SII - LII - End

65 6 9
                                    

Silakan cek catatan author di bawah.
🐾

Aku beringsut mundur dalam posisiku yang setengah berbaring di tanah, menggeleng saat dia mengarahkan ujung senjatanya padaku. Sebenarnya, kenapa semua ini terjadi? "Glen, kumohon ...."

Dia bersiap membuka mulutnya ketika seseorang menjambak rambutnya dari belakang. Gadis berambut merah itu, Tiana, entah mengapa bisa berada di sini.

"Pantas saja aku mencium aroma yang tidak beraturan dari wilayah ini." Dia melihatku. "Kau bilang pergi menemui Glenda, aku menyusulmu, tetapi malah menemui jejak aroma penyihir lain selain anak ini."

Aku memicing, memegangi lengan yang terluka. "Kuminta kau menjaga orangtuaku, bukan?"

"Mereka baik-baik saja," jawabnya singkat, "tenanglah, Aston bersama mereka." Dia menelisik wajah Glenda sebelum berujar, "ada yang aneh dengannya."

"Ya, aku merasa dia seperti dikendalikan seseorang, mungkin Cordelia."

Tiana melemparnya ke belakang dan membuat wanita itu tersungkur ke tanah sebelum membelakangiku. "Dia tidak akan sadar sampai Cordelia dihentikan. Kuharap ini menebus rasa bersalahku pada Juliette yang mengorbankan dirinya." Kami beradu pandang, senyum kecil tersungging pada bibirnya. "Kualihkan fokusnya, selamatkan dirimu."

Glenda yang telah berdiri melecutkan serangannya pada Tiana yang gesit menghindar, keduanya terlibat pertarungan sengit. Kecepatan Tiana sungguh membuatku terperangah, dia bahkan berhasil mencakar punggung Glenda meskipun harus menerima serangan balasan.

Langit sore itu dihiasi dentuman serangan dan lolongan serigala yang saling beradu. Aku membasahi kerongkongan, kala dentuman kembali terdengar, instingku mengarah pada sisi kanan hutan yang merupakan tempat Shane meladeni Cordelia untuk menyelamatkanku. Aku berlari ke sana, menerobos ranting-ranting yang menyayat kulit. Napasku memburu setelah mengikis jarak yang cukup jauh, di sana, kulihat Shane dan Cordelia, keduanya terluka parah. Akan tetapi, seolah tidak peduli keadaannya sendiri, wanita itu otomatis melemparkan serangannya padaku yang baru saja dilihatnya. Beruntung bahwa aku sempat menghindar, dia mematahkan ranting pohon di belakangku.

"Haha! Blyhte," ujarnya dengan nada gemas, membuat Shane otomatis menoleh ke belakang dan terkena serangannya.

Aku berlari mendekat, membantu dia berdiri kembali. "Fokus, jangan pedulikan aku."

Shane mengambil posisi ancang-ancang menghadapi Cordelia. "Jangan pedulikan dirimu? Kau pikir atas alasan apa aku datang kemari?"

"Kalian terlalu banyak bicara!" Cordelia tertawa sarkas dan menyerang kembali dan Shane dalam posisi bertahan.

Aku maju menyerangnya, mencari celah Cordelia yang masih sibuk melawan Shane. Kukira dia akan kebingungan begitu fokusnya terpecah di antara kami berdua, tetapi Cordelia tetap dapat mengimbanginya. Aku melirik ke belakang sejenak, pantas saja, Shane sudah kewalahan.

Di saat seperti ini, aku hanya berharap bantuan datang, mengakhiri semua ini. Di saat aku memutar otak untuk mengalahkannya, bantuan itu benar-benar datang. Dari belakang Cordelia, berbondong-bondong serigala datang menyerangnya dari belakang. Di antara sosok werewolf yang berusaha mengenai Cordelia, aku melihat serigala putih yang memamerkan taring panjangnya.

Sosoknya seolah mengurungku untuk sejenak sebelum lolongan mereka kembali terdengar. Shane kembali menyerangnya. Kubah perisai mengelilingi Cordelia yang terpojok. Selagi laki-laki ini mencoba menghancurkan perisai itu, aku dan para werewolf kembali menyerangnya.

Saat perisai itu melemah, aku melemparkan diri ke arahnya, mencakar leher wanita itu dari samping, membuatnya terhuyung ke belakang dan memegangi lukanya.

Hunting the Werewolf [2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang