07. kecurigaan

7.2K 948 32
                                    

;
The Nanny

;

“Tolong putar lagi pendingin mobilnya, ahjussi,” ucap Jeno pada sang supir.

Musim panas kali ini benar-benar membuat semua orang malas beraktivitas dibawah teriknya sinar matahari. Hitam, terbakar, keringat melekatkan baju dan badan. Jeno mengalihkan pandang, bau asam pasti menguar dari kerumunan di depan. Yah, setidaknya bagi mereka yang lupa memakai deodoran.

Handphone Anda berdering, Tuan,”

Saking sibuknya dengan pikiran, Jeno tak sadar dengan suara panggilan.

“Hallo,”

Maaf mengganggu, Tuan. Ini darurat. Tiga orang preman itu kembali lagi. Sekarang mereka ada di lantai dasar sedang mengganggu tamu-tamu kita. Saya sudah melaporkannya pada polisi tapi mereka belum datang sampai sekarang.”

“Saya kesana sekarang. Utamakan keselamatan para tamu.” ujar Jeno seraya menutup panggilan.

Jeno mengusap pelipisnya sebelum  kembali berujar, “Ahjussi, tolong putar balik ke cabang hotel Crown yang dekat bandara Incheon,”

“Baik, Tuan.”

Hilang sudah waktunya untuk makan siang. Padahal perut sudah mulai keroncongan. Panas di luar tampaknya bisa dimanfaatkan. Letakan telur di atas mobil, pasti matang sebelum sampai tujuan.

Gawat. Kenapa pikiran Jeno makin tak karuan.

_______________

*****
THE NANNY
*****
_______________

Deretan demi deretan buku-buku berbaris rapi dengan bagian belakang menghadap ke luar, kode warna dengan titik-titik, bagian sumber ilmu disusun dalam urutan abjad, bagian fiksi berada di rak rendah. Di antaranya terdapat meja-meja untuk belajar dengan tenang, teredam keheningan.

Jisung mendengus, hidungnya tak biasa mencium bau buku. “Hukuman saya membersikan perpustakaan, Saem?

Setelah bel istirahat, terdengar pengumuman lewat pengeras suara. Pada awalnya ketar-ketir, gelisah saat namanya terujar. Namun resah tak beralasan, sebab ternyata Guru hanya meminta Jisung ke perpustakaan.

“Tidak. Kamu hanya harus mengajari siswa yang kesulitan dalam pelajaran bahasa Inggris.” jelas sang Guru. Dirinya tahu betul Inggris adalah satu-satunya mata pelajaran yang Jisung kuasai.

“Kalau Seowon dan Woojin, saem?” tanya Jisung.

Sang Guru mengambil salah satu buku yang tergeletak di atas meja. “Mereka di skors tiga hari lalu membersihkan halaman, toilet, dan gedung olahraga,”

Niat untuk berganti hukuman diurungkan. Skorsing sih boleh saja, tapi jika harus membersihkan toilet dan halaman, Jisung sangat keberatan. Bau pesing dan matahari musim panas yang tak tertahankan bisa membuatnya pingsan.

Sang guru melanjutkan, “Kau hanya harus mengajarinya sekali dalam seminggu sampai ujian tengah semester,”

Jisung mengangguk. Ujian dimulai tiga minggu dari sekarang, berarti hanya tiga kali dia harus membantu. Hukuman ini lebih baik.

“Maaf saya terlambat, saem!” seorang siswa dengan cepat sudah berada di hadapan. Kedua tangan bertumpu pada lutut, nafas terengah-engah, keringat meluncur bebas dari pelipis. Kesan pertama Jisung; risih.

“Tidak apa-apa,” sang guru berucap, “perkenalkan ini Jisung yang akan membantumu belajar.”

Jisung melihat senyum canggung si siswa, mungkin tak menyangka tutor pembimbingnya adalah berandalan, sekaligus orang yang tak sengaja ditabrak tadi pagi.

THE NANNY [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang