu mengambil salah satu buku tulis milik Natasya dan memukul kepala Natasya dengan buku tersebut refleks Natasya mengelus kepalanya yang terasa sakit lantaran dipukul oleh manusia iblis didepannya.

"Aww, sakit" ringis Natasya.

"Lu apa-apaan sih! mukul kepala gue pake buku sakit tau" protes Natasya gara-gara Atlantis kini kepalanya terasa sakit dan berdenyut tapi laki-laki itu tidak menghiraukannya malah asik berpacaran didepan matanya.

"Awa aja kalau sampai kepala gue benjol, gue akan balas!" umpat Natasya sorot matanya tidak lepas dari punggung laki-laki yang duduk didepannya seakan ingin membalaas dendam jika kepalanya benar-benar benjol apalagi sampai membekas.

My Girlfriend ChildishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang