Beomgyu 20

11.9K 1K 130
                                    

Enjoy
___

Benda tajam itu sedikit demi sedikit menggores kulit putih susunya, goresan demi goresan tercipta begitu saja disetiap detiknya.

Rintihan, teriakan, tangisan, terus menerus memenuhi bilik bernuansa abu-abu itu. Lelaki manis itu merintih, bahkan memohon agar benda tajam itu tidak menggores lengan kecilnya lagi.

Namun naas, benda runcing itu terus di gerakan kesana kemari membuat sebuah sayatan yang panjang.

Sangat sakit, sangat pedih rasanya kala ujung benda tajam itu terus melukai lengan ringkihnya. Aliran air mata begitu deras menuruni wajah ayunya, wajahnya memerah menahan sakit berkali-kali lipat.

"Akhh!"

"Hiks... kak Mark sakit hiks... sakit!"

Teriakan serta isakan itu bagai alunan menjengkelkan bagi Mark. Ya, Mark' lah yang tega membuat luka di lengan putih milik adik bungsunya, Beomgyu.

"Gue tadi bilang apa ke lo hm?"

Pertanyaan itu terucap dengan nada yang begitu rendah, tangan besarnya yang memegang pecahan kaca dengan lihai menari-nari di atas kulit putih sang adik.

Menggores dari pergelangan tangan hingga lengan putih Beomgyu. Kulit putih itu terkoyak bagaikan kertas. Sedikit bermain pada tali nadi yang menyambungkan kehidupan adiknya.

"Hiks... s-- sakit kak. Gyu-- Gyu mohon berhenti!"

"Ja-- jangan gores lagi, sakit! sakit!"

Tetesan demi tetesan cairan berbau amis menuruni lengan ringkihnya, goresan panjang Mark ciptakan pada lengan ringkih itu. Kulit yang semula mulus nan putih kini terhiaskan dengan noda darah serta goresan kulit yang sudah terbuka menampakkan daging merah milik si manis.

lantai yang begitu dingin menjadi wadah darah segar itu menetes, bahkan menggenang layaknya cekungan air. Teriakan demi teriakan terus mengalun bebas disana, tangan kecilnya terus menggapai lengan sang kakak memohon untuk berhenti. 

"Hiks... tolong kak, Gyu mohon hiks... Gyu minta maaf, AKHH!"

"J-- Jangan di tekan, jangan di tekan!"

"Hiks... maaf... maaf"

Beomgyu terus berteriak dan memohon, namun sayangnya teriakan itu hanyalah sebuah angin bagi kakaknya. Bukannya berhenti, sang kakak malah lebih menyakitinya dengan cara menekan pecahan kaca pada kulitnya yang sudah terkoyak.

Darah mengalir lebih deras daripada sebelumnya, gemerciknya bagai alat musik yang mengiringi teriakan lelaki manis itu, seolah mendukung bagaimana hebatnya  dirinya di siksa oleh kakak sulungnya.

"Kan gue udah bilang jangan keluar sampai besok pagi!"

Netra itu mengkilat penuh amarah, sikap Mark yang tempramental juga sangat mendukung dirinya untuk lebih menyiksa adik bungsunya, hatinya menggelap, telinganya menuli, tangannya dengan enteng membuat hiasan di lengan ringkih miliki sang adik.

Tanpa belas kasih, tanpa perasaan, tanpa rasa iba. Ya, itulah yang terjadi pada Mark saat ini. Memandang sang adik layaknya orang lain, orang yang sudah membunuh Ibu-nya, orang yang sudah merubah kepribadian sang Ayah menjadi lebih dingin.

Dalang dari semua masalah yang mereka lalui, dalang yang membuat Ibunya tewas di saat usianya masih menginjak tiga tahun, dalang yang merampas kebahagian miliknya, milik keluarganya.

Jika ingin, dirinya sangat ingin membunuh anak yang ia siksa saat ini. Akan tetapi tidak Mark lakukan, dirinya masih ingin menikmati bagaimana tersiksanya si manis dalam blenggu keluarganya.

Gelas Kaca || BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang