Part 20 🗝️♥️🗝️

251 9 1
                                    

Mendengar suara teriakan, membuat semua orang yang ada didalam rumah kaget. Semua orang bergegas pergi ke kamar Love, Gabriel yang ada di sebelah langsung membuka pintu kamar adiknya kaget melihat Love memeluk kedua lututnya di atas kasur seperti orang ketakutan.

"Love?" panggil Gabriel pelan di ambang pintu.

Mendengar suara bang Gabriel, Love menoleh ke arah pintu melihat bang Gabriel berdiri. Love beranjak dari tempat tidur dan langsung memeluk tubuh bang Gabriel dengan perasaan takut, wajah nya penuh keringat.

"Bang....." ucap Love lirih di balik pelukan nya.

"Ada apa, Love. Kok kamu ketakutan?" tanya bang Gabriel khawatir sambil mengelus surai panjang hitam pekat dengan sangat lembut.

"Ada yang mau bunuh Love" jawab Love dengan suara getar.

"Maksudnya apa, Love?" kaget, siapa yang ingin membunuh adiknya sementara Love tidak punya banyak teman apalagi musuh.

Love menunjuk ke arah kertas lecek yang ada di atas lantai. Melihat tulisan yang ada didalam kertas Love langsung melempar kertas itu ke lantai. Takut.

Gabriel mengikuti telunjuk Love ke kertas yang tampak lecek. Kertas apa itu? Sampai membuat adik bungsu nya ketakutan.

Melepaskan pelukan Love "dek, kamu tunggu di sini. Abang mau ambil kertas" Gabriel berjalan kemudian membungkukkan setengah tubuh mengambil kertas lecek. Membuka kertas secara lebar, seketika matanya melotot kala melihat tulisan yang ada di kertas. Tulisan yang ada didalam kertas itu adalah ' untuk mati' dengan warna merah.

Tak lama kemudian, Claire, Halbert, Enzo, Mikel dan bi Sinta sudah datang ke kamar Love kecuali Sastra yang masih kerja.

Melihat Mama nya datang, Love langsung memeluk tubuh Claire "mama...." lirihnya. Claire pun mengelus rambut panjang Love.

Semua orang menatap Love yang ketakutan kemudian beralih menatap Gabriel yang sedang membaca kertas dengan mengerutkan keningnya. Semuanya pada bingung.

"Kertas apa yang kau baca, Gabriel?" tanya Halbert. Sang papah.

"Bukan apa-apa, pah" bohong Gabriel. Langsung meremas kertas dan dimasukkan kedalam saku piyama. Berjalan menghampiri keluarga nya di depan kamar bereaksi seperti biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ada apa, bang? Kok si Love teriak-teriak?" tanya Mikel penasaran. Terdengar jelas sekali suara teriakan Love dari dalam kamar.

"Gak ada apa-apa. Mending mama, papa, Mikel,  Enzo sama bi Sinta balik ke kamar. Biar Gabriel yang menjaga Love" menyarankan semua keluarganya dan bi Sinta untuk pergi ke kamar masing-masing. Gabriel hanya tidak ingin jika semua keluarganya tau apa yang ada di tulisan kertas tadi akan membuat semua orang khawatir.

"Sayang, kamu gapapa sama bang Gabriel?" tanya Claire lembut, matanya turun menatap wajah Love.

"Gapapa, mah" lantas Love melepaskan pelukannya menjauh dari tubuh mamah sambil menundukkan kepalanya.

"Ya udah, mama sama papah kembali ke kamar" pamit Claire memajukan wajahnya kemudian mencium kening Love cukup lama.

"Sini, dek!" titah Gabriel. Love pun berjalan mendekati bang Gabriel setelah di cium oleh Claire..

Semua orang pergi dari kamar Love, Claire melirik sekilas putrinya meskipun sudah ada Gabriel yang menemani Love entah kenapa hatinya masih gelisah. Cemas dan khawatir.

Setelah semua orang pergi, Gabriel segera menutup pintu kamar Love. Love langsung lari memeluk tubuh bang Gabriel dengan raut wajah yang ketakutan.

"Bang, Love takut" lirih.

My Girlfriend ChildishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang