16. duri dan debaran

10.3K 1.1K 209
                                    

;

The Nanny

;




Dari ekor matanya, Haechan tengah memperhatikan reaksi Jisung. Informasi dadakan agaknya menghantam keras nalar, seolah topik bahasan lebih berat dari fakta bumi itu berbentuk bulat ataukah datar.

"Seharusnya tak ada arsip apapun yang tertinggal. Senior kalian telah berjanji untuk menghapus segala jejak," jelas Haechan secara tidak langsung membenarkan. Akan terlihat konyol sekali jika Haechan bersikeras menyangkal sementara sketsa gambar tak bercela, sangat detail sampai ke banyaknya tahi lalat di muka.

"Ini hanya sketsa yang dibuat oleh kakak saya dulu. Katanya iseng saja menggambar di tempat kosong yang sebelumnya telah disiapkan untuk foto sunbaenim seperti mantan bos yang lain," ungkap Hyunjin riang. Bertemu dengan si legenda yang sering dibicarakan rasanya seperti mimpi menjadi nyata.

Tiga remaja lain, Baekho, Felix dan Jisung masih memperhatikan dalam diam. Sudah bukan hal aneh seorang Hyunjin sangat terobsesi pada sejarah para berandal kuat.

Haechan mengerutkan kening. Preman bodoh mana yang berani menggambar wajahnya. "Siapa nama kakakmu?"

"Han," ujar Hyunjin.

Haechan tersenyum manis namun entah kenapa bulu halus Hyunjin terasa meremang. "Ah, aku sangat-sangat mengenalnya!"

Antusias Hyunjin semakin tidak terbendung, "Benarkah?"

Haechan mengangguk seraya berujar, "Tolong sampaikan salamku padanya, ya!"

Lihat saja bila bertemu kembali, Haechan akan benar-benar menghabisi si ceroboh Han. Selalu lalai dan lupa akan perangai yang tidak boleh dilakukan. Sekali-kali harus di tempa. Siapa tau kinerja otak langsung naik, minimal setara dengan pentium empat.

"Pasti akan saya sampaikan!" timpal Hyunjin. Tiap sang kakak bercerita, Hyunjin kerap kali tak percaya. Tentu saja, dibalik wajah sangarnya, Han itu tidak bisa apa-apa. Terkadang penasaran bagaimana bisa berteman akrab dengan para berandal.

"Jadi," ucapan Baekho mengambil alih atensi Haechan dan yang lainnya. "sunbaenim ingin mengeluarkan Jisung?"

Dirasa puas melihat sketsa, Jisung menutup buku dengan pelan. Bagaimanapun kerasnya otak menolak, sosok Haechan mustahil dihapuskan. Gelagat Baekho juga tak luput dari perhatian. Semakin yakin kala tutur kasar berubah sopan.

"Tidak perlu memanggilku sunbaenim. Aku sudah bukan senior kalian," terang Haechan, lantas menatap Felix lekat. "untuk masalah Jisung. Aku tau betul peraturan untuk keluar adalah dengan mengalahkan ketua. Aku kesini hanya meminta kalian untuk berhenti menjadi pengecut dengan mencoba mengeroyok Jisung!"

Kendati mencoba untuk bersikap biasa, kedipan mata berlebih sudah cukup untuk menarik kesimpulan. Bertemu dengan berbagai orang membuat insting pun semakin menajam. Felix, remaja licik ini harus sedikit diberi pelajaran.

"Aku tidak pernah memerintahkan para anak buah untuk melakukan hal memalukan seperti yang Hyung tuduhkan," ujar Baekho disusul oleh anggukan Hyunjin.

"Begitukah?" ucap Haechan seraya bergantian menatap dua remaja yang lain. Tegas dan lugas menunjukkan bahwa keduanya benar-benar mengungkapkan kebenaran. "sebagai ketua sudah seharusnya memantau tindakan para anggota. Bukan lalai, aku percaya kau pasti sudah berusaha menjadi ketua yang baik. Hanya sedikit saran, terkadang kau harus seperti Hyena, menyelinap diam-diam bukan hanya untuk musuh namun juga untuk kawananmu sendiri," lanjut Haechan.

Kedua alis Baekho berkerut tak suka. "Aku akan mencari tahu kebenarannya. Jika apa yang Hyung katakan terbukti tidak benar, maka Jisung tidak hanya harus melawanku, tapi juga semua anggota!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE NANNY [Nohyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang