Enjoy
___Kedua kaki yang terbalut dengan selimut menjadi pandangan tetap bagi pemuda manis yang tengah bersandar pada kepala ranjang. Bergeming menjadi rutinitasnya selama di kamar, hanya menatap sepasang kakinya yang tak dapat di gerakan.
Kamar yang sudah tak berbentuk, pecahan kaca di mana-mana, wajah berantakan penuh memar, surai yang tak tertata rapi dan rontok.
Kantung mata menghitam dengan bibir kering pucat. Sorot mata yang redup tanpa kehidupan.
"Kau cacat, Gyu"
Gumaman yang entah keberapa kalinya terucap, sudut bibir sebelah kanan terangkat, membentuk senyum miring yang kecut.
Terlihat menyedihkan.
Ceklek!
Bunyi kenop pintu terbuka membuat wajah manisnya kembali datar tanpa ekspresi. Binar matanya yang redup tetap memandang sepasang kakinya yang lumpuh.
Bunyi langkah kaki semakin mendekat, lelaki paruh baya itu datang membawa nampan yang berisi makanan dan obat-obatan. Sedikit melirik ke kanan dan ke kiri lantaran banyak pecahan kaca yang berserakan.
Duduk di pinggir ranjang putra bungsunya yang masih setia bergeming, bahkan tak menoleh atas kehadirannya.
Jaehyun tersenyum, mengelus surai berantakan milik malaikat kecilnya. Merapihkan poni panjangnya dan di selipkan ke belakang. Jaehyun bisa melihat tatapan kosong penuh kesedihan dari malaikat kecilnya.
"Makan dulu ya? kan dari tadi Beomie belum makan"
Ucapnya memecah keheningan, akan tetapi tak mendapat respon dari si manis. Bibir keringnya masih terkatup rapat tanpa tanda ingin berbicara atau membalas ucapan sang Papa.
Tak perlu lama menunggu respon dari malaikat kecilnya, Jaehyun langsung menyendok bubur dan menerbangkan di udara layaknya pesawat lepas landas.
"Ngeeenggg... tut tut pesawat masuk dalam goa, aaa~"
Pyarr!
Jaehyun menghela napas dan tersenyum. Lagi-lagi seperti ini, nampan yang jatuh dan menyatu dengan pecahan kaca yang berserakan.
Yang melakukan adalah malaikat kecilnya, Jaehyun tak marah-- ia hanya akan tersenyum lalu kembali mengelus surai panjang milik putranya.
"Nanti biar bibi maid yang bereskan. Papa turun dulu ambil bubur sama obat buat Beomie lagi. Oke?"
Ujarnya begitu lembut. Belum sempat beranjak dari tempatnya, sebuah suara serak mengalihkan atensi Jaehyun.
"Kenapa anda masih perduli pada saya? Saya lumpuh, saya cacat. Apa anda sedang berpura-pura baik?"
Kalimat yang membuat hati Jaehyun teriris oleh mata pisau tajam. Malaikat kecilnya tak menyebutnya lagi dengan sebutan 'Papa' melainkan dengan sebutan 'Anda'.
Sakit, rasanya sangat sakit layaknya di jatuhi batu besar yang panas.
"Papa perduli karena Beomie anak Papa"
Beomgyu menoleh, mata bulat penuh kekosongan menatap wajah Jaehyun. Wajah si manis tak menggambarkan ekspresi apapun.
"Alasan umum, saya bosan mendengarnya. Bukankah anda tidak pernah menganggap saya ada? bahkan anda menginginkan saya mati"
"Beomie, dengarkan Papa"
"Apa yang harus di dengar? andai saja anda membiarkan saya mati hiks... Pasti saya sudah bahagia dengan Mama hiks..."
Isakan mulai terdengar, Jaehyun masih mengamati wajah malaikat kecilnya yang mulai dibasahi oleh air mata. Hati yang tengah sakit, kini rasa sakitnya kembali bertambah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gelas Kaca || Beomgyu
FanfictionBeomgyu hanya mau Papa, kak Mark, kak Jeno, dan kak Sungchan menyayangi Gyu dan berhenti menyebut Gyu sebagai anak pembunuh dan pembawa sial. ft. Jung familly. Angst? tidak tahu, baca saja ceritanya.