"Dia akan menangkap kita, Tiana," ucapku tersendat-sendat, napasku terengah, membopong Willow tidak semudah bayanganku.
Tiana mengernyit, setelah menyadari sesuatu yang menghambat pergerakan kami, dia akhirnya mendengkus. "Tinggalkan saja."
"Meninggalkan Willow maksudmu?" Aku mengernyit. "Aku datang kemari untuk membawanya."
Adik Aston Hawkins itu memutar bola matanya jengah. "Jangan kau pikir aku kemari untuk menyelamatkannya, Alison. Tugasku hanya membawamu."
Ledakan besar kembali terdengar, membuat detak jantungku semakin kencang. Aku mendekat pada Tiana, tanpa sepatah kata melingkarkan lengan Willow di bahunya. "Bawa dia, aku akan menyusul. Kalau begini, kita semua akan tertangkap."
Tiana hendak protes, tapi aku memberinya pelototan yang segera membuatnya bungkam. "Larilah ke arah tenggara dan segera susul kami, berjanjilah."
Aku mengangguk. Hal yang paling tak kusangka terjadi setelahnya, pergerakan Tiana yang begitu cepat membuatku melongo. Sudah kuduga dia bukan seorang mahasiswi biasa, aroma perkamen darinya menjelaskan segalanya.
Tersisa aku di sini, ledakan dan kilatan itu masih terdengar olehku. Kupacu lari secepat mungkin, tanpa peduli ranting kering dan semak belukar yang menggores kulit. Telingaku rasanya tuli setiap saat mendengar suara berulang itu, tetapi saat kemudian segalanya sunyi, aku mulai waspada. Pergerakanku terhenti, insting yang kurasakan benar-benar mengganggu. Glenda ... apa dia baik-baik saja?
"Oh, belum cukup jauh rupanya."
Suara bariton itu membuat tubuhku menegang. Gesekan daun kering yang terdengar dari belakang membuat seluruh bulu romaku berdiri.
"Sudah menyerah?" ujarnya. Hening beberapa saat sampai dia kembali bersuara. "Larilah, sayang, larilah sejauh mungkin dan aku akan menangkapmu."
Aku tahu, dia mempermainkanku. Shane membuatku berperan sebagai buruan dan dia sebagai seorang pemburu. Meskipun demikian, aku tetap berlari, dengan harapan akan lolos darinya, keluar dari tempat ini dan sampai di tempat di mana Tiana menungguku.
Kakiku mulai lelah, napasku terengah, sedikit lagi, aku melihat cahaya obor dari rumah-rumah di depan sana. Sebentar lagi, aku akan keluar dari tempat ini dan-
Setidaknya itulah yang kupikirkan, sampai tubuhku terasa seperti terbawa angin dan pandanganku menggelap.
***
Bau obat-obatan tercium menyengat di hidungku. Langit-langit kamar berukiran tua menyambutku yang baru saja membuka mata. Aku bangkit perlahan, di sisi kiri ranjang, terdapat sebuah nakas dengan figura kecil di atasnya. Aku meraih figura itu, membaliknya dan menemukan sebuah nama yang seketika menjelaskan segalanya.
Juliette, wajah gadis muda di figura itu memang mirip denganku. Aku tersentak dan mundur ketika pintu kamar terbuka. Sontak meraih lampu tidur di atas nakas yang langsung mati begitu saklarnya tercabut, membuat penerangan di tempat ini hanya berasal dari lilin yang dibawa laki-laki itu.
"Waktunya makan malam, Blyhte." Dia menutup pintu, menguncinya. Aku dalam posisi siap menyerang dengan lampu tidur di tangan, tetapi seolah itu tak berarti apa pun, Shane tampak tidak peduli dan berjalan mendekat dalam gelap gulita di antara kami. "Letakkan itu, kau bisa melukai tanganmu."
"Apa yang kau mau, Shane? Kau juga menginginkan darahku? Seperti Cordelia?" todongku, menggenggam erat lampu. Aku akan mengayunkannya jika gerak-geriknya mencurigakan.
Shane terkekeh. "Wanita gila itu? Sejak awal aku hanya memanfaatkannya untuk mendapatkanmu, Blyhte. Dia dan obsesinya pada werewolf memang tidak waras, aku setuju denganmu," ujarnya, mengangguk-angguk dan dengan santai duduk di tepi ranjang, membuatku semakin bergerak ke samping, menjauhinya. "Ayolah, kau harus mengisi perutmu." Diletakkannya sebuah nampan di atas nakas.
"Ke mana kau membawaku?"
Laki-laki itu tersenyum. Melihatku ketakutan dan terpojok mungkin memberinya rasa senang tersendiri. "Jauh, sangat jauh hingga Rodney Halard pun tidak akan pernah bisa menemukanmu." Shane berdiri, berputar ke sisi ranjang yang lain dan mencengkeram daguku, membuatku mendongak menatapnya, "dan meskipun kau berteriak, sweetheart. Hanya ada kau dan aku ... di tempat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunting the Werewolf [2022]
FantasíaKepergiannya pada malam Halloween bersama Rodney Halard ke dalam rengkuhan hutan Cannock Chase mengantarkan Blyhte Alison pada sebuah fakta menakjubkan. Ketertarikannya pada makhluk mitologi semakin meluap kala bertemu dengan werewolf di aktivitas p...