03. konfrontasi

8.5K 1K 19
                                    

;

The Nanny

;

Gucci hitam yang membungkus tungkai jenjang tersingkap kala menapaki beberapa anak tangga. Debaran jantung tak biasa jadi teman setia. Kegiatan setiap pagi dihari kamis selalu berhasil membuat Jeno tersara bara. Resah, walaupun pada akhirnya raga akan berbalik, menyerah sebelum tangan berhasil terangkat.

"Eh? Pak Jeno?"

Titik berat pandangan beralih pada pemilik suara. Adalah Haechan, submissive yang digadang-gadang bisa merubah sang anak.

"mau mengantar Jisung sekolah, ya? Mari masuk dulu, kebetulan dia sedang sarapan."

Keterangan lanjutan memicu aliran lurus pragmatik dalam otak. Jeno belum lupa bagaimana keadaan dan reaksi si remaja terakhir kali dirinya bertandang. Kusut, sebab terlihat sekali habis berpesta. Suara naik entah berapa oktaf, mencaci, meminta untuk tak pernah mencampuri.

Sakit, apalagi saat Jisung berseru tak punya orang tua.

"Ti-tidak," penolakan terbata meluncur begitu saja.

Kedua alis Haechan terangkat. "Lalu ada apa anda kemari?"

Jeno terdiam sesaat, memikirkan alasan apa yang akan diutarakan. "Hanya memeriksa bagaimana kau bekerja."

Beberapa orang melirik penuh minat. Pria dewasa kurang kerjaan yang selalu muncul setiap kamis akhirnya berbincang dengan seseorang. Aneh, laporan mengunjungi kerabat tapi tak pernah sekalipun masuk flat. Pernah sekali menyapa, sayangnya malah diabaikan. Para orang tua mengecapnya anak kurang ajar. Jangan lupa dijadikan sebagai stok bahan gunjingan ibu-ibu pula. Jeno tak tahu ia terkenal.

"Seperti yang telah dijelaskan, saya sudah berpengalaman menjaga anak jadi anda tidak perlu khawatir. Jisung ada di tangan yang tepat," terang Haechan.

Jeno menyelipkan tangan ke dalam saku, "Bagaimana saya bisa tahu itu? menurut resume, tertulis anda belum pernah mengurus seorang remaja."

Tepat saat akan menjawab, petugas kebersihan melewati keduanya. Serta-merta Haechan menyusul dan menyerahkan kantong hitam yang digenggam. Jeno sedikit penasaran dengan isinya. Sedikit.

"Mau anak kecil atau remaja tetap saja anak, kan? saya akan menunjukkan bahwa saya bisa mengurus anak anda, mari lihatlah sendiri!" tanpa meminta izin terlebih dahulu, Haechan menarik tangan Jeno hingga sempat terhuyung.

Batin menarik diri, belum siap menerima penolakan lagi. Selama ini cukup puas hanya dengan mengawasi. Perintah sana-sini demi keselamatan buah hati. Kini Jeno benci, raga kadang tak melulu selaras dengan hati. Pintu apartemen tertutup sebelum Jeno bisa berlari pergi.

Punggung tegap tertangkap mata. Rambut hitam legam, panjangnya masih sama seperti terakhir mereka berjumpa.

"Silahkan duduk, Pak" ujar Haechan seraya menarik kursi di sebrang Jisung.

Sadar akan kehadiran tamu tak diundang, Jisung mengadah. Onyx beradu pandang. Yang satu tajam, yang lainnya berpendar. Pupil sama-sama mengecil, menyampaikan rasa negatif dari diri masing-masing.

"Siapa yang mengizinkannya masuk kesini!" Jisung tak kenal jeda, langsung melempar pisau tak kasat mata tepat di dada.

Dengan santainya Haechan mengisi gelas untuk di suguhkam pada Jeno, seolah ucapan Jisung hanya rengekan alami. "Aku yang mengajaknya kesini. Lagipula nanti juga kalian akan sering makan bersama."

"Huh?!" Jisung meminta penjelasan.

"Hari ini kan kau akan pindah ke rumah Jeno-ssi." Haechan sangat berhati-hati, kata ayah ataupun semua sinonimnya masih sensitif untuk telinga Jisung.

THE NANNY [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang