Daun-daun yang terinjak kaki kami menyuarakan protesnya. Shane membagi rombongan jurusan menjadi dua bagian. Sepuluh orang masuk ke dalam hutan untuk mencari ranting tambahan dan sisanya mendirikan tenda dan merapikan barang-barang untuk yang lain. Aku masuk ke hutan yang tidak jauh dari tempat kami memutuskan berkemah bersama sembilan orang lainnya. Rodney sempat melakukan keributan dengan meneriakkan protes karena menurutnya Shane tidak masuk akal memasukkan kami dalam golongan yang berbeda. Pengumpul ranting terdiri dari lima orang laki-laki dan lima perempuan. Aku harus menenangkannya agar dia mau mengalah dan ikut mendirikan tenda bersama sisanya.
"Menurutmu, bagaimana Shane membuat perizinan agar kita bisa tinggal? Dia orang asing, laki-laki United Stated."
Tanganku menggantung di udara, berjongkok pelan untuk mengambil ranting yang kujatuhkan. Hutan Cannock memang didominasi pinus tinggi, tetapi beberapa bagian dikuasai jenis pohon lain. Menyelipkan rambut ke telinga kiri, aku berpura-pura mengikat ranting dengan tali yang kami bawa.
"Tidak tahu, tetapi sekarang kita semua di sini."
Apa Shane lagi-lagi menggunakan kepopulerannya? Sangat konyol jika petugas dengan mudah memberikan perizinan jika hanya karena demikian. Aku mengangkat ranting-ranting setelah mengikatnya menjadi satu dan keluar dari rimbun pohon menuju area kemah. Beberapa tenda telah didirikan, semuanya terlihat sangat sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku mengusap peluh di dahi, terkejut ketika seseorang menyambar ranting-ranting yang kupeluk di sisi kanan.
"Dasar tidak gentleman," gerutu Rodney pada Shane yang ikut mendirikan tenda di kejauhan. Dia menatapku. "Ada sapu tangan di saku kiri celanaku, tapi sebaiknya kau membasuh tanganmu dulu." Dia berdecak, kelihatannya makin kesal pada Shane. "Apa sih, yang dipikirkannya? Tanganmu jadi kotor begini, kan. Ayo, Blyhte." Rodney berjalan menuju tepi danau, dia meletakkan ranting-ranting tambahan itu di dekat salah satu tenda dengan kesal, dan menarik tanganku lembut melewati anak-anak lain.
Kami membasuh tangan bersama-sama, aku tersenyum, menyentuh dahinya yang berkerut setelah mengeringkan tangan dengan sapu tangan yang Rodney berikan. Laki-laki itu beringsut mendekat, kepalanya bersandar di bahuku sesaat sebelum dehaman membuatnya dengan malas menoleh ke belakang.
"Jangan hanya duduk berdua saja. Bantu kami mendirikan tenda yang lain kalau kalian tidak ingin melihat anak-anak yang tidak mendapat tendanya tidur beralaskan tanah." Shane berdiri di belakang kami.
Rodney menatap seolah berkata 'memang aku peduli?' dan itu terlihat begitu jelas.
Shane menyeringai, dia menunjukku dengan dagu sembari berkata, "kalau begitu tidak usah bangun tenda untukmu dan Blyhte."
Rahang Rodney mengeras, dia bangun dan mengejar Shane yang berlari menjauh menghindarinya sembari tertawa. Perutku geli melihat mereka. Sadar bahwa harus membantu mendirikan tenda, aku berdiri menatap pepohonan pinus lebat di seberang danau, hutan di dalamnya terlihat hitam, kegelapan yang tidak tersentuh. Namun, danau ini dan pinus-pinusnya begitu indah.
Menarik ikat rambut yang kuselipkan di dalam saku celana jeans, aku mengangkat rambut ke atas, berniat mengikatnya menjadi ikatan ekor kuda. Namun, detak jantungku berpacu cepat ketika melihat di seberang sana, di antara pohon pinus yang dekat dengan permukaan air danau, seseorang tengah mengawasi kami. Rambutnya panjang sepinggang berwarna cokelat tua, baju yang dikenakannya tidak menutup seluruh tubuh dengan bagian paha yang hanya tertutup sebagian dengan celana pendek dan bagian atasnya hanya tertutup tank top dengan tali lebar di bagian pundak. Apa dia tidak khawatir tergores ranting atau diserang serangga? Ketika aku menajamkan mata untuk melihat ekspresinya yang terlihat seperti tidak menyukai keberadaan kami, mataku ditutup tiba-tiba oleh sepasang telapak tangan. Detik berikutnya mataku kembali terbuka, diiringi suara sesuatu membentur tanah. Aku berbalik ke belakang, Ned mengerang memegangi lengan atasnya yang lebih dahulu mendarat dan di depannya ada Rodney yang menepuk-nepuk kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunting the Werewolf [2022]
FantasyKepergiannya pada malam Halloween bersama Rodney Halard ke dalam rengkuhan hutan Cannock Chase mengantarkan Blyhte Alison pada sebuah fakta menakjubkan. Ketertarikannya pada makhluk mitologi semakin meluap kala bertemu dengan werewolf di aktivitas p...