Malam ini begitu tenang, bulan bersinar terang. Charlotte Road lengang tanpa kendaraan yang melintas. Pohon tanpa daun di seberang kanan jalan diembus angin dari arah selatan. Aku mengeratkan jaket, masuk ke dalam mobil yang jarang kugunakan karena Rodney selalu memintaku untuk pergi bersamanya. Roda kendaraan meluncur mundur perlahan melintasi dinding pembatas halaman rumah, suara mesin mobil membuatku menggigit bibir, tepat setelah berhasil keluar dari halaman rumah dan berada di jalanan Charlotte yang tidak terlalu lebar juga tidak sempit, kuinjak gas dengan terburu.
Melewati Wellington, aku menoleh ke kanan kiri jalan, pintu rumah-rumah telah tertutup. Ketika mencapai Bristol St, aku mempercepat laju mobil, melewati St. Chads Queensway, dan menuju M6 NW. Kuinjak pegas dan roda kendaraan melaju semakin cepat di jalanan tol. Mengusir sepi, aku menyalakan musik instrumental, permainan musiknya seolah mendukung apa yang kulakukan malam ini.
Aku tahu betul bahwa Rodney tidak akan setuju dan melarang. Namun, segalanya terlalu misterius dan aku telah terseret terlalu jauh dalam hal ini. Di persimpangan sebelas, aku melintasi Laney Green Interchange, keluar bundaran A460 dan menuju A461. Jalanan Wolverhampton menyambutku dengan ramah, seakan menanti sebuah kedatangan yang telah diperkirakan. Waktu demi waktu berlalu, deru kendaraan di jalan mengiringi menuju Stafford Road yang menjadi titik tujuan keputusan impulsifku. Huntington memiliki medan magnet kuat yang menarik roda kendaraanku menuju padanya, meninggalkan Birmingham. Aku telah tiba di Pear Tree Cl dan cottage itu berdiri di sana dengan percaya diri.
Menarik napas dalam, kubuka pintu mobil dan masuk menuju cottage yang sama ketika aku datang bersama Rodney. Tulisan 'Bed and Breakfast' dengan latar belakang hijau di atas pintu masuk masih setia menyambut para pengunjung yang datang. Kejadian yang sama kembali terulang, wanita berambut perak dan bermantel hijau emerald yang kutemui tempo lalu ada di dalam sana, begitu anggun mengenakan dress putih sederhana tanpa mantel hijau emerald. Kehadirannya masih membuatku berpikir banyak hal, hiasan di wajah wanita muda itu masih sama, mungkin setelah selesai menghapus riasan, dia memasang pernak-pernik permata putih itu kembali.
"Glad to see you back, Blyhte Alison. Bagaimana perjalananmu? Kau datang tengah malam, lebih awal daripada kunjungan sebelumnya. Kuharap langit Wolverhampton menyambutmu dengan baik," sambutnya ramah, dia berjalan mendekat.
Mulutku terbuka, kemudian kembali menutup. Keraguan terdengar jelas ketika aku memutuskan untuk berbicara pada akhirnya, "apa kau ... menanti kedatanganku?"
Wanita muda yang telah kulupakan namanya secara tidak sengaja itu tertawa dengan menutup mulutnya. "Aku menanti semua orang yang berniat datang kemari karena aku pemilik tempat ini. Bukankah begitu?" tanyanya retoris, "jadi, berapa lama kau akan menginap kali ini?"
"Aku tidak berniat menginap." Jawabanku memang bertentangan dengan keberadaan bangunan ini, orang-orang datang dengan tujuan menginap karena tempat dimana aku berada sekarang adalah sebuah penginapan yang tidak terlalu jauh dengan Cannock Chase AONB. "Ada yang perlu kutanyakan ...," kutatap matanya dan bersuara pelan, "padamu."
Wanita itu tersenyum penuh arti, kemudian mempersilakanku duduk di sebuah kursi yang berada di tengah ruangan. "Duduklah dan kalau kau lupa, namaku Glenda."
Glenda beranjak berdiri setelah aku duduk di salah satu kursi yang menghadap jendela luar cottage, suara dentingan mengisi ruang kosong setelahnya, dia kembali membawa nampan berisi teko beserta gelas dan beberapa biskuit ke atas meja. Gelas kaca antik dengan ornamen berisi cairan cokelat kekuningan itu disodorkan ke arahku olehnya.
Mencoba menghargai jamuan yang diberikannya, aku mengangkat gelas itu dan menenggak cairan berwarna cokelat kekuningan, terasa hangat saat meluncur membasahi kerongkonganku yang kering sejak berkendara tanpa berhenti dari Birmingham.
Glenda masih tersenyum ketika aku meletakkan gelas itu di atas meja kayu. "Itu ekstrak kulit katak dan beberapa rempah asia yang harum. Kau menyukainya?"
Perutku terasa mual dan aku batuk-batuk beberapa saat. Mataku membelalak tak percaya saat Glenda malah dengan riang terbahak memegangi perutnya. Apa aku kini terlihat aneh? Mungkin minuman yang terlanjur kutelan merupakan jamuan tradisional khusus daerah Huntington dan aku tidak mengetahui hal ini?
"Blyhte, kau begitu mudah ditipu. Pantas kau bisa terseret olehnya. Aku bergurau -maaf-, itu teh daun pinus. Jangan khawatir." Glenda berhenti tertawa dan batuk-batuk, mengusap air mata yang keluar.
Aku merasa dikerjai dan kenyataannya memang seperti itu. Dia kembali duduk dengan anggun dalam balutan dress putih di atas kursi kayu. "Biarkan aku menebus ini, akan kujawab pertanyaanmu," ujarnya dengan logat yang tidak biasa.
Dari awal Glenda memang berniat mengerjaiku. Namun, mengabaikan hal itu, aku berusaha bersikap sopan karena ini merupakan kediamannya. "Apa yang kau maksud dalam kunjunganku yang terakhir? Siapa 'dia' yang mengincar apa?"
Dia memiringkan kepala, menatapku tanpa menjawab pertanyaan dengan sepatahkatapun. Seperti biasa dan selalu dia lakukan, Glenda kembali tersenyum. "Blyhte Alison tidak boleh tahu. Itu akan semakin membahayakanmu." Mungkin wanita ini menyadari raut wajahku karena dia menambahkan dengan cepat, "tapi aku akan memberitahumu sesuatu sebelum kau kembali agar kedatanganmu dari jauh tidak menjadi sia-sia."
Mendadak, kesunyian melingkupi kami. Aku dapat mendengar suara detak jam yang menggantung di balik meja terima tamu. Glenda mendekat, rambut peraknya yang beraroma bunga berada tepat di sampingku. Suara itu bagai bisikan dan juga terdengar seperti angin yang berembus sangat halus. Di samping telingaku, kata demi kata yang Glenda ucapkan terasa bagai teka-teki baru.
"Jauhi dia dan jangan mengikutinya kembali. Kau memiliki apa yang 'dia' butuhkan dan juga 'mereka' incar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunting the Werewolf [2022]
FantasyKepergiannya pada malam Halloween bersama Rodney Halard ke dalam rengkuhan hutan Cannock Chase mengantarkan Blyhte Alison pada sebuah fakta menakjubkan. Ketertarikannya pada makhluk mitologi semakin meluap kala bertemu dengan werewolf di aktivitas p...