SII - XLVI - Pengejaran

30 6 0
                                    

"Dikabarkan dari area kejadian, Wolverhampton pagi ini dikejutkan dengan penemuan bangkai serigala yang tergeletak di area kemah hutan Cannock Chase. Ini sangat aneh mengingat kawanan serigala tidak biasa muncul di area perkemahan. Selain itu mengingat kejadian ini terakhir kali terjadi belasan tahun lalu. Saat ini kami sedang bersama dengan Samuel, pengunjung hutan yang menemukan bangkai tersebut. Selamat siang, Sir Samuel, bisakah anda menceritakan awal ...."

"Blyhte?"

Panggilan ayah mengalihkan perhatianku, membuatku refeks mendongak ke belakang dan mendapatinya membawa garpu taman.

"Ayah membeli baru?"

Dia terkekeh ringan, memeriksa bahan garpu taman dengan mengetuk-ngetuknya. "Lebih kuat, semoga kali ini cukup awet untuk berkebun di musim semi."

Aku mengangguk-angguk, kembali mematut atensi pada acara televisi. Badai salju semalam membuatku enggan keluar rumah, suhu dingin ekstrim membuat gigiku bergemeretak karenanya.

"Bangkai serigala tersebut akan diserahkan kepada pihak peneliti untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Tetap bersama kami dan selanjutnya kita akan menyimak laporan cuaca di Huntington."

Bangkai serigala yang dari ukurannya saja membuatku mengernyit terus menghantui pikiranku. Mengapa harus Cannock Chase? Dari sekian banyak hutan di Britania Raya. Tempat itu seolah menghantui hidupku, seolah memang sengaja menarikku kembali ke dalamnya.

Aku menggeleng, menutup mata untuk mengenyahkan bayangan yang memenuhi pikiranku. Tidak mungkin, kan? Melihat bangkai serigala itu aku justru teringat pada Warden ... dan Demelza.

Tidak.

Kubah buatan Glenda masih melingkupi hutan Cannock Chase. Dengan demikian, werewolf yang mendiami pelosok hutan itu akan aman.

"Sepertinya tontonanmu seru, Blyhte?"

Aku terkejut, celetukan ayah entah mengapa membuatku tertawa canggung. "Mereka bilang ada bangkai serigala yang ditemukan di Cannock Chase."

Ayah mengedikkan bahu, alisnya naik sebelah. "Kupikir para beruang sedang hibernasi."

Beruang tidak memangsa serigala, kan?

***

Tadinya, kupikir aku takkan menginjakkan kaki di luar rumah. Kurasa pengakuan kemarin merubah kepribadian Tiana sedemikian rupa, atau barangkali ... dia sedang mengelupas kulitnya.

"Seingatku dulu area ini ditumbuhi pepohonan yang lebat, mereka memangkas semuanya, huh?" Tiana menggandeng lenganku, matanya bergerilya memandangi sekitar. Sesekali dia berhenti untuk menatap awas ke sekitar, kemudian menarikku berjalan kembali tanpa sepatah kata. Perilakunya mirip rubah merah. "Kau tahu, aku tidak percaya penyihir yang kau temui itu," bisiknya.

"Cordelia?" tanyaku.

Tiana menggeleng. "Adiknya," ujarnya tegas, "kakak-beradik yang selalu membuatku waspada."

Aku merasa bersalah jika tidak membela Glenda. Dia telah menyelamatkanku berulang kali. Rasanya tidak pantas mencela seseorang yang pernah mempertaruhkan nyawanya untukku. "Tapi kurasa dia berbeda, Glenda baik."

"Putih mudah berubah jika tercampur warna lainnya, tidak seperti hitam," balas Tiana, melirikku sekilas, "perbaiki sifatmu. Kalau ingin bertahan, kau harus waspada pada sekitar. Kau harus mengetahui dari mana musuhmu datang, bahkan meskipun kau tidak tahu."

"Itu perkataan yang membingungkan," Aku mengernyit, "sekaligus terdengar memaksa."

"Selalu ada kompas jika kau hilang arah," balas Tiana tenang, dia bahkan tidak peduli pada aku dan kebingunganku.

Hunting the Werewolf [2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang